Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Mikro Struktur Absortivitas Silika Gel Pada Kondisi Temperatur dan Relative Humidity (RH) Dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

I. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,

PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. ditegaskan oleh BP Plc. Saat ini cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 2, April 2013

HUBUNGAN ANTARA SIFAT KEASAMAN, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK, VOLUME PORI DAN RERATA JEJARI PORI KATALIS TERHADAP AKTIVITASNYA PADA REAKSI HIDROGENASI CIS

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERFORMANSI PURIFIKASI BIOGAS DENGAN KOH BASED ABSORBENT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

SKRIPSI PEMURNIAN BIOGAS DARI GAS PENGOTOR CO2 DENGAN MENGGUNAKAN BUTIRAN PADAT KALSIUM HIDROKSIDA. Oleh: I MADE RAI DWIJA ANTARA

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

METODOLOGI PENELITIAN

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN BENTONIT PELET TEKAN TERAKTIVASI FISIK SEBAGAI PENGGANTI ZEOLIT DALAM MENGHEMAT KONSUMSI BAHAN BAKAR MOTOR DIESEL 4-LANGKAH

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

PEMBUATAN ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU YANG DIAKTIVASI SECARA TERMAL SEBAGAI PENGADSORPSI FENOL SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU

ION EXCHANGE DASAR TEORI

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Transkripsi:

PENGARUH AKTIVASI FISIKA TERHADAP ZEOLIT ALAM LAMPUNG SEBAGAI ADSORBEN GAS CO2 DARI BIOGAS Sri Ismiyati Damayanti 1), Simparmin Br Ginting 1), Nur Khasanah 1), Octe Via Devi 1) dan Yoannika Suci Aufa 1) 1) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Surel: mya_wid@yahoo.com ABSTRACT Purification of biogas from CO2 has been done by using adsorbents of Lampung Natural Zeolite (ZAL), but its low purity affect its lower adsorption efectiveness to CO2, therefore it is necessary to do activation process ahead to obtain larger surface area which will be used to adsorb CO2 from the biogas. The activation carried out toward ZAL is a kind of physical activation, by reducing ZAL particle size to 12, 15, and 20 mesh and heating of ZAL at temperatures of 200 o C, 300 o C and 400 o C. ZAL was placed inside an adsorber column with 33 cm height and diameter of 5 cm. Operating Conditions of adsorption process carried out at room temperature, 1 atm of pressure, and biogas flow rate of 1.2 l / min. The results shows that the best activation condition of ZAL occured when ZAL size is 20 mesh and activation temperature at 200 o C which finely adsorb CO2 up to 81.3%. Through ZAL analysis using BET, it can be found that the surface area of ZAL is 31.995 m 2 /g, 0.1024 cc/g of pore volume, and 128.040 Ǻ of average pore diameter Dv (d). And it can also be known from BET that the surface area of ZAL is quite small, so ZAL quickly saturated. Keyword: adsorption, activation, ZAL. ABSTRAK Pemurnian biogas kotoran sapi dari CO2 telah dilakukan dengan menggunakan adsorben Zeolit Alam Lampung (ZAL), namun karena ZAL memiliki kemurnian rendah yang menyebabkan efektivitas/ penjerapan terhadap gas CO2 rendah, maka perlu dilakukan aktivasi terlebih dahulu untuk memperoleh luas permukaan yang besar yang akan digunakan untuk menjerap gas CO2 dari biogas. Aktivasi yang dilakukan terhadap ZAL adalah aktivasi fisika berupa pengecilan ukuran partikel ZAL yaitu 12, 15, dan 20 mesh dan pemanasan ZAL pada suhu 200 o C, 300 o C, dan 400 o C. ZAL diletakkan didalam kolom adsorber dengan tinggi dan diameter kolom adsorber yaitu 33 cm dan 5 cm. Kondisi Operasi proses adsorpsi dilakukan pada suhu ruangan, tekanan 1 atm, dan laju alir biogas 1,2 l/menit. Hasil penelitian menunjukan kondisi aktivasi terbaik yaitu ZAL ukuran 20 mesh dan suhu aktivasi 200 o C yang mampu menjerap CO2 hingga 81,3%. Hasil analisis ZAL menggunakan BET yaitu surface area sebesar 31,995 m2/g, pore volume sebesar 0,1024 cc/g, dan average pore diameter Dv(d) sebesar 128,040 Ǻ. Dari hasil BET dapat diketahui bahwa luas permukaan ZAL kecil, sehingga ZAL cepat sekali jenuh. Kata kunci: Adsorpsi, Aktivasi, ZAL. 772

