BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan adalah aspek pemasaran (Kotler, 2009:10) mengemukakan pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Faizah, Nadia Rizqiyatul. & Suryoko, Sri. & Saryadi. Dengan judul Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB II LANDASAN TEORI. Jasa pada umumnya memiliki karakteristik yang berbeda jika

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan jenis bisnis yang sudah lama ada di dalam pasar. Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

Nora Tristiana Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Strategi Pemasaran One Stop Shopping. Menurut Kotler (dalam : 81)

BAB I PENDAHULUAN. memenangkan persaingan setiap organisasi atau penyedia jasa harus

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KUALITAS PELAYANAN JASA PERCETAKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT TRI JAYA MANDIRI

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH ATAS KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS PADA BANK SWASTA DI RIAU) Fenny Trisnawati & Lukman

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 KUALITAS PELAYANAN JASA PADA HOTEL SANTIKA DI PONTIANAK

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. Persaingan ini muncul karena semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 KUALITAS PELAYANAN JASA PADA CREDIT UNION PANCUR KASIH TEMPAT PELAYANAN SEBADU KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat dan kompetitif dari dunia usaha.. Konsekuensi dari hal. kebutuhan pokok maupun untuk kegiatan lainnya.

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

KUALITAS PELAYANAN PENYULUH PERTANIAN DAN KEPUASAN PETANI DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)

KERANGKA PEMIKIRAN pdf [2 Desember 2011] 1 Undang Undang Perlindungan Konsumen

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Negara dikatakan maju jika di bidang pendidikannya juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan telah dimanfaatkan oleh para investor dari dalam negeri maupun

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian dari Tantrisna dan Prawitasari (2006) dengan judul Analisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Definisi pemasaran telah banyak dijabarkan oleh para pakar ekonomi. Adapun definisi pemasaran menurut para ahli yaitu: 1. Menurut Kotler dan Susanto (2000:11), Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. 2. Menurut Abdullah dan Tantri (2012:3), Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis-sebuah proses integ-ral yang menyeluruh-bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan. Pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan. 3. Menurut Stanton, et.al (1994) dalam Tjiptono (2002:59), adalah sebaga i tempat pertemuan antara penjualan dan pembeli, barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran dilakukan oleh organisasi atau individu dan tujuan pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.2 Jasa/Layanan 2.2.1 Definisi Jasa Perkembangan pemasaran berawal dari tukar-menukar barang secara sederhana tanpa menggunakan alat tukar berupa uang ataupun logam mulia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka semakin dibutuhkannya suatu alat tukar yang berlaku umunya dan untuk itulah diciptakan uang. Adapun definisi jasa menurut Kotler dalam Tjiptono (2004:6) Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Menurut Nasution (2004:6) Jasa adalah jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, 14

15 hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Jasa/pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada memiliki, serta konsumen lebih dpat berbatisifasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Dala strategi pemasaran, difinisi jasa harus diamati dengan baik, karena pengertiannya sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan cepat lambatnya pertumbuhan jasa akan sangat tergantung pada penilaian konsumen terhadap kinerja (penampilan) yang ditawarkan. 2.2.2 Karakteristik Jasa Menurut Adisaputro, Gunawan (2014:184), karakteristik jasa dapat diuraikan menjadi 4 (empat) yaitu sebagai berikut: 1. Aspek ketidaktampakan (intangibility): produk jasa tidak bisa dilihat, dicoba, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum produk jasa itu dibeli, perusahaan penyediaan jasa dapat mencoba untuk memperlihatkan kualitas jasanya melalui bukti fisik dan presentasi tertentu, misalnya dalam bentuk gedung, petugas-petugasnya, peralatan yang digunakan, material untuk presentasi/komunikasi, lewat simbul dan harga jasanya. Hal-hal itu dimaksudkan untuk memberikan wujud dari hal yang sebenarnya tidak tampak. Dengan melihat hal-hal tersebut calon konsumen dapat menilai mutu, kemampuan, dan keseriusan si penyedia jasa. 2. Ketidakterpisahan ( inseparability): produk jasa dapat diproses/diproduksi dan dikonsumsikan pada waktu yang sama (simultan). Bila seseorang membeli produk jas sering kali penyedia jasa itu merupakan sebagian dari produk jasa itu sendiri. 3. Kesulitan penyeragaman produk jasa (variability): produk jasa sangat bergantung pada siapa penyedianya, kapan dan dimana produk jasa itu disediakan. Terdapat kecenderuangan sangat bervariasi mutu jasa itu. 4. Ketidakmungkinan disimpan (perishability): karena produk jasa tidak dapat disimpan maka tidak ada persediaan produk jasa. Bilamana volume permintaan akan jasa berfluktuasi (jasa transportasi darat maupun udara sesuai musim perjalanan) sehingga perusahaan penyediaan jasa akan menghadapi permasalahan untuk dapat mengatur volume jasa yang akan ditawarkan.

