BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam undang undang dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam undang undang dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang inovatif dan kuantitatif. Pendidikan diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk berbudaya, karenanya manusia selalu berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa terletak sepenuhnya ditangan anak didik dengan. kemampuannya mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap manusia, tidak ada seorangpun yang dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah ; (1) menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kaum wanita. Salah satu faktor pendukung berkembangnya. Dengan semakin berkembangnya dunia mode rambut yang sangat maju

BAB I PENDAHULUAN. reaksi dan sikap secara mental dan fisik.tingkah laku yang berubah sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, kurikulum adalah alat yang sangat tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam undang-undang dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan. Menurut Hasibuan (dalam Sagala, 2007), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kejenjang yang lebih tinggi sesuai kejuruannya. Menurut UU Diknas pasal 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

yang memiliki Visi dan Misi yang berisikan ; Visi : mewujudkan SMK Negeri 8

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan di bidang tersebut, juga karena semakin. lebih memperhatikan penampilan berbusananya.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan saat ini adalah kualitas hasil pembelajaran di sekolah, dimana sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sama halnya dengan peningkatan sumber daya manusia. Menurut Piaget dalam Sagala (2006), pendidikan sebagai penghubung dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan bangsa yang kompeten,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan sebuah negara dapat meningkatkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan mutu kehidupan setiap individu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

Transkripsi:

A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Tujuan bangsa Indonesia yang termuat dalam undang undang dasar 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan sarana paling tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut, sebab kemajuan dan masa depan terletak sepenuhnya pada kemampuan anak didik dalam mengikuti kemajuan pengetahuan teknologi. Selanjutnya Pemerintah khusunya Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya dan kebijakan seperti mengadakan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum berbasisis kompetensi (KBK) yang penyusunan kurikulum dilakukan oleh Pemerintah di ubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP). Salah satu kebijakan Pemerintah tentang Sekolah Kejuruan Menengah (SMK) adalah untuk peningkatan jumlah dan kualitas SMK. Menurut Hayadin (2008) SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya masing masing pada tingkat menengah. Sejalan dengan perkembangan pembangunan yang semakin pesat, mendorong berkembangnya teknologi setiap saat ini berarti menuntut tenaga kerja terdidik dan sekaligus terampil yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya secara baik dan mampu mengembangakan dirinya untuk berprestasi sesuai dengan kemajuan teknologi. Secara umum kegiatan belajar- mengajar di SMK

meliputi teori dan praktek. Kegiatan belajar teori pada prinsipnya sama dengan sekolah umum, sedangkan kegiatan belajar praktek merupakan kegiatan belajar yang seharusnya lebih banyak dibanding dengan kegiatan teori, Oleh karena itu sebenarnya untuk SMK ruang teori bukan merupakan suatu hal yang penting, karena siswanya lebih banyak diruangan praktek. Menurut Djojodiningrat (1996), pendidikan kejuruan mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan, menyiapkan siswa memasuki lapangan pekerjaan, serta mengembangkan sikap profesional. Faktor utama yang sangat perlu diperhatikan dalam menghasilkan lulusan sekolah ini adalah tingkat kualitas dan kuantitas untuk dapat memasuki maupun menciptakan lapangan kerja. SMK jurusan Tata Busana Kurikulum SMK (2012) bertujuan untuk : 1). Menyiapkan tamatan memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangakan sikap profesional dalam lingkup program keahlian tata busana. 2). Menyiapakan tamatan yang mampu memilih karier, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup program keahlian tata busana. 3). Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri perusahaan maupun masa yang akan datang dalam lingkup program tata busana. 4). Menjadi warga negara yang produktif dan kreatif (Depdikbud, 2012). BerdasarkanGBPP untuk program keahlian Tata Busana, setiap sekolah menengah Kejuruan (SMK) memiliki 3 program mata diklat yaitu: 1. Program normatif, 2. Program adaptif, 3.Program produktif. Adapun salah satu mata