PENDAHULUAN ZEOLIT, satu nama mineral yang demikian ampuh dan hebat sehingga dapat dijadikan sebagai absorben (Chetam, 1992). Zeolit merupakan kristalin aluminasilikat dengan kerangka anionik kaku, terdiri dari saluran dan rongga. Rongganya berisi kation logam yang dapat dipertukarkan, seperti: Na +, K +, Ca 2+, Mg 2+, dan lain-lain, dan dapat mengikat molekul air. Rumus umum zeolit adalah: Mx/n[(SiO2)y (AlO2)x]. mh2o, dimana kation M dengan valensi n menetralkan muatan negatif pada kerangka aluminasilikat. SiO2)y (AlO2) sebagai kerangka, dan H2O sebagai pengisi pori, rongga, dan saluran zeolit. Struktur zeolit yang penting yang dapat dimanfaatkan untuk katalis, adsorben dan penyaring molekular adalah gabungan antara pori dan rongga membentuk sistem saluran berkelok-kelok sepanjang struktur. Rongganya merupakan dimensi molekular dan dapat mengadsorp spesies yang cukup kecil Trisunaryati (2009). Di Propinsi Lampung terdapat cadangan zeolit sebesar 2,14 juta m 3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8 juta m 3 (Asriani, 2008). Meskipun keberadaan zeolit alam Lampung (ZAL) melimpah, namun untuk dapat digunakan sebagai absorben dan katalis yang aktivitasnya tinggi, maka zeolit alam harus dimurnikan dari pengotor-pengotor amorpus (kuarsa) dan bebatuan lainnya. Disisi lain, program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi minyak tanah. Karena LPG dinilai lebih hemat, bersih, dan cepat daripada penggunaan minyak tanah. Untuk masyarakat pedesaan peralihan bahan bakar ke gas elpiji masih menjadi kendala, karena adanya pengeluaran tambahan untuk membeli gas elpiji. Selama ini masih banyak masyarakat menggunakan bahan bakar kayu untuk memasak. Disisi lain 773

daerah pedesaan memiliki potensi besar untuk menghasilkan bahan bakar gas berupa gas methane. Salah satu potensi penghasil gas metana adalah kotoran ternak sapi (Fadli et al., 2013). Biogas merupakan bahan bakar yang dapat terbarui yang dihasilkan melalui proses fermentasi limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas metana (CH4) sebesar 55 65 %, gas karbon dioksida (CO2) sebesar 30 35 %, sedikit gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas gas lain. Meskipun Provinsi Lampung memiliki potensi biogas yang besar namun kalori yang dihasilkan oleh biogas dari kotoran sapi masih lebih rendah yaitu sebesar 600 BTU/cuft dibandingkan kalori yang dihasilkan oleh biogas yang dibuat dari gas alam yaitu sebesar 1000 BTU/cuft. Hal ini disebabkan karena biogas dari kotoran sapi mempunyai kadar gas CH4 sebesar 55 65 %, sedangkan biogas dari gas alam mempunyai kadar gas CH4 sebesar 80%. Kualitas biogas dari kotoran ternak sapi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan gas-gas pengotor seperti CO2, N2, H2, dan uap air. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk pemurnian biogas adalah dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben Zeolit Alam Lampung (ZAL). Pemilihan ZAL sebagai adsorben dikarenakan kemampuan yang dimiliki zeolit sebagai penjerap senyawa polar seperti air, uap air, dan gas-gas yang polar, keberadaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan dapat diregenerasi, oleh karena itu zeolit banyak diaplikasikan sebagai material untuk pemisahan dan pemurnian gas-gas. Meskipun ZAL mempunyai kemampuan sebagai adsorben gas-gas, namun efektifitas (aktivitas) penjerapannya kecil, hal ini dikarenakan zeolit alam memiliki kemurnian yang rendah yang disebabkan oleh adanya pengotorpengotor berupa logam-logam oksida seperti Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, CaO, TiO2. yang menutupi pori-pori dan saluran zeolit yang menyebabkan tidak efektifnya proses 774