16 2.3 Kualitas Pelayanan 2.3.1 Definisi Kualitas Pelayanan Terdapat berbagai definisi dari kualitas pelayanan yang diuraikan oleh beberapa orang ahli, yaitu: 1. Wyckof (Tjiptono, 2004:59) Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. 2. Goetsh et al., (Tjiptono, 2004:51) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. 2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Apabila jasa yang diterima atau dirasakan swsuai dengan yang diharapakan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan lebih dai yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan ideal. Namun, sebaliknya jika jasa yang diterima konsumen lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa tersebut dipersepsikan buruk. Agar pelayanan memiliki kualits yang baik atau memuaskan, maka harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Parasuraman, dkk., 1998 dalam buku Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani ( 2009: 182) 1. Berwujud ( tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan linfkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2. Keandalan ( reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kenerja harus sesuai dengan harapan pelnggan yang bearti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan pelanggan akurasi yang tinggi. 3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,

17 dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menuggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Jaminan dan kepastian ( assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputkan beberapa komponen antara lain komunikasi ( communication), kredibilitas (credibility), keamanan ( security), kompetensi ( competence), dan sopan santun (courtesy). 5. Empaty ( empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Berdasarkan uraian diatas, kualitas pelayanan jasa merupakan suatu tingkat kemampuan ( ability) dari suatu perusahaan di dalam memberikan segala sesuatu yang menjadi harapan konsumennya, atau dengan kata lain tindaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan konsumennya secara konsisten. 2.4 Kepuasan Konsumen Saat ini perhatian atas kepuasan ataupun ketidakpuasan konsumen semakin besar. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat diantarannya hubungan perusahaan dan konsumennya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen yang benar-benar memenuhi harapan nilainya sekaligus berpengaruh pada kepuasan konsumen. Adapun definisi dari kepuasan konsumen adalah sebagai berikut: 1. Tse dan Wilton (Tjiptono, 2004:146) kepuasan atau ketidak puasan konsumen adalah respon konsumen terhadap ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan pemakaianya. 2. Engel (Tjiptono, 2004:146) kepuasan konsumen merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidak pastian konsumen timbul apabila hasil (out) tidak memenuhi harapan. 3. Kotler (Tjiptono, 2004:147) kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan diharapkan.

18 Berdasarkan pengertian kepuasan pelanggan diatas, bahwa konsumen merupakan suatu perassn, respon, terhadap kinerja produk dan konsumen akan membandingkan antara perasaannya dengan kinerja aktual yang diberikan perusahaan tersebut. Definisi tersebut menyangkut komponen kepuasan harapan (harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan). Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kenyataan (performance) dan harapan (expectation). Jika kualitas pelayanan berada di bawah harapan pelanggan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas atau senang. Banyak perusahaan berfokus pada tingkat kepuasan yang tinggi karena para konsumen lebih mudah mengubah pikiran apabila mendapatkan yang lebih baik. Konsumen yang tidak puas akan selalu mengganti produk mereka dengan produk pesaing. Mereka yang sangat puas sukar untuk mengubah pilihannya. Secara konseptual, kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti yang ditunjukan gambar 2.1 Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan keinginan pelanggan Produk Harapan pelanggan terhadap produk Nilai produk bagi pelanggan Tingkat pelanggan kepuasan Gambar 2.1 Diagram kepuasan pelanggan Sumber : Tjiptono (2004:147)

