BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam lingkungannya. Melayu yang belum mendapat pengaruh Barat. Hal ini disebabkan karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. menjadi sasaran penelitian. Dalam melaksanaan penelitian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembelajaran sastra, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. amat berhubungan dengan tradisi tulis yang berkembang di banyak daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi. Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sifat dan tata laku

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XII SMA NEGERI 2 BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

Oleh Justianus Tarigan Dr. Abdurahman A., M.Hum.

Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Menyediakan struktur dan penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung dan juga suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan nasional. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil daya cipta manusia baik lisan maupun tulisan yang memiliki ciri keartistikan dan keindahan dalam mengungkapkan isinya. Setiap karya sastra apapun wujudnya pada hakikatnya merupakan media komunikasi antara penikmat dengan penciptanya. Tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan, melalui karya sastra dapat dilihat berbagai masalah kehidupan manusia dalam lingkungannya. Salah satu kelompok periodisasi sastra Indonesia adalah sastra Melayu klasik (sastra Indonesia lama). Apabila dihubungkan dengan kesusastraan Indonesia, maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang belum mendapat pengaruh Barat. Hal ini disebabkan karena hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Diketahui bahwa sastra Indonesia adalah sastra yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai mediumnya. Bahasa Indonesia itu sendiri tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu. Akan tetapi akan kurang tepat juga jika dikatakan bahwa sastra Melayu sama dengan sastra Indonesia karena memang kenyataannya bahasa Melayu tidak sama dengan bahasa Indonesia. Selain itu, salah satu cakupan dari sastra Melayu klasik yaitu hikayat. Melalui hikayat seorang pengarang dapat menyampaikan pesan, ide, dan amanat kepada pembaca. Pembaca diharapkan memiliki sikap kritis sehingga mampu menganalisis dan menemukan makna berharga yang terkandung dalam hikayat tersebut. 1

Kemampuan mengapresiasi hikayat merupakan suatu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa karena kegiatan mengapresiasi hikayat merupakan salah satu aspek sastra. Selain itu mengapresiasi hikayat dapat mempermudah siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam hikayat tersebut. Pengajaran sastra Melayu klasik berupa hikayat di sekolah lanjutan termasuk pada aspek kemampuan yang tercantum pada kurikulum di dalam bahan kajian berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk, yaitu 1) mendengarkan karya sastra yang dilisankan atau dibacakan dan memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang terkandung di dalamnya; 2) membaca karya sastra tulis dan berekspresi sastra; 3) menulis karya sastra, berupa mengekspresikan pikiran, perasaan, dan imajinasi dengan menggunakan bahasa tulis; dan 4) melisankan karya sastra, berupa menuturkan, membawakan, dan membacakan karya sastra. Oleh karena sastra Melayu klasik berupa hikayat merupakan salah satu bagian aspek kemampuan bersastra, maka telah diajarkan kepada siswa kelas X MAN 2 Model Medan. Meskipun siswa telah diajarkan tentang kemampuan bersastra termasuk apresiasi hikayat, masih banyak keluhan guru bahwa siswa belum memahami dan belum mampu mengapresiasi hikayat dengan baik termasuk dalam memahami unsur-unsur intrinsiknya. Berdasarkan pengalaman selama praktik lapangan, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya mengenai sastra kurang diminati sehingga tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini masih belum terpenuhi. Hal ini diperkuat dalam artikel Kompas yang memuat keberadaan sastra Indonesia

