BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya maka dapat. Yogyakarta melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH POLDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. belaka (machsstaat). Hal itu berarti bahwa Republik Indonesia adalah negara

BAB III PENUTUP. Berdasarkan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

BAB III PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan:

BAB III. PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya Penulis akan

BAB III PENUTUP. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pelaku tindak pidana aborsi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Yogyakarta adalah Daerah Istimewa yang terletak di tengah pulau

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membahas permasalahan mengenai aborsi pada korban

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III PENUTUP. tindak pidana perkosaan Laboratorium Forensik sudah berperan optimal

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB III PENUTUP. 1. Secara umum hukum pidana telah memberikan perlindungan dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. berhak atas perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan dan memberikan

PENULISAN HUKUM TINJAUAN KRIMINOLOGIS PADA ABORSI (ABORTUS PROVOCATUS KRIMINALIS) DI KOTA MALANG ( STUDI KASUS DI POLRESTA KOTA MALANG )

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat di simpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB III PENUTUP. mulai dari pembuktian selesai, dilanjutkan dengan pembelaan dari. terdakwa/penasehat hukum, kemudian replik dan duplik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB III PENUTUP. kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan cara Preventif yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

JURNAL UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMANFAATAN TEMPAT HIBURAN SEBAGAI SARANA PROSTITUSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. b. Menggali informasi dengan bekas pecandu/informan. f. Penyerahan Narkoba Yang Dikendalikan ( Controlled Dellivery )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

JURNAL PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PEMERKOSAAN YANG MELAKUKAN ABORSI

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa yang merupakan calon generasi

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS. dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

RINGKASAN SKRIPSI/NASKAH PUBLIKASI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA ABORSI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SLEMAN, YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. Andi Hamzah, Asas - Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hak-hak korban pelanggaran HAM berat memang sudah diatur dalam

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB III PENUTUP. pengaruhi oleh beberapa penyebabnya antara lain:

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti memberikan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

TINDAKAN ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER DENGAN ALASAN MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN Oleh : Clifford Andika Onibala 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kekerasan tersebut akan terjadi kembali yaitu karena ketergantungan secara

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke- I, Jakarta: Prenada Media Group.

BAB IV PENUTUP. 1. Peranan Polisi Militer Angkatan Darat dalam menanggulangi tindak pidana

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

BAB III PENUTUP. kepemilikan senjata api bagi warga sipil, yaitu: dan diawasi secara ketat, yaitu

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

Transkripsi:

61 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum ini, yaitu: 1. Dalam menanggulangi tindak pidana aborsi, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Upaya Pre-emtif Melakukan kerjasama dengan universitas-universitas di Yogyakarta untuk memberikan penyuluhan rutin tentang aborsi, melakukan sosialisasi kesehatan reproduksi dan bahaya HIV aids dan PMS lainnya, serta menghimbau orang tua dan masyarakat melakukan pengawasan ketat terhadap putra-putri yang berstatus sebagai mahasiswa dan pelajar dengan memberikan kegiatan yang positif untuk pembinaan karir dan masa depan mereka. b. Upaya Preventif Menggalang kerjasama dan koordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia, Kedokteran kepolisian, Laboratorium Forensik Polri, Departemen Kesehatan RI, masyarakat pemerhati perempuan dan beberapa LSM, untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap para remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan agar

62 tidak melakukan aborsi karena tindakan tersebut melanggar hukum dan membahayakan jiwa mereka. c. Upaya Represif Polda DIY menangani kasus tindak pidana aborsi dengan melaksanakan penyelidikan, penyamaran dan penyusupan ke daerah yang di duga dilaksanakannya praktek aborsi.meskipun demikian Polri mempelajari sebab musabab terlaksananya proses aborsi, keterangan calon ibu, keterangan dokter, keterangan saksi lain, keterangan buktibukti lain seperti hasil test kehamilan, usia kandungan, diagnosa dokter terkait keputusan aborsi, hal-hal yang membahayakan calon ibu, situasi janin dan lain-lain. 2. Kendala yang dihadapi Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Menanggulangi Tindak Pidana Aborsi yaitu: a. Modus kejahatan yang terselubung. Sulitnya penyelidikan terhadap tindak pidana aborsi karena pelaku biasanya melakukan aborsi dengan membawa ke dukun atau penyedia jasa pengobatan tradisional yang tidak terdaftar. b. Kontrol terhadap perilaku seks bebas dikalangan remaja, pelajar, dan mahasiswa di DIY, keterbatasan jumlah personil Polri masih sedikit jumlahnya dan menangani berbagai masalah yang terjadi di masyarakat yang salah satu didalamnya adalah Tindak Pidana Aborsi.

