BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan melakukan go-public. Banyak perusahaan yang pada awalnya merupakan bisnis keluarga dengan seiring berjalannya waktu dan terjadinya pergantian dari generasi tua ke generasi muda, maka perusahaan tertutup pun mulai mengembangkan usahanya dan membuka diri kepada publik. Hal ini disebabkan berbedanya cara pandang generasi terdahulu dengan generasi muda saat ini. Cara pandang generasi muda saat ini sedikit banyak telah dipengaruhi oleh cara hidup orang barat. Generasi muda lebih mudah membuka diri terhadap lingkungan dibandingkan dengan generasi tua. Hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan bagi berjalannya bisnis yang mereka miliki, sehingga perusahaan dapat berkembang dan lebih dikenal oleh masyarakat. Pengembangan usaha kepada publik dapat dilakukan dengan menawarkan sejumlah saham perusahaan. Penawaran saham dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menawarkan pada pemegang saham terdahulu, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi, dijual langsung kepada pembeli tunggal secara private, atau dapat juga ditawarkan pada publik. Keuntungan yang di dapat ketika suatu perusahaan memutuskan untuk go-public adalah kemudahan dalam menambah modal perusahaan, meningkatkan likuiditas pemegang saham, dan mengetahui nilai pasar perusahaan. Kerugian yang harus ditanggung perusahaan ketika memutuskan untuk go-public, yaitu biaya laporan yang meningkat, informasi perusahaan harus dipublikasikan, dan juga tidak menutup kemungkinan 1
perusahaan dapat diambil alih oleh investor baru sebagai pemegang saham terbesar (Jogiyanto, 2000). Perdagangan sekuritas perusahaan mempunyai pasar tersendiri yang biasa disebut bursa efek. Bursa efek adalah lembaga atau perusahaan yang menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Di Indonesia terdapat dua pasar bursa, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada BEJ perusahaanperusahaan yang terdaftar adalah perusahaan-perusahaan besar, sedangkan pada BES perusahaan-perusahaan yang terdaftar adalah perusahaan-perusahaan besar dan menengah. Besar kecilnya ukuran perusahaan ditentukan oleh ketentuan yang diterapkan oleh BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Perusahaan yang akan go-public pun diharuskan telah menyelesaikan serangkaian persyaratan untuk go-public yang ditetapkan oleh BAPEPAM sebagai lembaga tertinggi di pasar modal. Untuk melakukan go-public perusahaan harus melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek. Saham yang pertama kali ditawarkan ke publik akan diperdagangkan di pasar primer. Harga saham yang dijual di pasar primer telah ditentukan terlebih dahulu atas kesepakatan bersama antara emiten dengan underwriter, kemudian surat berharga yang telah beredar di pasar primer diperdagangkan kembali di pasar sekunder. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh kuatnya permintaan dan penawaran akan saham. Pada peristiwa ini, terkadang terjadi underpricing pada saham-saham perusahaan pada hari 2
pertama ditawarkan di pasar sekunder. Hal ini disebabkan oleh harga saham pada saat penawaran di pasar sekunder lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawaran di pasar perdana. Selisih antara harga saham pada hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham pada saat penawaran IPO disebut dengan initial return. Terjadinya underpricing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor informasi akuntansi maupun non-akuntansi. Faktor informasi akuntansi adalah informasi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, sedangkan informasi non-akuntansi adalah informasi yang tidak terdapat pada laporan keuangan perusahaan (Nasirwan, 2000). Dalam hal ini, faktor informasi akuntansi meliputi ukuran perusahaan, earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan tingkat leverage, sedangkan faktor non-akuntansi meliputi jenis industri, umur perusahaan, dan besarnya persentase saham yang ditawarkan. De Lorenzo dan Fabrizio (2001) menjelaskan terjadinya underpricing sebagai akibat dari adanya asimetri dalam distribusi informasi antara pelaku IPO, yaitu perusahaan, underwriter, dan investor. Bagi perusahaan, underpricing dapat dijadikan strategi pemasaran untuk meningkatkan minat investor dalam saham IPO dengan memberikan initial return yang tinggi. Penulis tertarik untuk meneliti informasi apa saja yang mempengaruhi keputusan investasi pada saham-saham IPO. Investor membutuhkan informasi mengenai perusahaan sebagai dasar analisis bagi keputusan investasinya. Setiap informasi mengenai perusahaan dapat menyebabkan perubahan dalam keyakinan dan penilaian investor terhadap saham suatu perusahaan, sehingga mendorong keputusan penjualan maupun pembelian atas saham yang terefleksi dari perubahan 3
