BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan atau perbankan Islam (al-mashrafiyah al-islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Secara resmi keberadaan bank syariah di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1992 dimana Bank Muamalat berdiri sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Lalu Bank Muamalat diresmikan pendiriannya pada 1 November 1991. Kemudian bank bank konvensional diijinkan melaksanakan dual banking system dan bank konvensional diperkenankan membuka kantor layanan syariah. Saat ini sudah banyak bank konvensional yang membuka layanan syariah dan semakin berkembang dengan adanya permintaan dari masyarakat akan jasa tabungan tanpa bunga. Pada awalnya keberadaan Bank Muamalat di Indonesia belum mendapat perhatian yang optimal dalam tahapan industri perbankan nasional. Lalu lahirnya undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan dan diakui keberadaannya, maka perbankan syariah mulai menunjukan prospeknya sangat bagus dan menanggapi beberapa pasal yang tersebut dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992. Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10 15 % per tahun. Bahkan 2013 ini pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia mencapai 51%. Sistem ekonomi syariah diharapkan bisa membantu ekonomi global. Ekonomi syariah menghindari eksploitasi keuangan, ekonomi syariah juga turut berperan dalam pertumbuhan UMKM di Indonesia, dan ekonomi syariah juga turut serta dalam pembangunan infrastruktur negara. 1
2 Industri keuangan syariah dipercaya sangat tangguh menghadapi ujian krisis. Seperti saat krisis 1997/1998 hingga krisis 2008 industri keuangan syariah tetap berdiri di tengah ambruknya industri lain. Berdasarkan data riset, hingga 2012, jumlah bank umum syariah sebanyak 11 dan unit usaha syariah bank umum sebanyak 24. Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ada 158. Dari segi aset, total aset bank umum syariah tumbuh 25,81% pada 2012 dan aset unit usaha syariah bank sebesar 66,97%. Industri BPRS mengalami pertumbuhan aset hingga 33,48%. Sementara itu, industri asuransi jiwa syariah tumbuh 40,64% dan asuransi umum syariah pertumbuhannya 78,92%. Bank syariah memiliki potensi pasar yang begitu besar, sangat beralasan untuk tetap melihat masa depan perbankan syariah dengan penuh optimis, kendati saat ini pun tidak bisa lepas dari pengaruh turbulensi ekonomi. Namun, berbagai peristiwa krisis 1998, 2005, dan 2008, terbukti bisa dilewati industri perbankan syariah nasional. Agar kembali mampu melewati krisis dengan baik, bank-bank syariah harus tetap hati-hatiuntuk menjaga likuiditas dan kualitas aset produktifnya serta selalu berpegang teguh pada prinsip syariah dan rambu-rambu regulasi yang ada. Salah satu produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah dengan menggunakan akad mudharabah. Dalam mengapilikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah atau ijarah. Dana dapat pula digunakan bank untuk melakukan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi (Heri Sudarsono : 2012). Pada saat ini banyak masyarakat yang memilih deposito syariah,karena sistem bagi hasil. Terbuka peluang mendapatkan hasil investasi yang lebih besar dibanding bunga deposito di bank konvensional. Apalagi, bunga deposito saat ini juga cukup rendah. Maka, jika ingin mendapatkan return yang lebih besar, deposito bank syariah dapat menjadi alternatif. Berdasarkan
3 penelitian terdahulu, perkembangan volume deposito mudharabah selalu berfluktuasi setiap bulannya.hal ini terbukti dari perbandingan saldo berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Mandiri, total deposito mudharabah sampai bulan Oktober 2009 sebesar 3.587.212.180.224,00 dimana 34% dari total deposito tersebut adalah deposito berjangka 1 bulan, dan sisanya terbagi untuk deposito berjangka 3 bulan mempunyai volume sebesar 30% dari total deposito, 6 bulan sebesar 19% dan 12 bulan sebesar 17%. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya oleh Ana Maryana (2010) Universitas Widyatama yang berjudul Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil terhadap Deposito Mudharabah Bank Syariah Mandiri. Berikut jumlah simpanan deposito mudharabah pada lima bank syariah terbesar di Indonesia pada akhir tahun 2012 : Tabel 1.1 Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah pada 5 Bank Syariah di Indonesia tahun 2012 (dalam Rupiah) Nama Bank Jumlah Deposito 2012 Bank Muamalat Indonesia 4.429.374.841 Bank Syariah Mandiri 122.764.968.979 Bank BRI syariah 934.643 Bank BNI Syariah 3.671.146 Bank BCA syariah 746.506 Berdasarkan tabel di atas, jumlah deposito paling tinggi adalah Bank Syariah Mandiri. Ini dikarenakan sejak tahun 2011 Bank Syariah Mandiri menitikberatkan usahanya pada penghimpun dana di segmen konsumer. Komposisi dana pihak ketiga (DPK)-nya pun terjaga di atas 50% dari portofolio bank. Lalu Bank Muamalat Indonesia (BMI) menempati posisi kedua sebagai jumlah deposito tertinggi. Penulis mengambil sampel pada BMI dikarenakan BMI merupakan bank pertama dan murni syariah di
