BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hilman Sugiarto, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

Ketuntasan Belajar Mahasiswa Kelas Pendidikan Kimia Internasional 2010 Jurusan Kimia FMIPA Unesa pada Mata Kuliah English

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI

02. Konsep Dasar Media

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

Pengertian Media adalah. segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatwa Tresna Radityan, 2014

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

2. Studi dan analisis geografi meliputi analisis gejala manusia dengan gejala alam, penyebarannya, interaksi dan interelasinya dalam ruang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bertanggungjawab untuk menciptakan sumberdaya manusia yang

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT

2014 PENGARUH MEDIA JOBSHEET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

I. PENDAHULUAN. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kunci yang sangat diperlukan dalam meletakkan fondasi bagi

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini, dihadapkan pada berbagai sumber masalah.

Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

2015 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PEMBUATAN BOUSTE HOUDER (BH)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam kesuksesan pembangunan suatu

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI. B. Pendekatan Penelitian

LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pelaksana pendidikan untuk

1 BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan mulai dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga SMA

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) dari masa ke masa semakin pesat. Fenomena ini mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

PENGGUNAAN MULTIMEDIA BERBASIS VIDEO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK MESIN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan. pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

I. PENDAHULUAN. Produktif atau Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan. kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas menuntut pendidikan yang mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Teguh Pratikno 1, Ewo Termedi 2, Wahid Munawar 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masyarakat Indonesia sekarang memasuki era dimana seluruh aspek kehidupan baik secara sosial, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri dalam sektor logam di Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Direktur Basis Industri Manufaktur Kemenperin, Harjanto yakni; prospek industri logam nasional di masa mendatang sangat baik dan pertumbuhan sektor logam dasar pada 2013, yakni Besi dan Baja mencapai 6.93 persen atau meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 5.86 persen (Antara News, edisi 2014). Dengan peningkatan ini memacu individu untuk berjuang di industri khususnya teknologi logam. Untuk mempersiapkan individu di dunia industri agar mampu bersaing maka perlu ada pendidikan yang merupakan dasar bagi individu mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas. Pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan adalah salah satu jenis lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu alternatif sekolah lanjutan selain Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) bagi peserta didik yang ingin mendapat keahlian dalam suatu bidang tertentu. Sekolah Menegah Kejuruan dibangun atau didirikan untuk menciptakan lulusan agar siap kerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menegah Bab I Ayat 1 Pasal 3, bahwa Pendidikan Menengah Kujuruan adalah pendidikan pada jenjang menegah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (Kurikulum SMK:2006). Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa sekolah menengah kejuruan memfokuskan pada suau program keahlian atau program pendidikan tertentu. Oleh karena itu, pendidikan formal mengalami beberapa perkembangan Kurikulum dari yang dulu KTSP pada tahun 2006 dilanjutkan sekarang Kurikulum 2013 yang tidak lain untuk meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan perkembangan ini mutlak dalam mengikuti kemajuan jaman. Kurikulum 2013 yang perkembangannya terlalu cepat sehingga tidak semua sekolah mampu menerapkannya maka dari itu menteri pendidikan dan kebudayaan mengembalikan