harga saham (Sulistio, 2005). Penelitian ini akan berusaha memperdalam penelitian Sulistio (2005) dengan menguji hubungan informasi akuntansi yang meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER, dan tingkat leverage, dan informasi nonakuntansi yang meliputi jenis industri, umur perusahaan, dan persentase saham yang ditawarkan ke publik terhadap terjadinya underpricing di pasar sekunder. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian Sulistio (2005), variabel informasi akuntansi yang digunakan adalah ukuran perusahaan, earning per share, price earning ratio, tingkat leverage, sedangkan variabel informasi non-akuntansi yaitu persentase pemegang saham lama, reputasi auditor, reputasi underwriter, dan pengaruh industri. Pada penelitian ini, terdapat perbedaan variabel yang digunakan. Peneliti mengganti variabel reputasi auditor dan reputasi underwriter dengan umur perusahaan. Reputasi auditor dan underwriter dirasa kurang umum untuk kalangan investor, ketika seorang investor ingin melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu perusahaan maka informasi reputasi auditor dan underwriter akan sulit diperoleh. Oleh karena itu, peneliti mengganti kedua variabel tersebut dengan umur perusahaan. Umur perusahaan memberikan pengaruh besar maupun kecil bagi persiapan go-public, karena semakin lama perusahaan berdiri maka semakin besar keyakinan perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya. Dalam penelitian ini, peneliti menguji faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya initial return, baik informasi akuntansi yang meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER, tingkat leverage, maupun informasi non-akuntansi 4
yang meliputi jenis industri, umur perusahaan dan persentase saham yang ditawarkan ke publik. Penelitian Sulistio (2005) menggunakan data tahun 1998-2003, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan data tahun 1990-2004. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan hasil yang valid untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh informasi akuntansi dan nonakuntansi terhadap keputusan investasi dan return saham 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang harus diperhatikan dalam penelitian tersebut adalah, sebagai berikut : a. Apakah informasi keuangan yang meliputi ukuran perusahaan, Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), dan tingkat leverage, berpengaruh terhadap underpricing? b. Apakah informasi non-keuangan yang meliputi pengaruh jenis industri, umur perusahaan, dan besarnya persentase saham yang ditawarkan berpengaruh terhadap underpricing? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh informasi akuntansi dan non-akuntansi terhadap underpricing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Informasi akuntansi meliputi ukuran perusahaan, EPS, PER, dan tingkat leverage, sedangkan informasi non-akuntansi meliputi jenis industri, umur perusahaan, dan persenatse saham yang ditawarkan ke publik. 5
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu dasar pertimbangan dalam melakukan keputusan untuk go-public dan menetapkan jenis saham apa yang akan ditawarkan untuk menarik pemodal yang akan berinvestasi. Perusahaan diharapkan untuk memperhatikan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi terjadinya initial return baik dari faktor akuntansi maupun faktor non-akuntansi. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan keyakinan bagi investor terhadap perusahaan yang menawarkan saham untuk menanamkan modalnya dan memberikan informasi kepada investor agar tidak salah dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap utility (kepuasan) investor di masa depan terhadap perusahaan. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran guna menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas khususnya tentang pengaruh informasi keuangan dan non-keuangan terhadap initial return. 1.5 Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut : a. Data yang diambil adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang melakukan Initial Public Offering. b. Perusahaan yang melakukan IPO pada perioda tahun 1990 sampai dengan 2004. 6
c. Variabel-variabel keuangan yang meliputi ukuran perusahaan, Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), dan tingkat leverage yang berpengaruh terhadap underpricing. d. Variabel-variabel non keuangan yang meliputi pengaruh jenis industri, umur perusahaan, dan besarnya persentase saham yang ditawarkan yang berpengaruh terhadap underpricing. 7