4 Indonesia, serta fluktuasi jumlah deposito mudharabah pada BMI mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah adalah inflasi, dimana inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga inflasi juga menyebabkan orang untuk menabung karena return yang didapat akan lebih besar. Berdasarkan penelitian terdahulu, inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Perkembangan inflasi pada perbankan syariah devisa yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2012 selama 8 triwulan yang memiliki nilai rata-rata inflasi terbesar di triwulan pertama pada periode 2011 dan memiliki nilai rata-rata inflasi terendah di triwulan pertama pada periode 2012. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Tri Rhoni Utomo pada tahun 2013. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah Simpanan Deposito Mudharabah adalah nilai kurs rupiah terhadap dollar AS. Gejolak nilai tukar (kurs) rupiah yang diprediksi berlangsung hinggal awal 2014 membuat cemas para pelaku pasar. Kalangan industri perbankan, termasuk perbankan syariah juga turut gelisah. Pembiayaan bank syariah yang dikucurkan dengan kencang beberapa tahun terakhir harus dimonitori lebih intens. Karena, banyak debitur sedang merasakan imbas gejolak ekonomi makro. Dan terakhir, faktor lainnya yaitu Tingkat Bunga. Melihat kompetisi dana pihak ketiga (DPK) kian ketat dan bank syariah harus menawarkan imbal hasil atau margin hasil untuk mendapatkan dana dan memelihara nasabah loyalnya. Seiring dengan beberapa kali kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate pada tahun 2012 sebesar 25 basis poin dari 6% menjadi 5,75% dan pada tahun 2013 naik sebesar 125 basis poin menjadi 7%
5 akhir Agustus lalu, bunga simpanan bank-bank telah merangkak.menurut pantauan Infobank, banyak deposan bisa menikmati suku bunga 7% hingga 8%, dari tiga bulan sebelumnya yang hanya 3% hingga 6%. Imbal hasil perbankan syariah, terutama untuk dana mahal seperti deposito, biasanya ekuivalen dengan tingkat suku bunga perbankan konvensional (infobank, 2013). Menurut penelitian terdahulu, bahwa tingkat suku bunga SBI tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap rata-rata tingkat bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Perkembangan tingkat suku bunga SBI konstan dan akan terus mengalami kenaikan. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Cintia Indrawati (2012) dan Ana Maryana (2010). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini variabel makro yang akan digunakan adalah inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar (kurs) yang berpengaruh terhadap simpanan deposito mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia dengan periode 2008-2012. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah per dollar AS dan simpanan deposito mudharabah? 2. Bagaimana pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah per dollar AS secara simultan terhadap simpanan deposito mudharabah? 3. Bagaimana pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah per dollar AS secara parsial terhadap simpanan deposito mudharabah? 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai tukar (kurs) terhadap simpanan deposito mudharabah di Bank Muamalat periode 2008-2012.
6 Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besarnya pengaruh inflasi terhadap simpanan deposito mudharabah di Bank Muamalat periode 2008-2012. 2. Mengetahui besarnya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap simpanan deposito mudharabah di Bank Muamalat periode 2008-2012. 3. Mengetahui besarnya pengaruh nilai tukar rupiah per dollar AS (kurs) terhadap simpanan deposito mudharabah di Bank Muamalat periode 2008-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak perguruan tinggi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar (kurs) terhadap simpanan deposito mudharabah di Bank Muamalat periode 2008-2012. Hasil penelitian ini dapat dijadikan satu masukan seputar pengaruh variabel makro ekonomi terhadap bidang ekonomi dan manajemen keuangan. 2. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi. 3. Bagi pemerintah. Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan akan pemahaman atas faktor-faktor makro ekonomi terhadap kegiatan perekonomian Indonesia. 4. Bagi peneliti. Bagi peneliti dan pembaca lain hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Diharapkan juga penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya.
7 1.5 Kerangka Pemikiran Banyak produk bank yang menghasilkan return. Return tergantung pada produk bank yang diambil. Return bisa diperoleh dari giro, deposito, tabungan, dan modal. Salah satu produk simpanan Bank adalah deposito. Deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank. Pada Perbankan Syariah juga terdapat produk deposito, namun menggunakan prinsip mudharabah yaitu suatu perkongsian antara dua pihak dengan pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul maal) menyediakan dana, dan pihak kedua selaku pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana (Heri Sudarsono, 2012:68 ). Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank (Kasmir, 2003:80). Banyak juga resiko yang mempengaruhi hasil dari return. Terdapat resiko yang terstruktur dan resiko yang tidak terstruktur. Resiko yang terstruktur antara lain inflasi, tingkat suku bunga Bank Indonesia, dan nilai tukar (kurs). Inflasi adalah inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa (Mankiw, 2006:75). Berdasarkan pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. BI Rate adalah balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
8 memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (Kasmir, 2008: 135). BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Nilai tukar (kurs) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk dari kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Terdapat dua jenis kurs, yaitu kurs rill dan kurs nominal (Mankiw, 2006:128). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah tercantum sebelumnya penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan independen (bebas) yaitu inflasi, tingkat suku bunga Bank Indonesia, dan nilai tukar (kurs) terhadap variabel dependen (terikat) yaitu simpanan deposito mudharabah pada Bank Syariah Muamalat periode 2008 2012.