penjerapan. Untuk meningkatkan efektivitas penjerapan zeolit alam dapat dilakukan modifikasi melalui perlakuan panas (aktivasi fisik) (Ackley et al., 2003). Penelitian tentang pemanfaatan zeolit (zeolit alam maupun zeolit sintetis) sebagai adsorben pada pemurnian biogas untuk meningkatkan kualitas biogas telah banyak dilakukan, diantaranya Apriyanti, 2011 telah melakukan penelitian adsorpsi gas CO2 dari biogas menggunakan zeolit sintetis 4A dan zeolit sorbead 3A dengan tujuan untuk mengetahui daya adsorpsi pada masing-masing zeolit. Diperoleh hasil bahwa zeolit yang baik digunakan untuk proses adsorpsi CO2 pada pemurnian biogas adalah sintetis 4A, karena mampu mengadsorp CO2 sebanyak 18,70%, sedangkan zeolit sorbead 3A mampu mengadsorp CO2 sebanyak 9,86%. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia dan pekon Kediri, Desa Gading Rejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung dari bulan Agustus 2014 September 2015. Proses preparasi meliputi penggerusan dan pengayakan zeolit agar didapat ukuran partikel zeolit yang diinginkan, serta pencucian dan pengeringan zeolit. Penggerusan zeolit dilakukan menggunakan mortal, sedangkan pengayakan zeolit dilakukan menggunakan ayakan mesh. Proses aktivasi fisika meliputi pengerusan ZAL menggunakan gilingan porselin dan mengayaknya dengan variasi ukuran 10, 15, dan 20 mesh masing-masing sebanyak 300gr. Kemudian dipanaskan di dalam furnace pada suhu pemanasan 200 o C selama 3 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator. Selanjutnya dilakukan uji adsorpsi dengan tujuan untuk mengetahui variasi ukuran zeolit terbaik pada suhu pemanasan 200 o C untuk 775

penjeran CO2 pada biogas. Setelah diketahui variasi ukuran yang terbaik, ukuran zeolit tersebut diaktivasi fisik di dalam furnace dengan variasi suhu pemanasan 300 o C, dan 400 o C selama 3 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator. Selanjutnya dilakukan uji adsorpsi, dengan tujuan untuk mengetahui variasi suhu pemanasan aktivasi fisik zeolit terbaik untuk penjerapan CO2 pada biogas. Analisis dilakukan dengan mengggunakan BET untuk mengetahui luas permukaan, volume pori, dan diameter pori rata-rata dari adsorben ZAL teraktivasi. Tahap adsorpsi bertujuan untuk mengetahui kapasitas adsorpsi CO2 dari biogas oleh adsorben ZAL yang telah terktivasi. Tahap ini meliputi ZAL yang telah teraktivasi dan di analisis BET, kemudian dimasukkan ke dalam kolom adsorpsi untuk dilakukan proses adsorpsi biogas. Dimana laju alir biogas 2 l/menit dialirkan ke dalam kolom adsorpsi dan pengamatan dilakukan setiap 1 menit. Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan gas CO2 yang telah teradsorp oleh ZAL teraktivasi. Tahap ini berupa pengukuran ph larutan Ca(OH)2 2M, selanjutnya biogas yang telah melewati kolom adsorpsi dikontakkan ke dalam larutan Ca(OH)2 2M sehingga terbentuk endapan kemudian dilakukan pengukuran ph campuran tersebut. PH CO2 yang terdsorp selanjutnya diplotkan kedalam kurva standar (grafik hubungan antara ph larutan dengan % konsentrasi CO2). Dari kurva standar tersebut diperoleh persentase kandungan gas CO2 yang telah melalui proses adsorpsi (CO2 output). Persentase kandungan gas CO2 yang telah teradsorp diperoleh dari %CO2 input - % CO2 akhir dibagi % CO2 input. 776

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian adsorpsi CO2 menggunakan adsorben ZAL teraktivasi fisik menunjukan bahwa ukuran zeolit dan temperatur pemanasan sangatlah berpengaruh di dalam proses adsorpsi karena mempengaruhi luas permukaaan kontak zeolit terhadap CO2 yang teradsorp. Untuk mengetahui pengaruh ukuran zeolit dilakukan dengan memvariasikan ukuran zeolit 10 mesh, 15 mesh, dan 20 mesh. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa penjerapan CO2 pada menit pertama untuk ukuran ZAL 10 mesh dan 15 mesh CO2 teradsorp sebesar 43,8% dan ZAL ukuran 20 mesh CO2 yang teradsorp sebesar 81,3 %. Pada menit ke 3 dan menit ke 4 kemampuan semua ZAL semakin menurun untuk ukuran ZAL 10 mesh dan 15 mesh CO2 teradsorp sebesar 34,1% dan ZAL ukuran 20 mesh mampu mengadsorp CO2 lebih besar yatu sebesar 43,8% hingga akhirnya mencapai kondisi jenuh dimana ZAL tidak mampu lagi mengadsorp CO2 dari biogas dikarenakan pori aktif ZAL telah jenuh terisi oleh gas CO2. Di awal proses adsorpsi masih banyak pori-pori ZAL yang kosong sehingga laju adsorpsi CO2 ke permukaan adsorben ZAL besar, seiring bertambahnya waktu maka pori-pori ZAL sudah terisi dan sudah penuh sehingga tidak mampu lagi untuk menjerap CO2. Dari hasil penelitian ini diperoleh ukuran terbaik adalah ZAL berukuran 20 mesh, hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran ZAL maka luas permukaan kontak yang tersedia juga semakin besar sehingga memberikan permukaan yang luas bagi biogas untuk berkontak dengan adsorben ZAL. Dengan demikian maka lebih banyak CO2 yang akan teradsorp. Hasil aktivasi fisik ZAL berupa pemanasan dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4 dapat dilihat penjerapan CO2 pada menit pertama untuk suhu 200 o C sebesar 81,3%, untuk suhu 300 o C sebesar 25,1%, sedangkan pemanasan pada 400 o C sebesar 24%. Pada menit ke empat penjerapan CO2 oleh ZAL suhu 300 o C dan 400 o C menurun hingga 777