pelajaran dari program produktif adalah membuat pola dengan teknik konstruksi (patter marking), dan di dalamnya terdapat beberapa sub kopetensi diantaranya yaitu, membuat pola dasar dan merubah pola dasar sesuai desain. kemampuan seseorang dalam merubah model busana adalah salah satu hal yang terpenting, karena kemampuan ini merupakan dasar dari pembuatan suatu busana. Soerkano (2005), menyatakan bahwa pemahaman akan cara pembuatan sebuah konstruksi pola busana sangat diperlukan agar dapat menghasilkan busana yang indah dilihat sekaligus enak dipakai. Muliawan (1997), menyatakan bahwa kontruksi pola busana adalah salah satu mata pelajaran di bidang studi tata busana yang merupakan inti dari pengetahuan pembuatan pola busana wanita. Dalam garis garis besar program pengajaran untuk program keahlian Tata Busana terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain salah satunya mata pelajaran konstruksi pola dengan mata pelajaran pembuatan busana wanita. Mata pelajaran konstruksi pola diberikan pada peserta didik kelas X bertujuan agar peserta didik terampil membuat macam-macam pola baik pola dasar wanita dewasa serta membuat macam macam lengan, rok, memindahkan lipit dan lain-lain sesuai dengan program keahlian Tata Busana. Kopetensi membuat pola konstruksi adalah salah satu kopetensi yang harus dicapai oleh peserta didik pada program keahlian Tata Busana kelas X. Mata pelajaran membuat pola busana merupakan mata pelajaran produktif yang sangat penting karena dalam pembuatan konstruksi pola pesrta didik di latih

untuk dapat mengambil ukuran dengan tepat dan membuat pola dasar wanita dewasa dengan sistem sederhana. Hal ini disebabkan mata pelajaran konstruksi pola busana merupakan mata pelajaran dasar untuk peserta didik agar dapat menjahit busana, Selain itu yang terpenting dalam mata pelajaran pola konstruksi adalah keterampilan pemahaman. Keterampilan pemahaman terhadap suatu bahan ajar dan mampu membuat pola kecil busana dewasa dalam berbagai kesempatan serta merancang bahan dan harga. Setelah memahami peseta didik juga harus dapat terampil dalam membuat busana wanita sesuai dengan kesempatan yang ada, memilih bahan dan mode busana yang sesuai, merancang bahan dan harga sampai dengan teknik penyelesaian pakaian tersebut sesuai dengan program keahlian Tata Busana. Ausabel (2001) mengungkapkan kemampuan awal merupakan prasyarat untuk terjadinya belajar yang berarti, pendapat tersebut menekankan pentingnya kemampuan awal/dasar yang memadai sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan agar lebih memuaskan. Dengan demikian diharapkan agar peserta didik dapat menguasai mata pelajran konstruksi pola sebagai salah satu dasar pendukung mata pelajaran pembuatan busana wanita. Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Ahira (2012) juga menyatakan gunanya memiliki kemampuan keterampilan adalah : 1). Sebagai terapi untuk

melatih kesabaran, konsentrasi, dan pengendalian diri.2). Sebagai kegiatan yang menyenangkan. 3). Sebagai bakat bisnis. Menurut observasi pada tanggal 7 maret 2012 yang dilakukan peneliti di program studi keahlian Tata Busana SMK Negri 8 Medan menunjukkan bahwa setiap peserta didik yang telah mengikuti mata pelajaran konstruksi pola wanita dewasa ada beberapa siswa mempunyai kemampuan kurang maksimal dan kebanyakan siswa yang mendapat nilai cukup dan sudah dilakukan beberapa kali remedial, dimana siswa kurang keikutsertaannya mengikuti peroses belajar kurang mampu menerima sasaran pelajaran yang efektif dalam membuat pola dasar karena kurang dalam menghitung dan menghafal rumus-rumus dalam pembuatan pola dasar kemudian kurang berupaya meningkatkan wawasan dengan cara membaca buku dan melakukan latihan dirumah. Hal ini diperkuat dari data hal ini diperkuat dari data dokumentasi nilai siswa yang diperoleh 3 tahun terakhir : Tahun Ajar Standart Penilaian Jumlah Siswa Persentase 2009\2010 < 69 ( kurang ) 7,00 7,90 ( cukup ) 8,00 8,90 ( baik ) 9,00 100 ( sangat baik) 5 orang 29 orang 1 orang 14,2% 82,8% 2,8% 2010\2011 < 69 ( kurang ) 7,00 7,90 ( cukup ) 8,00 8,90 ( baik ) 9,00 100 ( sangat baik) 2011\2012 < 69 ( kurang ) 7,00 7,90 ( cukup ) 8,00 8,90 ( baik ) 9,00 100 ( sangat baik) 10 orang 17 orang 6 orang 1 orang 26 orang 6 orang 30,3% 51,5% 18,1% 2,8% 62,5% 78,7%