yang buruk yang didapatkan dari makalah pada Seminar HMJ Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP UMSU. Pertama, pendidikan sastra terpinggirkan. Kedua, bacaan sastra sangat minim. Ketiga, pendidikan sastra mengalami kemunduran. Keempat, guru tentukan pengajaran sastra. Kelima, pengajaran sastra perlu paradigma baru (Selasa, 18 November 2008:12). Hal senada juga dibuktikan oleh penelitian Herman (2003) dengan judul Kemampuan Mengapresiasi Hikayat Dewa Mandu oleh Siswa Kelas 1SMA Teluk Bintan Kabupaten Kepulauan Riau. Dinyatakan dalam tesisnya bahwa kemampuan Siswa Kelas 1 SMA Teluk Bintan Kabupaten Kepulauan Riau dalam mengapresiasi Hikayat Dewa Mandu masih kurang dari kriteria baik karena hanya mencapai pada interval persentase penguasaan 0% - 59%. Hal-hal tersebut di atas juga diperkuat dengan hasil kemampuan bersastra siswa khususnya apresiasi sastra Melayu klasik yang diperoleh pada saat meninjau kemampuan siswa kelas X MAN 2 Model Medan dalam apresiasi hikayat bahwa nilai rata-rata mereka belum mencukupi standar yang ditentukan KTSP, yaitu >7,50. Oleh karena itu, berkembang isu di tengah masyarakat bahwa guru tidak mampu membina dan mengembangkan kemampuan bersastra para siswanya. Dengan melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan suatu strategi pembelajaran yaitu strategi induktif model Taba. Strategi induktif model Taba ini merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada pengolahan informasi. Menurut Taba, berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara pengajarannya, yaitu pembentukan konsep (concept formation), interpretasi

data (data interpretation), dan penerapan prinsip (application of principles). Keistimewaan strategi induktif model Taba ini adalah sangat cocok bagi pembahasan sastra. Data-data sastra langsung diteliti oleh siswa, kemudian diadakan penyimpulan-penyimpulan. Hal ini sesuai dengan pendekatan apresiasi sastra. Secara singkat strategi pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif siswa. Diharapkan strategi induktif model Taba ini dapat membantu siswa dalam mengapresiasi hikayat tersebut. Berdasarkan uraian di atas, muncullah keinginan peneliti untuk mencoba melakukan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Strategi Induktif Model Taba terhadap Kemampuan Mengapresiasi Hikayat Indra Dewa oleh Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. siswa cenderung kurang berminat mempelajari sastra khususnya hikayat sehingga belum sepenuhnya menguasai unsur-unsur intrinsik hikayat 2. siswa belum maksimal memahami hikayat sehingga sulit menganalis unsur-unsur intrinsik hikayat 3. dalam mengajar guru masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau tidak melakukan pengajaran bermakna 4. diduga penggunaan strategi induktif model Taba dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi hikayat.

C. Pembatasan Masalah Permasalahan ini dibatasi pada permasalahan yang lebih khusus untuk mencapai hasil yang maksimal. Surakmad (2000:26) menyatakan Pembatasan masalah penelitian perlu dirumuskan agar dapat kemudahan dan penyederhanaan yang akan dikaji. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada bagaimanakan pengaruh penggunaan strategi induktif model Taba terhadap kemampuan mengapresiasi hikayat Indra Dewa oleh siswa kelas X MAN 2 Model Medan tahun pembelajaran 2009/2010. Adapun yang dibatasi dalam apresiasi hikayat Indra Dewa hanya pada analisis objektif (struktural) yaitu memahami unsurunsur intrinsik dari Hikayat Indra Dewa tersebut. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswa mengapresiasi Hikayat Indra Dewa dengan menggunakan strategi induktif model Taba oleh siswa kelas X MAN 2 Model Medan? 2. Apakah ada pengaruh penggunaan strategi induktif model Taba terhadap kemampuan mengapresiasi Hikayat Indra Dewa oleh siswa kelas X MAN 2 Model Medan?

E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. mengetahui bagaimana kemampuan siswa mengapresiasi Hikayat Indra Dewa dengan menggunakan strategi induktif model Taba oleh siswa kelas X MAN 2 Model Medan 2. mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan strategi induktif model Taba terhadap kemampuan mengapresiasi Hikayat Indra Dewa oleh siswa kelas X MAN 2 Model Medan. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dirumuskan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. masukan bagi guru khususnya guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan strategi induktif model Taba khususnya dalam pengajaran sastra 2. memberi informasi tentang kemampuan siswa memahami unsur intrinsik hikayat sehingga para guru dapat menjadikannya tolak ukur dalam meningkatkan kemampuan para siswanya 3. sebagai bahan perbandingan untuk peneliti lanjutan yang akan meneliti dengan masalah yang sama.