mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu berusaha untuk mencapai kemajuan di segala bidang untuk

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

APA ITU DAERAH OTONOM?

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus

TENTANG TATA PEMERINTAHAN DESA BUPATI DOMPU,

MODUL I NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

SAMBUTAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak strategis untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

Panduan diskusi kelompok

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan. Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem penyelenggaraan negara pada hakekatnya merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara. Pemerintahan dalam arti luas meliputi badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Badan Legislatif mempunyai fungsi legislasi, kontrol, dan anggran (budget). Badan Eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas trias politika eksekutif hanya melaksanakan UU, akan tetapi dalam perkembangannya wewenang eksekutif jauh lebih luas. Kewenangan lain yang dimiliki oleh eksekutif adalah: bidang administratif, keamanan, diplomatik. Badan Yudikatif mempunyai fungsi sebagai penegak hukum, keadilan, serta menjamin hak-hak asasi manusia (Budiardjo, 2008: 295-360). Pemerintahan dalam arti sempit adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Tugas utama pemerintah adalah memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya pemerintahan mengemban tiga fungsi yang hakiki, yaitu fungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan. Fungsi pelayanan merupakan kegiatan yang ditawarkan oleh lembaga pemerintah kepada rakyat, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Fungsi pemberdayaan dapat diartikan dalam dua bagian yaitu pemberdayaan dalam arti empowering yaitu pemberian hak atau kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan dan memperjuangkan aspirasinya atau menentukan masa depannya. Sedangkan pemberdayaan dalam arti enabling yaitu proses belajar untuk meningkatkan kemampuan masyarakat demi menolong diri mereka sendiri. Jika masyarakat tidak berdaya dalam menentukan masa depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan. Fungsi pembangunan merupakan fungsi yang bertujuan untuk meciptakan kesejahteraan masyarakat. Jika perekonomian masyarakat sudah

mapan maka fungsi pemerintah dalam pembangunan akan semakin berkurang (Ndraha, 2005: 75). Perspektif fungsi pemerintah juga dapat diklasifikasikan ke dalam fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer adalah fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi masyarakat. Fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat. Fungsi sekunder adalah fungsi yang yang berhubungan negatif dengan kondisi ekonomi, sosial, politik masyarakat. Jika taraf hidup masyarakat sudah baik dan masyarakat sudah berdaya maka fungsi pemerintah akan berkurang (Ndraha, 2005: 76). Konsepsi dan ide negara kesejahteraan tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat yaitu : 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia; 2. Memajukan kesejahteraan umum; 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Proses penyelenggaraan pemerintahan perlu dilakukan secara efisien, agar tujuan negara dapat dicapai secara efektif. Agar efisien dalam proses dan efektif dalam mencapai hasil, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri dari 17.000-an pulau besar dan kecil dibagi menjadi daerah besar dan kecil sesuai amanat pasal 18 UUD 1945. Masing-masing daerah dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, ditetapkan sebagai daerah otonom dengan intensitas yang berbeda antara daerah besar (Provinsi) dengan daerah kecil (Kabupaten/Kota). Dalams UU No. 32 tentang Pemerintahan Daerah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,

peningkatan peran serta masyarakat, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Tujuan dari pemberian otonomi adalah: Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik; Pengembangan kehidupan demokrasi; Distribusi pelayanan publik yang semakin baik, merata dan adil; Penghormatan terhadap budaya lokal; Perhatian atas potensi akan keragaman daerah. (Sarundajang, 2005: 80). Pemberian otonomi daerah setidak-tidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai berikut: Dari segi politik adalah untuk mengikutsertakan, menyalurkan inspirasi dan aspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun untuk mendukung politik dan kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi dalam lapisan bawah. Dari segi manajemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, terutama dalam penyelenggaraan pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat; Dari segi kemasyarakatan untuk miningkatkan partisipasi serta menumbuhkan kemandirian masyarakat dengan melakukan usaha pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat semakin mandiri, dan tidak terlalau banyak bergantung pada pemberian pemerintah serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses penumbuhannya; Dari segi ekonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan masyarakat indonesia yang adil dan makmur (Sarundajang, 2005: 81-82). Secara konseptual otonomi daerah otentik dan bermakna adalah dimaksudkan untuk menciptakan kekuasaan dan kemampauan daaerah untuk mendorong demokrasi di tingkat lokal. Esensi demokrasi adalah mewujudkan keadilan dan kemakmuran rakyat, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah, mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman, menjamin tegaknya keadilan (Budiardjo, 2007: 50-51). Demokratisasi merupakan proses untuk perwujudan berbagai aspek demokrasi tersebut.

