BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara. 1. Apakah Desa Sei Sentosa telah menerima Dana Desa (DD) yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

SALINAN WALIKOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

2016, No b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. Desa menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang. Pemerintahan Daerah, merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu pemerintah desa diharapkan untuk lebih mandiri dalam. milik desa. Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. disebut global governance. Keberhasilan pembangunan nasional akan sangat

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

I.PENDAHULUAN. Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke- 4 menyatakan negara mengakui

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BUPATI LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini telah di limpahkan ke masing-masing daerah melalui otonomi daerah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam hukum yang hidup

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sngat kental dalam kehidupan masyarakat desa, membuat masyarakat saling

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa Daerah/Wilayah Provinsi dan setiap Daerah/Wilayah Provinsi terdiri atas beberapa daerah Kabupaten/kota. Selanjutnya didalam tiap daerah Kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut Desa dan Kelurahan. Dengan demikian, Desa dan Kelurahan adalah satuan pemerintahan terendah dibawah pemerintah kabupaten/kota (Nurcholis, 2011: 1). Desa menurut R. Bintarto (Nurcholis, 2011:4) adalah suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis sosial ekonomi, politis dan kultural yang terdapat di situ dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Secara umum Desa adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal atas dasar hubungan kekerabatan dan/atau kepentingan politik, sosial, ekonomi dan keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing warganya, umumnya warga hidup dari pertanian, mempunyai hak mengatur rumah tangga sendiri dan secara administratif berada dibawah pemerintahan kabupaten/kota. Keberadaan desa secara yuridis diakui dalam undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan diperkuat undang-undang republik 11

Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa, menurut undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa bab 1 pasal 1 nomor 1, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan kesatuan Republik Indonesia (lihat undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa). Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Negara bangsa ini terbentuk, struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Pada saat ini desa telah memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan rumah tangganya sendiri hal ini disebabkan desa telah menjadi daerah otonom dan sering disebut sebagai otonomi desa. Otonomi desa dianggap sebagai kewenangan yang telah ada, tumbuh mengakar dalam adat istiadat desa bukan juga berarti pemberian atau desentralisasi. Otonomi desa adalah suatu kondisi dimana pengaturan desa dilakukan oleh masyarakat melalui kelembagaan mereka bukan oleh pemerintahan desa semata. Otonomi desa berarti juga kemampuan masyarakat (Saragi, 2004 : 29). Otonomi desa telah menjadi harapan baru bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi 12

adalah satu peluang baru yang dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur desa. Desa yang merupakan pemerintahan terkecil serta berada dibawah Kecamatan memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. Dalam UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa dan mendapatkan sumber pendapatan. Proses pemerintahan pada Desa merupakan pemerintahan yang paling bawah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, sehingga partisipasi dan kepercayaan masyarakat atas pengelolaan pemerintah Desa sangat dibutuhkan, pada saat ini Desa sedang melakukan pembenahan taraf hidup masyarakat desa yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibidang sosial ekonomi tentunya aspirasi-aspirasi dan partisipasi masyarakat desa sangat dibutuhkan. Selain dari masyarakat juga dibutuhkan kepercayaan dari tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi lagi yaitu pemerintah daerah dan pusat yang juga besar andilnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat didesa. Belakangan terakhir ini desa menjadi sorotan kita bersama terutama bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebab desa didominasikan sebagai pemerintahan terendah yang sedang giat melakukan pembangunan baik pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana, meningkatkan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa dan pembangun sumber daya manusia guna mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Hal ini diperkuat pasal 13

78 ayat 1 tentang tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan (jurnal Antono Herry P.A). Secara umum kesejahteraan berarti keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, perawatan kesehatan. Sama halnya dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa sejahtera adalah keadaan atau kondisi hidup yang memenuhi syarat-syarat hidup yang layak yaitu tercukupinya kebutuhan-kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, papan, makan sehari 3 kali, serta mempunyai pakaian yang berbeda misalnya pakaian untuk bekerja, pakaian untuk bepergian dan pakaian sehari-hari di rumah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kesejahteraan merupakan usaha untuk memperjuangkan harkat kemanusiaan yang menempatkan manusia secara terhormat sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia. Kecukupan pangan, sandang, papan, kesehatan, keamanan, persaudaraan dan sebagainya merupakan indikator-indikator awal dari pencapaian kesejahteraan dalam arti luas(http://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 10 februari 2017 pukul 17.00 wib). Istilah kesejahteraan erat kaitannya dengan pemerintahan di Indonesia. Dalam pemerintahan Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama yang harus dicapai tak terkecuali pemerintah desa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan desa demi mencapai kesejahteraan masyarakat. 14

Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, pendidikan dan lain sebagainya, tetapi pada penelitian ini memiliki fokus pada bidang sosial ekonomi yaitu terkait dengan mudahnya masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial ekonomi seperti berinteraksi sesama masyarakat desa kemudian mengeluarkan hasil bumi. Dalam proses mensejahterakan masyarakat desa tentunya pemerintah desa membutuhkan jumlah dana yang tidak sedikit mengingat banyaknya pembenahan yang harus dilakukan pemerintah demi mencapai kesejahteraan masyarakat desa, walaupun sebenarnya desa memiliki sumber pendapat asli desa yang diantaranya hasil usaha desa, hasil aset desa, hasil pasar desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa (diatur dalam UU tentang desa pasal 72 ayat 1 poin a). Jika hanya mengandalkan dana pendapatan asli desa tentulah proses pencapaian kesejahteraan masyarakat desa akan terhambat karena kurangnya dana. Untuk itu desa sangat memerlukan anggaran untuk membiayai kegiatannya. Akan tetapi situasi dan kondisi keuangan yang dimiliki oleh pemerintah desa sebagian besar masih belum memungkinkan untuk dapat membiayai kebutuhannya sendiri dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini yang kemudian memunculkan anggaran dana untuk desa yang kemudian disebut Dana Desa (DD). Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat (dalam PP Nomor 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa ). Dana 15

desa yang bersumber dari APBN ini merupakan wujud dari perhatian negara terhadap desa. Dana Desa ini dimaksudkan sebagai stimulan yang berupa bantuan atau suatu dana perangsang untuk membiayai dan mendorong program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Dana Desa ini merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya supaya tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan desa demi menunjang kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya anggaran Dana Desa ini desa semakin sejahtera serta meningkatkan daya beli masyarakat desa. Desa bukan lagi pinggiran, tapi pusat kesejahteraan. Kebijakan pemerintah pusat untuk pemberian Dana Desa(DD) kepada desa mulai diterapkan tahun 2014 dan mulai berjalan tahun 2015, setiap desa akan mendapatkan dana sebesar Rp.750.000.000 (menurut menteri keuangan) namun besaran dana desa yang diterima setiap desa nantinya tidak sama sebab didasarkan atas beberapa hal. Besaran dana desa yang diterima terbagi menjadi 90 persen dibagi rata dan 10 persen didasarkan pada empat hal, yakni jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Dengan mengalokasikan dana desa diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat menjadi kenyataan, sehingga masyarakat pedesaan tidak lagi menjadi masyarakat yang terbelakang sekaligus menurunkan tingkat ketimpangan di desa baik antar desa maupun ketimpangan antar kota dan desa. Dengan anggaranyang cukup signifikan tersebut telah tersalur ke desa menjadikan anggaran yang tersedia harus benar-benar diperhatikan 16

pengelolaannya, sebab jika tidak dana yang tersedia akan habis percuma atau bahkan akan terjadi penyelewengan Dana Desa dan yang lebihnya lagi jika pengelolaannya tidak terlaksana dengan baik maka kegiatan yang akan dilaksanakan tidak berjalan dengan baik dan hasilnya tidak maksimal bagi masyarakat dalam artian dapat merugikan masyarakat. Pengelolaan memang sangat diperlukan dalam suatu kegiatan gunanya untuk mengatur semua kegiatan, agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Tanpa adanya pengelolaan yang benar dalam suatu kegiatan tentu akan membuat kegiatan tersebut berjalan dengan tidak teratur. Begitu juga dengan Dana Desa yang membutuhkan pengelolaan, Pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Secara umum Pengelolaan Dana Desa meliputi pengalokasian Dana Desa atau prioritas penggunaan Dana Desa dan tahapan atau proses dalam pengelolaan Dana Desa itu sendiri. Pengelolaan Dana Desa yang bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat dimulai dengan penggunaan Dana Desa artinya Dana Desa yang ada dikelola untuk apa, diprioritaskan untuk apa. Prioritas penggunaan Dana Desa harus benar-benar berdasarkan atas apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat bisa membawa perubahan bagi sosial ekonomi masyarakat. Selanjutnya pengelolaan Dana Desa juga tidak terlepas dari beberapa tahap, tahap adalah suatu proses kegiatan dari awal hingga akhir sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahap adalah bagian dari perkembangan (pertumbuhan), bagian dari sesuatu yang ada awal dan akhirnya, bagian dari urutan (menegak atau menyamping) tingkat, jenjang begitu juga dengan pengelolaan Dana Desa yang memiliki proses kegiatan dari awal hingga akhir. 17