2 semuanya kepada sekolah agar bebas memilih kurikulum. Namun, di sekolah yang sudah berjalan selama 3 semester tetap pada Kurikulum 2013 akan tetapi ada juga yang kembali ke KTSP. Sekolah kejuruan yang kembali lagi ke KTSP diantaranya adalah SMK Tunas Bangsa, karena KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada serangkaian pengalaman yang harus dilakukan pada peserta didik. Peserta didik ini diutamakan mampu melakukan pengembangan pada dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan lingkungan. Dalam kurikulum tersebut memahami proses dasar perlakuan logam adalah standar kompetensi yang dipelajari pada jurusan teknik pemesinan di SMK Tunas Bangsa. Standar kompetensi memahami proses dasar perlakuan logam adalah materi yang terdapat di SMK Tunas Bangsa dimana didalamnya ada kompetensi dasar mendeskripsikan proses korosi dan pelapisan. Korosi adalah hal yang mutlak terjadi pada setiap logam apapun, maka dari itu korosi dapat dicegah dengan melapisi bagian logam tersebut. Oleh karenanya, kompetensi dasar korosi sangat dibutuhkan sebagai pengembangan diri untuk mempersiapkan ke dunia industri logam. Berdasarkan pengamatan dan observasi di SMK Tunas Bangsa Teknik Pemesinan kelas X kurang termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran proses dasar perlakuan logam. Disamping itu diperoleh data bahwa hasil belajar siswa tidak cukup memenuhi standar diantaranya; siswa yang mendapatkan nilai minimal 75 terdapat 40 % sedangkan 60 % masih dibawah standar kompetensinya. Walaupun pembelajaran proses dasar perlakuan logam di bimbing sepenuhnya oleh guru, dengan penjelasan proses terjadinya korosi tetapi siswa tidak sepenuhnya konsentrasi dan memahami penjelasan guru. Metode pembelajaran klasikal yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar tidak mampu menarik perhatian siswa, dengan metode ini guru cenderung kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Media bantu yang digunakan guru selama pembelajaran hanya berbatas padaa text book atau power point dan belum mampu menarik perhatian siswa. Pada pembelajaran produktif sendiri media yang layak digunakan untuk menghantarkan materi adalah yang mengandung unsur gerak sehingga proses terjadinya korosi dapat diperhatikan

3 dengan baik. Korosi dapat terlihat setelah logam itu terjadi korosi sedangkan prosesnya itu tidak dapat terlihat. Penggunaan media pembelajaran sangat memiliki manfaat yang cukup besar dalam proses kegiatan belajar mengajar. Susilana dan Riyana (2008: 9) menyatakan bahwa: Secara umum media mempunyai kegunaan (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Pernyataan ini sangat jelas bahwa peranan media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, memungkinkan intaraksi belajar mengajar yang lebih bervariasi dan bergairah, dengan demikian pembelajaran tersebut akan membawa pengaruh terhadap pembaharuan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Berbagai karakteristik dan jenis media pembelajaran telah banyak dimanfaatkan didalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Sudirman, dkk. (1992, hlm. 206) membagi media pembelajaran menjadi tiga bagian yaitu: (1) Media Audio (Media dengar) media ini mengandalkan kemampuan suara yang digunakan untuk menstimuli indra pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pembelajaran misalnya kaset, piringan hitam, radio tape recorder dan sebagainya. (2) Media Visual (Media Pandang), media visual mengandalkan indra penglihatan, digunakan untuk membantu indra penglihatan pada saat menerima mata pelajaran, misalnya gambar, diagram, foto dan film bisu. (3) Media Audio Visual (Media Pandang-dengar) yaitu media yang memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis audio dan visual, misalnya film, televisi, video, komputer dan sebaginya. Dari ketiga bagian media pembelajaran ini, media yang memiliki unsur suara dan unsur gambar atau disebut juga dengan multimedia mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena merupakan gabungan dari media audio dan media visual. Warsita (2008, hlm. 125) mengemukakan bahwa:

