PARADIGMA SAKIT VS. PARADIGMA SEHAT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dalam menentukan besarnya biaya operasional perusahaan, karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara kita Negara Indonesia adalah Negara berkembang baik dari segi

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PELAYANAN DOKTER GIGI KELUARGA (DOKTER GIGI SEBAGAI LAYANAN PRIMER) L A E L I A D W I A N G G R A I N I

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

PENGANTAR. xi P a g e

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

A. PENDAHULUAN. 1 Pada Prodi D III Kebidanan STIKES Duta Gama Klaten

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kearah perbaikan kualitas dan profesionalisme di berbagai sektor. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari. pembangunan sumber daya manusia, yaitu mewujudkan bangsa yang maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

PEDOMAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BAGEUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014). Hawkins dan Groves

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

USULAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Transkripsi:

PARADIGMA SAKIT VS. PARADIGMA SEHAT BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadangkadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Paradigma upaya kesehatan sekarang ini telah berubah dari paradigma sakit dengan upaya pengobatannya menjadi paradigma sehat dengan mengutamakan upaya penyuluhan kesehatan dan pencehagan penyakit. Sering ada slogan yang kita dengar bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Slogan ini akan lebih menekankan upaya pemberian informasi kesehatan tentang prilaku sehat namun tetap tidak mengabaikan upaya pengobatan dengan pemulihan penyakit. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.

Memasuki millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola piker atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2004). Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005). Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalahmasalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota masyarakat yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga terciptanya lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat, maka dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian akibat kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan sehat serta dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma Sakit dan Paradigma sehat? 2. Apa tujuan paradigma sakit dan paradigma sehat? 3. Bagaimana Isi Kebijakan Sewaktu Paradigma Sakit dan Pardigma sehat?

C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui definisi dari paradigma sakit dan paradigma sehat. 2. Untuk mengetahui tujuan dari paradigma sakit dan paradigma sehat. 3. Untuk mengetahui isi kebijakan paradigma sakit dan paradigma sehat. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Paradigma adalah cara pandang, pola pikir, cara berfikir atau kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. 1. PARADIGMA SAKIT Paradigma Sakit adalah cara pandang dalam upaya kesehatan yang mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Penanganan kesehatan penduduk menekankan pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit, penanganan penduduk yang sakit secara individu dan spesialistis. Hal ini menjadikan kesehatan sebagai suatu yang konsumtif. Sehingga menempatkan sektor kesehatan dalam arus pinggir (sidestream) pembangunan (Does Sampoerna, 1998). Dalam paradigma sakit, fokus pelayanannya ditujukan pada pelayanan dan pengobatan orang sakit. Dalam pembangunan kesehatan berperspektif paradigma sakit, segala perhatian dan dana dicurahkan pada pengadaan obat-obatan, alat-alat medis, penanganan pasien, balai pengobatan dan lain sebagainya. Paradigma sakit dicirikan dengan kebijakan kesehatan yang lebih mengutamakan aspek pengobatan (kuratif) dan rehabilitasi penyakit. Secara kasat mata, bisa dilihat dari lebih banyaknya anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk dua prioritas itu. Paradigma sakit merupakan kebijakan yang boros anggaran. Hingga saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata masih mengusung paradigma sakit. Umumnya, masyarakat baru mengunjungi dokter ketika sakit melanda. Padahal, memelihara kesehatan wajib dilakukan dalam keadaan apapun. 2. PARADIGMA SEHAT

Paradigma Sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan dari pada mengobato penyakit. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak azasi manusia dan menentukan kualitas hidup sumber daya manusia. Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik secara makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara makro, a. berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif. b. Paradigma sehat dengan sebutan : Gerakan Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1999. Lebih dari itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah perubahan mental dan watak dalam pembangunan. Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi sebagai berikut: 1. pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif, menjadi merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia (HAM). 2. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.

3. Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat jangka pendek ke depannya akan menjadi bagian dari upaya pengembangan SDM yang bersifat jangka panjang. 4. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari yang sakit/penyakit, tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang memandang manusia secara utuh. 5. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial. 6. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah-pecah (fragmented), tetapi terpadu (integrated). 7. Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetapi juga bergantung pada permintaan pasar. 8. Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat umum (pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan umum), melainkan juga masyarakat swasta (pelayanan kesehatan untuk perorangan/pribadi, misalnya homecare ). 9. Kesehatan bukan hanya menjadi urusan pemerintah, melainkan juga menjadi urusan swasta. 10. Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan), sedangkan keperluan lainnya perlu ditanggung bersama dengan pengguna jasa. 11. Biaya kesehatan bergeser dari pembayaran setelah pelayanan menjadi pembayaran di muka dengan model Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. 12.Kesehatan tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga dapat berfungsi ekonomi. 13.Pengaturan kesehatan tidak lagi diatur dari atas (top down), tetapi berdasarkan aspirasi dari bawah (bottom up). 14.Pengaturan kesehatan tidak lagi tersentralisasi, tetapi telah terdesantralisasi. 15. Pelayanan kesehatan tidak lagi bersifat birokratis tetapi entrepreuner. 16. Masyarakat tidak sekedar ikut berperan serta, tetapi telah berperan sebagai mitra. Hal ini berkaitan erat dengan keoptimalan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Undang undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan ikut menyatakan : a. pertama : menimbang bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. kedua : setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta penigkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. c. ketiga : setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara. d. keempat : setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. e. kelima : menimbang bahwa Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang kesehatan yang baru. f. keenam : berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam bagian pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima maka perlu membentuk Undang-Undang tentang kesehatan (KepMenKes 1998). Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat : a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif. b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis. c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degeneratif. d. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan khusus. e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk. B. TUJUAN PARADIGMA SAKIT DAN PARADIGMA SEHAT 1. Tujuan Paradigma Sakit Upaya membuat orang sakit menjadi sehat UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. 2. Tujuan Paradigma Sehat

Paradigma sehat bertujuan mewujudkan masyarakat sehat. Menurut anggapan orang awam, masyarakat sehat berarti tidak ada lagi yang sakit. Padahal yang dimaksud paradigma sehat adalah menjaga yang sehat tetap sehat dan yang sakit supaya menjadi sehat. Sedangkan berdasarkan Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indonesia sehat 2010 ini merupakan visi dan arah pembangunan yang kita selenggarakan. Misi Pembangunan kesehatan adalah: 1. Menggerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Artinya, semua sektor memiliki peran dan pengaruh dalam bidang kesehatan. Kebijakan pembangunan semua sektor perlu memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Artinya, memperdayakan masyarakat melalui berbagai potensi yang ada di masyarakat. Inilah sebenarnya yang merupakan kunci keberhasilan pembangunan kesehatan. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang berada di daerah terpencil, perbatasan, serta transmigrasi. 4. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat termasuk lingkungannya. C. ISI KEBIJAKAN PARADIGMA SAKIT DAN PARADIGMA SEHAT 1. Isi Kebijakan Paradigma Sakit Kebijakan tentang kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI dan stakeholder seperti BPOM serta kementerian terkait lainnya, harus bersifat pro bagi masyarakat. Artinya, tidak hanya membuat dan menetapkan kebijakan yang dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi juga membuat dan menetapkan kebijakan yang dapat mendorong masyarakat untuk menyadari dan memahami akan pentingnya kesehatan. Pasalnya, masalah kesehatan pada dasarnya muncul dari kesadaran pribadi yang rendah dalam menjaga lingkungan dan diri sendiri. Hendrick L. Blumm dalam bukunya The Enviromental of Health menyatakan ada empat faktor yang memengaruhi derajat kesehatan, yaitu: Lingkungan, Perilaku,