24,7%, sedangkan pada menit keempat kemampuan penjerapan ZAL pada suhu 200 o C mampu menjerap CO2 lebih tinggi yaitu sebanyak 34,5%, dan akhirnya tidak mampu lagi mengadsorp CO2 dari biogas dikarenakan poriaktif ZAL telah jenuh terisi oleh gas CO2. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa pengaruh suhu sangat signifikan terhadap penjerapan CO2. Pemanasan yang dilakukan terhadap ZAL pada berbagai suhu ini bertujuan untuk menghilangkan air dan zat-zat volatil yang terdapat di permukaan dan di dalam pori saluran ZAL, sehingga menjadi kosong dan bersih dengan demikian akan menambah luas permukaan kontak dan volume penjerapan dari ZAL tersebut. Namun pemanasan diatas suhu 200 o C menunjukkan bahwa CO2 yang teradsorp semakin kecil. Hal ini diduga telah terjadi kerusakan pada struktur ZAL dikarenakan pemakaian panas terlalu tinggi sehingga kemampuan penjerapan ZAL berkurang/menurun dimana kestabilan zeolit terhadap temperatur tergantung pada jenis kandungan mineral zeolitnya perbandingan Si dengan Al sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan ZAL untuk menjerap CO2. Dari kedua hasil aktivasi fisik (beragam ukuran ZAL dan suhu aktivasi ZAL) telah diperoleh kondisi aktivasi terbaik yaitu: ZAL ukuran 20 mesh dan suhu aktivasi 200 o C. Dan telah dilakukan analisis luas permukaan ZAL dengan BET diperoleh hasil yaitu surface area sebesar 31,995 m 2 /g, pore volume sebesar 0,1024 cc/g, dan average pore diameter Dv(d) sebesar 128,040 Ǻ. Dari hasil BET dapat diketahui bahwa luas permukaan ZAL sangat kecil, sehingga ZAL cepat sekali jenuh. Hal ini menunjukan semakin tinggi suhu pemanasan ZAL maka CO2 yang teradsorp akan semakin kecil. KESIMPULAN 1. Dari kedua hasil aktivasi fisik telah diperoleh kondisi aktivasi terbaik yaitu ZAL ukuran 20 mesh dan suhu aktivasi 200 o C yang mampu menjerap CO2 hingga 81,3%. 778

2. Kemampuan penjerapan ZAL meningkat pada ukuran ZAL yang semakin kecil hal ini disebabkan luas permukaan kontak adsorben ZAL dengan biogas yang lebih luas. 3. Kemampuan penjerapan ZAL menurun pada pemanasan diatas suhu 200 o C Hal ini diduga telah terjadi kerusakan pada struktur ZAL dikarenakan pemakaian panas terlalu tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ackley MW, Rege SU, & Saxena H. 2003. Aplication of Natural Zeolites In The Purification and Separation. Journal of Microporous and Mesoporous Materials. 61, 25 42. Apriyanti E. 2011. Adsorpsi CO2 Menggunakan Zeolit Sintesis 4A. Aplikasi pada Pemurnian Produk Biogas. (Tesis). Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Asriani. 2008. Profil Lampung Mencangkup Data Penduduk Sumber Daya Alam dan Ekonomi Makro. http//:www.m.news.viva.co.id/news/read/3507provinsi_lampung, [18 September 2014]. Cheetam D. 1992. Solid State Compound. Oxford University Press. Trisunaryati W.2009. Zeolit Alam Indonesia: Sebagai Absorben dan Katalis dalam Mengatasi Masalah Lingkungan dan Krisis Energi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Keterangan Gambar 1: 1. Tangki biogas awal 2. Manometer 3. Kolom adsorpsi 4. Tabung gas Gambar 1. Rangkaian alat adsorpsi 779

Keterangan Gambar 2: 6. Tabung Pencampuran 7. Tabung CO 2 8. Tabung N 2 9. Tabung pemvakuman 10. Tempat pereduksian CO 2 Gambar 2. Rangkaian Analisis Kimia 780