Pengelolaan Dana Desa juga tidak terlepas dari prinsip yang diterapkan untuk menunjang keberhasilan program Dana Desa,Prinsip dapat dipahami sebagai suatu kondisi yang harus ada atau dieksekusi. Dan mungkin atau tidak mungkin juga berarti aturan umum yang digunakan sebagai sebagaipanduan (misalnya untuk perilaku dasar).prinsip berfungsi sebagai dasar (pedoman) untuk bertindak, itu bisa sebagai acuan untuk proses dan juga sebagai pencapaian target. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya). Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor 21 tahun 2015 tentang penetapan prioritas penggunaan Dana Desa tahun 2016. Prioritas pengelolaan Dana Desa didasarkan pada prinsip-prinsip: a. Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa membedabedakan. b. Kebutuhan prioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan Desa yang lebih mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar masyarakat Desa. c. Tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta perubahan atau perkembangan kemajuan desa. Pengelolaan Dana Desa juga didasarkan atas partisipasi masyarakat, dari mulai awal kegiatan pengelolaan Dana Desa sampai dengan akhir membutuhkan partisipaasi masyarakat. Kemudian pengelolaan Dana Desa yang didalamnya terdapat pembangunan infrastruktur juga harus melibatkan 18

masyarakat artinya masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam pembangunan infrastrukur yang anggarannya menggunakan Dana Desa, dalam pembangunan infrastruktur dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dipercaya akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging). Menurut Nur, Bulkis, & Hamka (dalam Ayu Kusumastuti, 2015 )diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur desa dapat berupa ide/pemikiran, tenaga, dan dana. Artinya, dalam pembangunan di pedesaan, masyarakat cenderung menerapkan prinsip bekerjasama dan gotong royong dengan berbagai macam bentuk partisipasi. Pengelolaan Dana Desa dengan mengikutsertakan masyarakat didalamnya diharapkan dapat meminimalisir terjadinya penyelewengan dan kebocoran dana selain itu pemerintah desa juga memerlukan gagasan dari masyarakat karena masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka butuhkan dan pemerintah hanya memfasilitasi dan mendorong masyarakat desa dapat memberikan partisipasiagar Dana Desa yang dikelola sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga akan memberikan hasil yang baik dan efektif terhadap masyarakat. Selain itu agar mesyarakat tidak dijadikan sebagai penikmat hasil dari pengelolaan Dana Desa tersebut melainkan sebagai perumus pengelolaan Dana Desa artinya masyarakatlah yang menjadi pelaku atau aktor dalam pengelolaan Dana Desa. Begitu juga dengan Desa Sei Sentosa yang telah menerima anggaran Dana Desa dari pemerintah pusat ini agar memperhatikan setiap sudut pengelolaan Dana Desa, dimulai dari Dana Desa dikelola untuk apa atau prioritas penggunaan Dana Desa kemudian prinsip-prinsip yang yang 19

dipergunakan dalam pengelolaan Dana Desa serta tahap atau proses penggunaan Dana Desa itu sendiri. Sebagaimana juga yang diketahui bahwa Sumber Daya Manusia di desa masih tergolong memiliki kreatifitas dan partisipasi yang rendah dalam segala kegiatan di pemerintahan desa, hal ini menjadi sesuatu yang menarik bagi penulis bagaimana pemerintah desa dan masyarakat desa harus mampu mengelola Dana Desa sesuai dengan kebutuhan mereka. Masyarakat dituntut untuk menjadi aktor dalam pengeolaan Dana Desa, selain itu masyarakat dan pemerintah desa juga harus aktif dan menjalankan fungsinya masingmasing. Hal ini lah yang melatar belakangi penulis untuk meneliti mengenai pengelolaan Dana Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi. Desa Sei Sentosa telah menerima anggaran dana dari pemerintah pusat sejak tahun 2015-2016, pada tahun 2015 jumlah anggaran yang diterima sebesar Rp 293.513.000 dan pada tahun 2016 sebesar Rp 600.000.000 (berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Desa dan bendahara Desa Sei Sentosa). Dengan jumlah Dana Desa yang diterima desa Sei Sentosa cukup signifikan, tentulah pemerintah desa dalam hal ini wajib mengelola Dana Desa dengan baik dan benar agar Dana Desa yang tersalur tidak habis percuma serta agar membawa perubahan bagi sosial ekonomi masyarakat Desa Sei Sentosa. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah pusat yaitu memberikan anggaran untuk desa tentu sangat membantu desa-desa yang ada di Indonesia dalam proses pencapaian kehidupan yang sejahtera. Begitu juga dengan Desa Sei Sentosa telah menerima anggaran yang bersumber dari APBN tersebut, Desa ini menerima anggaran Dana Desa sejak tahun 2015 sampai dengan sekarang. Desa 20