63 c. Kendala selanjutnya adalah Fakta menunjukkan bahwa kasus aborsi yang terjadi ada yang dilaporkan tetapi ada yang tidak dilaporkan karena adanya perasaan takut dan malu si calon ibu maupun anggota keluarganya baik bapak dan ibunya tersangkut sebagai tersangka di samping pihak yang melakukan proses aborsi. d. Semakin banyaknya praktek penyedia jasa kesehatan non medis yang berkembang pesat di wilayah Yogyakarta. e. Sinergitas antar lembaga dalam menangani penanggulangan tindak pidana aborsi yang belum terbangun secara utuh. B. Saran 1. Polda DIY perlu meningkatkan sinergitas antar lembaga dalam menangani tindak pidana aborsi, hal itu dilakukan dengan merangkul berbagai elem masyarakat untuk secara bersama-sama menanggulangi tindak pidana aborsi. 2. Pemerintah diharapkan turut serta dalam upaya penanggulangan tindak pidana aborsi antara lain, terhadap anak-anak yang dilahirkan dari hasil permasalahan di atas adalah menyediakan panti asuhan bagi bayi yang telah dilahirkan namun ibu nya tidak mau merawatnya dengan penyerahan secara tertulis dan dihadapan notaris, memberikan akte khusus bagi anak anak terlantar tersebut, menjamin tumbuh kembang dan pendidikan di kemudian hari, menemukan anak-anak terlantar tersebut dengan orang tua asuh yang memenuhi syarat dan sesuai prosedur yang berlaku.

64 DAFTAR PUSTAKA A. Buku : Anton Tabah, 1996, Polisi-Budaya dan Politik (Perenungan Diri, usia setengah abad). Klaten, CV Sahabat. C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Chazawi Adami, 2005, Pelajaran Hukum Pidana I: Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Chazawi Adami, 2001, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta, PT Raja Grafindo. Harum Pudjiarto, Suryono Ekotama, Widiartana, 2001, Abortus Provocatus Bagi Korban Perkosaan Perspektif Viktimologi, Krimologi dan Hukum Pidana,Yogyakarta,Universitas Atma Jaya. Moeljatno, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Yogyakarta, Bina Aksara. Paulinus Soge, 2014, Hukum Aborsi; Tinjauan Politik Hukum Pidana Terhadap Perkembangan Hukum Aborsi di Indonesia, Yogyakarta, Atma Jaya Yogyakarta. Ronny Nitibaskara,2006 Polisi dan Korupsi,Jakarta,Radjawali press. Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang,Yayasan Sudarto. Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana, Jakarta, PT Raja Grafindo. Wirjono Prodjodikoro, 2010, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama.

65 B. Peraturan Perundang-undangan 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan. C. Website 1. http://id.wikipedia.org/wiki/gugur_kandungan 2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/chapter%20ii.pf 3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/chapter%20ii.pf 4. http://www.vemale.com/topik/kehamilan/32763-alasan-alasan-perempuanmelakukan-aborsi.html 5. https://ijalmustofa.wordpress.com/2013/05/22/seks-bebas-dan-masalahaborsi/ 6. http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2013/10/14/seks-bebas-danaborsi-berkontribusi-dalam-angka-kematian-ibu-601285.html 7. https://keperawatanreligionagniauliya12.wordpress.com/2013/05/20/efekdampak-dan-resiko-aborsi/