19 Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa). Sedangkan kualitas pelayanan yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Harapan palanggan dibentuk dan didasarkan ole beberapa faktor, diantarannya pengalaman bebelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing. Faktor tersebut yang menyebabkan harapan seseorang biasa-biasa saja atau sangat kompleks. Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan pelanggan, antara lain: 1. Pelanggan keliru mengkomunikasikan jasa yang diinginkan 2. Pelanggan keliru menafsirkan signal (harga, positioning, dan lain-lain) 3. Miskomunikasi rekomendasi mulut ke mulut 4. Kenerja karyawan perusahaan jasa yang buruk 5. Miskomunikasi penyediaan jasa oleh pesaing Diantara beberapa faktor penyebab tersebut ada yang biasa dikendalikan oleh perusahaan. Dengan demikian perusahaan bertanggung jawab untuk meminimumkan miskomunikasi dan misinterpretasi yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal ini perusahaan harus mengambil inisiatif agar ia dapat memahami dengan jelas instruksi dari konsumen dan konsumen mengerti benar apa yang akan diberikan. Keyakinan pelanggan yang kuat tentang apa yang sepatutnya ia terima, bisa dikarenakan dua faktor. Pertama, dari jaminan yang diberikan perusahaan. Kedua, dari pemakaian sebelumnya. Kedua faktor ini berpengaruh terhadap harapan pelanggan yang kemudian bisa meningkatkan ketidakpuasannya bila jasa yang disampaikan tidak memenuhi harapan tersebut. 2.5 Skala Likert Skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-

20 tidak baik (umar:2002). Untuk membuat skala likert dilakukan langkah -langkah sebagai berikut: 1. Peneliti mengumpulkan item-item yang banyak, yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. 2. Item-item tersebut kemudian dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti. 3. Responden diminta untuk mencek tiap item apakah ia menyenanginya (+) atau tidak menyukainya ( -). Responsi tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberikan skor tertinggi. 4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masingmasing item dari individu tersebut. 5. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tertinggi dan terendah dalam skala total. 2.6 Diangram Kartesius Diagram kartesius adalah suatu bengunan yang terdiri atas 4 (empat) bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik X dan Y. Titik X merupakan rata-rata dari skor tingkat pelaksanaan/kinerja sedangkan Y merupakan rata-rata skor tingakt harapan/kepemtingan. Kepuasan konsumen dapat dianalisis dari dua dimensi, yaitu dari harapanharapan atas sesuatu dan kenyataan-kenyataan yang diterima konsumen. Karena itu hal-hal yang ditanyakan akan terdiri dari dua dimensi. Data hasil kuesioner tersebut di plot nilainya pada diangram kartesius. Bila berada di kuadrat A, B, C atau D, maka komponen yang ditanyakan akan memiliki arti masing-masing.

21 Harapan Prioritas utama Kuadran A Pertahankan prestasi Kuadran B Prioritas rendah Kuadran C Berlebihan Kuadran D Kinerja Gambar 2.2 Diagram Kartesius Sumber: Hadi (2001:275) Skala keempat kuadran terdiri atas: 1. Kuadran A Pada posisi kuadran ini menjelaskan bahwa kualitas layanan suatu variabel lebih rendah dari yang diinginkan oleh konsumen. Konsumen merasakan tingkat yang rendah, sehingga menentu adanya perbaikan untuk item tersebut. Perusahaan harus menigkatkan kualitas layanan tersebut agar lebih optimal. 2. Kuadran B Pada posisi kuadran ini menjelaskan bahwa kualitas suaatu variabel berada pada tingkat yang sesuai dengan harapan konsumen. Sehingga perusahaan cukup memperhatikan kualitas layanan tersebut. 3. Kuadran C Kuadran ini menjelaskan bahwa kualitas layanan suatu variabel dan harapan dari konsumen berada pada tingkat rendah. Tetapi jika dilihat dari tingkat kepuasan konsumen cukup baik. Namun, konsumen mengabaikan item yang terletak pada kuadran ini.

22 4. Kuadran D Kuadran ini menjelaskan bahwa kualitas layanan suatu variabel berada pada tingkat tinggi tetapi harapan atau keinginan dari konsumen akan kualitas pelayanan tersebut rendah, sehingga perusahaan perlu mengurangi hasil yang dicapai agar dapat mengefisiensi sumber daya perusahaan. Semua faktor yang dinilai akan diketahui pada kuadran A, B, C dan D. Sehingga informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan dapat ditindaklanjuti berdasarkan hal tersebut.