Pelayanan Kesehatan, dan Keturunan. Mari kita bahas keempat faktor tersebut melalui sudut pandang rakyat terhadap pemerintah sang pembuat kebijakan; a. Pertama, lingkungan, tentu saja menjadi faktor yang penting dalam mempengaruhi derajat kesehatan. Lingkungan yang baik akan mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Dalam hal ini, pengaturan kebijakan pemerintah dalam pemeliharaan lingkungan juga akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Munculnya mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah-sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun paradigma hidup sehat di kalangan masyarakat. Ini patut kita apresiasi, bahwa pemerintah memiliki itikad baik untuk membangun paradigma Indonesia Sadar Sehat. b. Kedua, perilaku manusia yang memiliki kecenderungan untuk berbuat kerusakan terhadap lingkungan dapat menjadi biang keladi turunnya derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah, selain membuat kebijakan untuk mengurangi hingga meniadakan perilaku buruk tersebut, seyogianya dapat juga memberikan teladan. Toh orang-orang yang duduk mewakili rakyat di sana katanya berpendidikan. Seharusnya mudah bagi mereka untuk memberikan contoh yang baik dalam hal berperilaku baik kepada seluruh rakyat Indonesia. Tidak berperilaku kotor dengan melanggar aturan agama serta norma-norma kejujuran melalui tindakan korupsi. Karena kesehatan bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga spiritual dan sosial. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (UU No. 36 Tahun 09 tentang Kesehatan). c. Ketiga, pelayanan kesehatan yang baik dan memadai akan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan yang baik, selain etos kerja yang lebih profesional, dituntut juga sikap ramah dan dorongan motivasi dari para tenaga kesehatan agar membantu kesembuhan pasien. Karena dalam kesehatan, sugesti juga dapat berpengaruh meskipun mungkin efeknya tidak dapat dikuantifikasi. Di sinilah peran sentral dari pemerintah, khususnya Kementrian Kesehatan untuk mampu mengatur kebijakan agar setiap sarana kesehatan seperti rumah sakit, balai pengobatan, dan apotek dapat memberikan pelayanan secara optimal. d. Keempat, keturunan, memang mungkin bukan faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan, tetapi terkadang masalah kesehatan yang timbul akibat faktor

keturunan ini menjadi sangat krusial. Peran pemerintah di sini adalah mampu memberikan perlakuan khusus dan terbaik karena k(kata ini dilarang)-s keturunan ini bisa dikatakan prevalensinya lebih sedikit dari masalah kesehatan lainnya. 2. Isi Kebijakan Paradigma Sakit Kebijakan upaya pelayanan kesehatan senantiasa berubah sesuai dengan pemahaman dari pembuat kebijakan tentang peran kesehatan sebagai modal dasar human capital yang sangat penting untuk tercapainya kemandirian dan ketahanan bangsa agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka dapat disebutkan bahwa faktor-factor yang mendorong perlunya Paradigma Sehat adalah: a. Pelayanan Kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif. b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat terkandung unsur Sehat Produktif secara Sosial dan ekonomis. c. Adanya Transisi Epidemiologis dari penyakit infeksi ke penyakit Kronik Degeneratif; dimana untuk pencegahannya sangat diperlukan perubahan Perilaku. d. Adanya Transisi Demografis, yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk Usia Lanjut yang memerlukan pendekatan yang berbeda dalam penangananya. e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk. Lalonde ( 1974 ) dan Hendrik L. Blum ( 1974 ) secara bersamaan mengemukakan bahwa Status Kesehatan Penduduk/Manusia BUKAN hanya hasil pelayanan medis saja, melainkan faktor faktor lain seperti Lingkungan, Perilaku dan Genetik justru lebih berpengaruh terhadap Status Kesehatan Manusia. Paradigma sehat yang ditopang dengan empat pilar strategi yakni, pembangunan berwawasan sehat, profesionalisme, desentralisasi dan jaringan pengaman kesehatan masyarakat (JPKM) belum signifikans mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.