BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB 1 PENDAHULUAN. membantu murid menguasai pengetahuan secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN PADA POKOK BAHASAN TEKNIK PENGINTEGRALAN

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB I. Pendahuluan. dimulai dari rumah tangga hendaknya dapat dilanjutkan kepada hal-hal yang positif. Para

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. menghindarinya apalagi menolaknya. Kehidupan manusia pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan

BAB I PENDAHULUAN Landasan Pemikiran Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan, agar dapat memperngaruhi siswa mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Konsep pendidikan didalam islam sangat mementingkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai pelayanan yang optimal hanya

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se Gugus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB I PENDAHULUAN. mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada aspek-aspek tertentu. 3. kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

PERKEMBANGAN, PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING A. Perkembangan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

ABSTRAK. sungguh-sungguh dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan- kesulitan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan atas proses pendidikan di sekolah, tanpa bimbingan dan konseling sebenarnya siswa tetap berkembang, tetapi perkembangannya tidaklah optimal. Hal ini sesuai dengan visi bimbingan dan konseling yaitu pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar para peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. 1 Para siswa seringkali menghadapi sejumlah hambatan, kesulitan atau masalah yang tidak dapat mereka pecahkan sendiri. Mereka membutuhkan bantuan khusus dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik ( need assesment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Sedangkan substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung (yang terangkum dalam program BK Pola 17 Plus), format kegiatan, sasaran pelayanan dan volume/beban tugas konselor. Jenis program BK itu sendiri terdiri dariprogram tahunan, program semesteran, program bulanan, program mingguan dan program harian. Press, 2008), h. 52 1 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Pekanbaru: Suska 1

2 Pentingnya dilaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, yaitu : 1. Perbedaan antar individu. Perbedaan ini menyangkut: kapasitas, intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan dan minat. 2. Siswa menghadapi masalah-masalah pendidikan. Masalah tersebut yaitu: masalah pribadi, hubungan dengan orang lain, (guru/teman), masalah kesulitan belajar 3. Masalah belajar. 2 Sekolah mempunyai tanggungjawab dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar, tetapi pada kenyataannya, masih banyak juga siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami siswa yang berkemampuan tinggi dan juga siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. 3 Kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosis. Diagnosis, dalam dunia kedokteran dilakukan dalam rangka menetapkan jenis penyakit yang diderita pasien. Dalam dunia pendidikan arti diagnosis, yaitu usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenisjenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar seorang siswa. 4 Tugas pelaksanaan bimbingan dan konseling di bidang bimbingan belajar adalah membantu siswa/i agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa 2 Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), h. 209 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.170 4 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar, (Malang: Nuha Litera, 2008), h. 1

3 tersebut khususnya yang berkaitan dengan masalah kesulitan belajar. Dengan adanya program BK guru pembimbing dapat melaksanakan diagnosis kesulitan belajar dan diharapkan mampu menemukan solusi, cara atau alternatif apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Untuk dapat memberikan solusi secara tepat atas kesulitan siswa, guru pembimbing harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan adanya kemungkinan kesulitan belajar yang melanda siswa). Dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar siswa, guru pembimbing perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2. memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. mewawancarai orang tua atau wali untuk mengetahui hal-hal keluarga siswa yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. 4. memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 5. memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 5 Aktivitas belajar bagi siswa, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Terkadang lancar, kadang tidak, kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang terasa amat sulit dalam memahaminya. Dalam hal semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Setiap siswa memang tidak ada yang sama. Perbedaan ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa. Keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah 5 Ibid, h. 144-145

4 kesulitan belajar. Oleh karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap siswa, maka para pendidik terutama guru pembimbing perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini dapat dilihat dari menurunnya prestasi belajar siswa. Di kelas sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan menunjukkan gejala prilaku seperti anak-anak atau siswa menunjukkan misbehavior berat atau maladaptif, berprilaku agresif yang berpotensi antisosial, prilaku yang menyimpang dari norma-norma agama. Prilaku tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar cenderung akan mengalami kecemasan, frustasi, gangguan emosional, hambatan penyesuaian diri dan gangguan psikologis yang lain. Pada tingkatan tertentu memang ada siswa yang mampu mengatasi kesulitan dalam belajarnya tanpa melibatkan orang lain, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu juga, ada siswa yang tidak mampu mengatasi hal tersebut, sehingga siswa tidak dapat belajar secara wajar dan nyaman. Bila hal ini tidak dicegah dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka akan membentuk siswa menjadi pribadi yang malas, bertindak semau-maunya, tidak disiplin, selalu menyia-nyiakan waktu dan sebagainya. Sedangkan tuntutan siswa bagi kedua orang tuanya adalah sebagai generasi muda yang cerdas, tangkas, disiplin, bertanggung jawab dan mampu menopang budaya-budaya yang melanggar norma-norma yang ada di negeri tercinta bumi lancang kuning khususnya dan indonesia pada umumnya.