4 Kemampuan daya ingat media audio 10%, visual (teks visual) 40%, dan audiovisual 50%. Sedangkan tingkat kemampuan menyimpan pesan berdasarkan media audio < 3 hari 70%,> 3 hari menjadi 10%, media visual (teks visual) < 3 hari 72 %, > 3 hari menjadi 20%, media audiovisual < 3hari 85% > 3 hari menjadi 65%. Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa daya ingat seseorang akan tahan lebih lama apabila metode dan media pembelajaran yang digunakan perpaduan antara penuturan dan penunjukan. Hal inilah yang menyebabkan konsep pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran audio-visual (pandang-dengar) banyak dilakukan di sekolah-sekolah formal maupun non formal di dunia pendidikan. Kajian yang sebenarnya yang lebih menarik perhatian peneliti adalah media pembelajaran jenis audio-visual yang dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dan keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di universitas atau lembaga pendidikan, sehingga betapa bergunanya media membuat hasil belajar yang nilai rata-rata menjadi semakin tinggi. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sudjana dan Rivai (2005, hlm. 2) mengemukakan bahwa: fungsi media pembelajaran dalam proses belajar akan lebih menarik perhatian sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Hasil penelitian Hendri (2011, hlm. 85) didapat hasil belajar siswa pada post test dengan menggunakan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi teknologi las dari 35 orang dengan nilai rata-rata 82.41, berdasarkan data tersebut 22,85 % peserta didik yang hasil post test-nya tergolong kategori tinggi, 54.30 % tergolong kategori sedang, 22.85 % tergolong kategori rendah. Hasil ini mendorong untuk membuat penelitian tentang multimedia yang meningkatkan hasil belajar. Karena pembelajaran yang sebelumnya masih memiliki kekurangan, terbukti dari hasil observasi tanggal 5 mei 2015 pada mata diklat proses dasar perlakuan logam sedikit sekali siswa yang memperhatikan guru pada saat menerangkan, persentasenya sekitar 25 % siswa memperhatikan presentasi guru, 25 % siswa ngobrol, 12,5 % siswa bermain dan 37,5 % siswa mengantuk. Oleh karena itu, Multimedia Interaktif Berbasis Animasi ini perlu dikembangkan dengan harapan siswa jadi lebih tertarik mempelajari serta bisa meningkatkan hasil belajarnya. Karena dengan meningkatnya hasil belajar siswa jadi mampu bersaing

5 di masyarakat dan dunia industri yang semakin berkembang terutama dalam pengolahan logam yang mengalami peningkatan. B. Indentifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah untuk memperjelas permasalahan yang kemungkinan timbul dari penelitian dan juga identifikasi masalah ini berguna untuk memperjelas suatu objek dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Identifikasi masalah dalam penelititan ini adalah sebagai berikut; 1. Siswa kurang termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran proses dasar perlakuan logam. 2. Siswa yang memenuhi standar kelulusan hanya 40 % sedangkan 60 % masih dibawah standar. 3. Media bantu yang digunakan hanya text book dan power point belum mampu menarik perhatian siswa dalam proses dasar perlakuan logam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Bagaimana mengembangkan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi untuk pembelajaran proses perlakuan logam dasar? b. Bagaimana uji kelayakan dari ahli media dan ahli materi serta respon peserta didik dalam penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi? c. Apakah multimedia pembelajaraan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai KKM dalam proses dasar perlakuan logam? D. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak terlampau luas, ruang lingkup permasalahan perlu dibatasi dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti sehingga penelitian ini lebih terarah dan fokus pada masalah yang ada, maka perlu adanya pembatasan masalah 1. Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi pada materi proses korosi pada logam? 2. Hasil belajar diamati dengan angket dan soal evaluasi yang akan diberikan 3. Peneliti juga menitik beratkan pada respon peserta didik pada saat penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi.

6 E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu, seperti halnya penulisan skripsi ini. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengembangkan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi tentang proses dasar perlakuan logam. 2. Untuk mengetahui respon dari peserta didik dalam penggunaan multimedia pembelajaraan ini. 3. Untuk mengetahui apakah multimedia pembelajaraan ini meningkatkan hasil belajar yang sesuai KKM pada pembelajaran proses dasar perlakuan logam. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Animasi dapat menjadi media untuk penyampaian guru kepada siswa. 2. Penggunaan multimedia pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar korosi dan pelapisan logam. G. Struktur Organisasi Skripsi Penelitian ini disajikan dalam bab-bab yang disusun berdasarkan struktur organisasi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti dan posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

7 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan dan membahas hasil penelitian yang diperoleh yang meliputi : deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini penulis menjelaskan kesimpulan dari penelitian ini dan saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan penelitian.