9 Tabel 1.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Penulis Judul Variabel Hasil 1. Cintia Pengaruh tingkat X1 : SBI Indrawati suku bunga SBI X2 : DPK ( 2012) dan dana pihak Y : Rata-rata ketiga (DPK) tingkat bagi terhadap rata-rata tingkat bagi hasil hasil mudharabah mudharabah dan dan musyarakah. musyarakah. 2. Endah Analisis pengaruh X1 : kurs Purnamasari nilai tukar (kurs), X2 : SBI (2012) suku bunga bank X3 : Inflasi Indonesia, dan Y : Indeks Secara simultan : Ho₃ ditolak, Ha₃ diterima. Maka tingkat suku bunga SBI dan tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap mudharabah dan musyarakah. Secara parsial : Ho₁ diterima, Ha₁ ditolak. Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara suku bunga SBI dan tingkat bagi hasil terhadap tingkat bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Simultan : Ho ditolak, terdapat pengaruh yang signifikan secara inflasi terhadap harga saham simultan antara kurs, indeks harga sektor properti SBI, dan inflasi
10 No. Penulis Judul Variabel Hasil saham sektor terhadap indeks harga properti. saham sektor properti. Parsial : pada nilai tukar Ho diterima, suku bunga Ho diterima, dan pada inflasi Ho ditolak. 3. Rhoni Tri Pengaruh bagi X1 : bagi hasil Simultan : Ho Utomo (2013) hasil dan inflasi terhadap deposito mudharabah bank X2 : inflasi Y : deposito mudharabah ditolak, tidak terdapat pengaruh antara tingkat bagi hasil dan umum syariah inflasi terhadap devisa pada deposito periode 2011- mudharabah. 2012. 4. Ana Pengaruh tingkat X1 : SBI Simultan : Ho Maryana suku bunga dan X2 : bagi hasil ditolak, bahwa (2010) bagi hasil terhadap deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri. Y : deposito mudharabah tingkat suku bunga SBI dan tingkat bagi hasil secara simultan berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah. Parsial : Ho diterima, maka tingkat suku bunga SBI dan tingkat bagi hasil secara parsial tidak
11 No. Penulis Judul Variabel Hasil berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah. 5. Yudi Setia Pengaruh Sistem X1 : sistem Simultan : sistem Nugraha (2010) Pembiayaan Berdasarkan mudharabah mudharabah dan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Besarnya X2 : sistem musyarakah Y : pendapatan musyarakah memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap efektifitas Pendapatan margin dan pendapatan margin Margin Dan Bagi Hasil bagi hasil dan bagi hasil. Parsial : tidak ada pengaruh signifikan antara sistem mudharabah dan musyarakah terhadap pendapatan margin dan bagi hasil. Berdasarkan tabel diatas, kesimpulan yang didapatkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar (kurs) sangat berpengaruh terhadap semua aspek. Namun tidak semua berpengaruh secara signifikan. Misalnya, inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham otomotif di bursa efek, namun inflasi sangat berpengaruh terhadap harga saham di bidang properti. Tingkat suku bunga SBI juga sangat berpengaruh signifikan terhadap rata-rata tingkat bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Tingginya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah dan tingginya
12 tingkat suku bunga perbankan atau sebaliknya menjadi salah satu acuan yang dicapai oleh pemodal sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan keputusan investasinya. Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Bank risk return systematic unsystematic giro deposito tabungan modal inflasi Suku bunga kurs Sumber : Penulis Keterangan : : Faktor yang diteliti : Faktor yang tidak diteliti 1.6 Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 1 : Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh secara simultan terhadap simpanan deposito mudharabah. H 2 : Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh secara parsial terhadap simpanan deposito mudharabah.
13 Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau sudah tersedia pada suatu instansi. Observasi penelitian ini dimulai dari periode 2008 sampai dengan 2012 dengan skala bulanan. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series. Kuantitatif adalah data-data yang dipergunakan dinyatakan dalam bentuk angka. Sedangkan time series adalah data tersebut dikumpulkan dari waktu. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar terhadap deposito mudharabah, digunakan analisis statistik yaitu analisis korelasi, koefisien determinasi dan regresi linier. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan uji F statistik dan uji t statistik untuk pengujian hipotesis secara parsial (Riduwan,2012). 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan, namun dengan mengakses laporan keuangan perusahaan perbankan syariah Muamalat periode 2008 2012 pada website www.muamalatbank.co.id dan situs Bank Indonesia www.bi.go.id serta media cetak dan elektronik berskala nasional. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Mei 2014.