5 Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru merupakan salah satu SMA Negeri yang berada di kota Pekanbaru yang banyak diminati siswa. Berdasarkan pengamatan awal (studi pendahuluan ), tanggal 9 Juli s/d 21 September 2012, waktu itu peneliti melaksanakan Program Praktik Lapangan (PPL), sekolah tersebut mempunyai empat orang guru pembimbingyang bertugas dan bertanggung jawab membantu menyelesaikan masalah siswa, dan salah satunya yaitu dengan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Peneliti memilih kelas XI, karena waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran baru, dimana kelas X belum dapat diketahui hasil belajarnya, dan kelas XII sudah harus fokus menghadapi UN. Disini, peneliti melihat penyelenggaraaan diagnosis kesulitan belajar tersebut sepertinya belum terlaksana dengan baik, hal ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Guru pembimbing tidak melakukan observasi terhadap siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung 2. Guru pembimbing tidak mengidentifikasi siswa yang mengalami gangguan pada panca indranya 3. Guru pembimbing kurang bekerjasama dengan guru mata pelajaran dan orang tua siswa dalam mengatasi kesulitan belajar 4. Guru pembimbing tidak melakukan perubahan cara belajar yang lebih baik kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar yang telah didiagnosis. 5. Adanya ketidaksingkronan antara alternatif penyelesaian masalah dengan penerapannya dalam proses pembelajaran

6 Berdasarkan gejala-gejala diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan ini dengan judul Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru. B. Alasan Memilih Judul Adapun alasan peneliti memilih judul dan Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru sebagai lokasi penelitian adalah : 1. Persoalan atau masalah yang dikaji dalam judul diatas sesuai dengan bidang ilmu yang penulis pelajari, yaitu bimbingan dan konseling 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah tersebut 3. Lokasi penelitian ini terjangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian C. Penegasan Istilah Agar penelitian ini dapat dipahami dengan jelas, maka beberapa istilah yang digunakan memerlukan penjelasan yang lebih jelas, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan arti dari istilah-istilah tersebut sebagai berikiut: 1. Pelaksanaan adalah Proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan keputusan). 6 2. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meneliti kasus, menemukan penyebab timbulnya masalah serta usaha untuk menemukan letak dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa, 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h.627

7 serta memperkirakan dan menetapkan kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan diberikan sehingga siswa yang bersangkutan terlepas dari kesulitan yang dialaminya. 3. Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan dalam ruang lingkup sekolah. 7 4. Guru pembimbing adalah tenaga pendidik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan kelatenan untuk menciptakan anak memiliki prilaku sesuai dengan yang diharapkan. 8 D. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar yang dilakukan oleh guru pembimbing b. Kemampuan guru pembimbing dalam mendiagnosis kesulitan belajar c. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar. 2. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya cakupan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, sementara penulis terbatas untuk meneliti semuanya, maka peneliti memfokuskan pada : Pers, 2007), h. 157 7 Djamah, Guru dan anak didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h. 151 8 Martinis Yamin, Proses Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta : Gaung Persada

8 a. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru b. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru? b. Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa di sekolah menengah atas negeri 12 Pekanbaru

9 2. Kegunaan Penelitian Ada beberapa kegunaan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini : a. Bagi guru pembimbing, hasil penelitian dapat dijadikan rujukan dan masukan serta informasi bagi guru. b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan. c. Bagi Siswa, merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas belajar sehingga mampu mengurangi kesulitan belajarnya d. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk menyusun sebuah laporan penelitian sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan SI konsentrasi Bimbingan Konseling Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UIN Suska Riau dan sekaligus untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I).