Melalui UU No. 32 tahun 2004 pemerintah memberikan penugasan ataupun pendelegasian kepada pemerintah desa untuk melaksanakan urusan pemerintahan tertentu di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: 1. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; 2. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa. Yaitu urusan pemerintah yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat; 3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah daerah kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia; 4. Urusan pemerintah lainnya yang oleh undang-undang diserahkan kepada desa. (UU No 32, 2004). Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana dipaparkan dalam UU NO. 32 tahun 2004 bahwa di dalam desa terdapat tiga kategori kelembagaan desa yang memiliki peranan dalam tata kelola desa yaitu; pemerintah desa, lembaga perwakilan desa, dan lembaga kemasyarakatan. Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD), yang berfungsi sebagai lembaga legislatif dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan Peraturan Desa, APBDes, dan Keputusan Kepala Desa. Secara stuktural kehadiran BPD membuat kekuasaan di tingkat desa tidak lagi tunggal dan tersentral pada figur kepala desa, pertisipasi masyarakat desa dalam melakukan kontrol dan membangun mekanisme check and balances dapat terwadai. Dalam PP No.72 tahun 2005 BPD mempunyai wewenang: Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; Membentuk panitia pemelihan kepala desa;

Menggali, menampung, menghimpun dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan Menyusun tata tertip BPD. Sedangkan dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 209 BPD mempunyai fungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dengan struktur pemerintahan desa seperti demikian maka BPD teridentifikasi sebagai lembaga sentral dalam proses penggalangan aspirasi masyarakat, membahas dan menetapkan peraturan desa bersama pemerintah desa. Dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat BPD harus terbuka menerima aspirasi dari masyarakat, bersifat proaktif, bertindak aktif dengan melakukan kunjungan ke tingkat dusun serta aktif untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. Rekapan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dismpaikan oleh BPD kepada pemerintah desa untuk ditindaklanjuti dalam bentuk rancangan peraturan desa, sehingga rancangan peraturan desa yang dibuat oleh pemerintah desa merupakan hasil dari penjaringan aspirasi dan sesuai dengan harapan masyarakat. Rancangan peraturan desa yang sudah dibuat, dibahas oleh BPD bersama pemerintah desa, kemudian ditetapkan menjadi peraturan desa. Tabel 1.1 Peraturan Desa tahun 2006-2011 yang berhasil ditetapkan. No Peraturan Desa Keterangan 1 Nomor 1 tahun 2007 tentang anggaran Diusulkan oleh Kepala Desa pendapatan dan belanja desa(apbdes) 2 Nomor 2 tahun 2007 tentang Pungutan Diusulkan oleh Kepala Desa Pemberian Surat Keterangan.

3 Nomor 3 tahun 2011 Peraturan desa Diusulkan oleh Kepala Desa tentang Perlindungan Pantai Pariwisata Sumber: Kantor Desa Mata Air. Dari uraian tabel 1.1 Dapat dilihat beberapa peraturan desa yang berhasil ditetapkan oleh kepala desa bersama BPD di desa Mata Air. Dalam hal membahas peraturan desa BPD belum terlibat secara maksimal, memang secara kelembagaan BPD telah menjalankan fungsinya tetapi secara individu masih ada anggota BPD yang belum terlibat dalam pembahasan maupun penetapan peraturan desa. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti ingin mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran BPD melalui sebuah penelitian dengan judul STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PERAN BPD DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA, Di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peran BPD dalam tata kelola pemerintahan desa, di Desa Mata Air Kecamatan Kupang Tengah Kabaputen Kupang. C. Tujuan dan Kegunaan A. Tujuan: 1. Untuk menggambarkan peran BPD dalam tata kelola Pemerintahan Desa, di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. 2. Mengidentifikasi kendala-kendala dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPD dalam tata kelola Pemerintahan Desa, di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.

B. Kegunaan: 1. Sebagai informasi bagi Pemerintah Desa Mata Air, tentang peran BPD dalam tata kelola pemerintahan desa. 2. Sebagai informasi bagi Pemerintah Desa Mata Air, tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh BPD dalam tata kelola pemerintahan desa. 3. Sebagai informasi bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian yang sama.