Sei Sentosa adalah Desa yang berada di Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara. Desa ini termasuk tipologi desa berkembang yang dalam proses pembangunannya memprioritaskan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja dan pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat desa yang kesemuanya itu guna mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Desa Sei Sentosa terdiri dari 6 dusun yaitu dusun 1, dusun II A, dusun II B, dusun III, dusun IV A, dusun IV B memiliki penduduk yang berjumlah 3.462 jiwa dengan jumlah keluarga 952 KK. Penduduk Desa Sei Sentosa bermata pencaharian sebagai Petani, Pekerja Bangunan, Wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, Pedagang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan Dana Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi? Pengelolaan Dana Desa yang saya maksud meliputi prioritas penggunaan Dana Desa yang dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat, prinsip yang diterapkan dalam pengelolaan Dana Desa dan tahap dalam penggunaan Dana Desa. 2. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Dana Desa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi? 21

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisisbagaimana pengelolaan Dana Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi? Pengelolaan Dana Desa yang saya maksud meliputi prioritas penggunaan Dana Desa yang dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat, prinsip yang diterapkan dalam penggunaan Dana Desa dan tahap dalam penggunaan Dana Desa. 2. Mengetahui dan menganalisis bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian sudah selesai dilakukan. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial, memberi kontribusi bagi ilmu sosiologi khususnya bagi mata kuliah perencanaan dan kebijakan publik. 22

2. Menambah refrensi hasil penelitian yang dijadikan sebagai bahan rujukan untuk peneliti bagi mahasiswa sosiologi. 3. Diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat bagi peneliti Sebagai penambah wawasan dan meningkatkan kemampuan akademisi peneliti mengenai pengelolaan dana desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sosial ekonomi. Bagi sosiologi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti berikutnya. Bagi pemerintahan desa diharapkan dapat memberikan masukan untuk para pembuat kebijakan dan khususnya terhadap masyarakat Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu. 1.5 Definisi Konsep Konsep adalah proses upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian, tujuan definisi konsep untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1 Pengelolaan Dana Desa Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengelolaan dana desa didasarkan atas dasar transfaran dan partisipatif untuk setiap rangkaian kegiatan. 2 Kesejahteraan Masyarakat di bidang sosial ekonomi 23

Kesejahteraan masyarakat di bidang sosial dapat dilihat dari mudahnya proses sosial seperti interaksi, gotong royong dan lain sebagainya antara individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Sedangkan pada bidang ekonomi terkait dengan peningkatan pendapatan masyarakat, dan mudahnya masyarakat melakukan kegiatan ekonomi. 3 Dana Desa Anggaran keuangan desa yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. 4 Otonomi Desa Otonomi merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah,sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut (Wijaya.2003:165). Tujuan otonomi adalah meningkatkan partisipasi masyarakat, dan lembaga yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan desa. Lembaga inilah yang menjadi ujung tombak pemerintahan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. 5 Partisipasi Partisipasi adalah peran serta seseorang atau sekelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberikan masukan berupa pikiran, tenaga, waktu, 24

keahlian, modal atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Nyoman, 2010:46). 6 Prinsip Pengelolaan Dana Desa adalah suatu aturan yang dijadikan pedoman dan harus dipenuhi untuk mencapai target tujuan dalam Pengelolaan Dana Desa. 7 Tahap Pengelolaan Dana Desa adalah rangkaian proses yang dilalui dalam pengelolaan Dana Desa dari awal pengelolaan Dana Desa sampai dengan akhir misalnya perencanaan dan sebagainya. 8 Pembangunan adalah pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan dengan menjadikan suatu hal dari yang tidak ada menjadi ada dan dari yang tidak nyata menjadi nyata. 9 Infrastruktur adalah bentuk dari hasil kerja manusia yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar aktifitas manusia. 10 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006). 25

11 Parit adalah lubang panjang di tanah tempat aliran air, selokan, fungsi parit sebagai memperlancar mengalirnya air limbah rumah tangga dan aliran air setelah turunnya hujan untuk menuju ke arah sungai. 26