Tabel 1. Nilai Hasil Belajar konstruksi pola di SMK Negeri 8 Medan (Sumber data: SMK Negeri 8 Medan) Dapat dilihat dari tabel nilai hasil belajar pembuatan busana wanita pada tahun ajaran 2009/2010 masih ada siswa yang mendapat nilai cukup ketuntasan 14% mendapat nilai tidak tuntas, Pada tahun ajaran 2010/2011 yang tidak tuntas 30,3% sedangkan pada tahun ajaran 2011/2012 siswa yang mendapat nilai yang tidak tuntas hanya 2,8% kebanyakan siswa mendapat nilai cukup 68%. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata siswa selama tiga tahun terakhir tergolong mencapai nilai rata-rata cukup. Standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh pihak SMK Negri 8 Medan adalah 7,0 masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan padahal sub kopetensi yang berkaitan langsung yakni pembuatan busana wanita, maka diharapkan penguasaan konstruksi pola berada pada level nilai Baik bahkan Sangat baik. Berdasarkan data tersebut tampaklah adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan dimana penulis mengharapkan agar peserta didik dapat menguasai mata pelajaran konstruksi pola agar dapat mendukung pembuatan busana wanita. Karena pentingnya kemampuan dasar yang memadai agar proses belajar mengajar yang dilaksanakan lebih memuaskan maka penulis ingin melihat hubungan penguasaan kontruksi pola terhadap kemampuan membuat busana pesta wanita remaja pada siswa program keahlian tata busana smk negeri 8 medan wanita yang problematika perlu dikaji secara ilmiah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul; antara lain : 1. Apakah dalam mengikuti proses belajar siswa program keahlian tata busana mampu menerima pelajaran secara efektif? 2. Apakah penguasaan mata pelajaran konstuksi pola saling berkaitan dengan pembuatan busana wanita? 3. Apakah penguasaan mata pelajaran konstruksi pola mendukung dalam pembuatan busana wanita? 4. Apakah penguasaan mata pelajaran konstruksi pola cenderung tinggi? 5. Apakah kemampuan pembuatan busana wanita tinggi? 6. Apakah penguasaan mata pelajaran konstuksi pola mempunyai hubungan yang berarti dan linear dalam meningkatkan kemampuan pembuatan busana wanita? C. PEMBATASAN MASALAH Batasan masalah adalah : 1. Mata pelajaran konstruksi pola pada siswa program keahlian tata busana SMK Negeri 8 Medan yaitu mata pelajaran yang membahas tentang konstuksi pola.

2. Mata pelajaran pembuatan busana wanita pada siswa program keahlian tata busana SMK Negeri 8 Medan yaitu mata pelajaran yang membahas tentang pembuatan busana pesta wanita remaja. 3. Hubungan antara mata pelajaran kontruksi pola terhadap pembuatan busana wanita remaja. D. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kecenderungan penguasaan belajar kontruksi pola program keahlian Tata Busana SMK Negri 8 Medan? 2. Bagaimana tingkat kecenderungan kemampuan membuat busana wanita remaja keahlian Tata Busana SMK Negri 8 Medan? 3. Bagaimana tingkat kecenderungan penguasaan konstruksi pola memiliki hubungan yang berarti terhadap kemampuan membuat busana pesta wanita remaja? E. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah seperti diuraikan diatas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan penguasaan siswa program keahlian Tata Busana dalam mata pelajaran konstruksi pola. 2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan kemampuan membuat busana pesta wanita remaja pada siswa program keahlian Tata Busana. 3. Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan mata pelajaran konstruksi pola terhadap kemampuan membuat busana pesta wanita remaja.

F. MANFAAT PENELITIAN Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian ini memiliki berbagai manfaat yaitu: 1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan kompetensi kontruksi pola dan membuat busana pesta. 2. Bagi pihak sekolah, penelitian ini dapat diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di sekolah. 3. Bagi Guru, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan refrensi dalam mengadakan perubahan cara mengajar lebih baik lagi. 4. Bagi Penelti a. Sebagai syarat menyelesaikan program Sarjana Pendidikan di Jurusan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. b. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang prosedur penyusunan dan pelaksanaan penelitian. c. Untuk menambah pengetahuan siswa tentang penguasaan konstruksi pola dengan kemampuan membuat busana pesta wanita remaja pada siswa program studi Tata Busana SMK Negeri 8 Medan. d. Sebagai penambah pembendarahaan perpustakaan Universitas Negeri Medan khususnya program Tata Busana Fakultas Teknik. e. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.