Pengembangan Perangkat Pengering Surya (Solar Dryer) Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas Berubah Fasa Menggunakan Rak Bertingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

LAPORAN PENELITIAN. Oleh :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

9/17/ KALOR 1

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PISANG TENAGA SURYA DAN BIOMASSA (Bagian Pemanas)

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

ANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGERING KERUPUK TENAGA SURYA TIPE BOX MENGGUNAKAN KOSENTRATOR CERMIN DATAR

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM]

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

III. METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB

METODOLOGI PENELITIAN

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN Pengembangan Perangkat Pengering Surya (Solar Dryer) Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas Berubah Fasa Menggunakan Rak Bertingkat Oleh : Efi Afrizal, ST. MT. NIP. 132 230 694 Azridjal Aziz, ST. MT. NIP. 132 262 215 Dibiayai oleh : Dana DIPA Universitas Riau Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 319/H.19.2/PL/2008 Lembaga Penelitian Universitas Riau Departemen Pendidikan Nasional Tahun Anggaran 2008 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU Tahun 2008

RINGKASAN Penjemuran langsung merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk proses pengeringan, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung membutuhkan waktu yang lebih lama dan kualitas hasil pengeringannya tidak terlalu bagus. Cara agar waktu pengeringan relatif lebih pendek dan kualitas hasil pengeringan lebih baik, proses pengeringan dilakukan menggunakan teknologi rekayasa surya sebagai hasil perbaikan dari cara pengeringan alami dan tradisional. Pengering Surya (Solar Dryer) merupakan cara pengeringan menggunakan kolektor yang memanfaatkan radiasi energi matahari dengan lebih maksimal (Azridjal, 2004). Digunakannya rak bertingkat pada pengering surya jenis pemanasan langsung bertujuan memaksimalkan pemanfaatan udara panas dan memaksimalkan pemakaian ruang pengering, sehingga alat pengering menjadi lebih kompak dan efisien dalam penerimaan udara panas. Pemanfaatan udara panas pada rak bertingkat lebih merata dan menyentuh keseluruhan bahan dan produk yang akan dikeringkan. Pada penelitian ini digunakan sebuah perangkat pengering surya (solar dryer) menggunakan rak bertingkat. Alat pengering yang digunakan disini adalah untuk kolektor surya jenis plat datar dengan fluida kerja udara. Kolektor yang digunakan mempunyai luas absorber 1,6 m 2 untuk kenaikan temperatur udara 30 0 C, laju aliran massa 1,094876 x 10-2 kg/s dan efisiensi diharapkan sebesar 55%. Besar kenaikan temperatur udara serta efisiensi kolektor dipengaruhi oleh sifat-sifat radiasi kaca penutup dan pelat absorber besar intensitas energi surya yang diterima dan laju massa udara yang mengalir dalam kolektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan yang dilakukan menggunakan kolektor memberikan kualitas hasil pengeringan yang lebih baik, waktu pengeringan lebih cepat ± ½ - 1 hari (tergantung produk yang dikeringkan) dibanding pengeringan dengan dijemur langsung. Rata-rata hasil pengeringan dengan kolektor 76,7% dan hasil pengeringan dijemur langsung 67.56%.Proses pengeringan dengan menggunakan kolektor lebih cepat bila dibandingkan dengan cara tradisional serta kualitas dari bahan yang dikeringkan lebih baik.

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kekuatan dan rahmat-nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Dalam mengerjakan penelitian ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, tapi berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, akhirnya hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang terhingga banyaknya kepada : 1. Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini melalui Dana DIPA UNRI tahun 2008. 2. Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau dan Bapak Dalil, ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau., Bapak Azridjal Aziz yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini, serta rekan-rekan dosen Teknik Mesin, saudara Erdonald Wahyudi, Arief Fiandi, Fakhri selaku mahasiswa bimbingan tugas akhir yang telah membantu terwujudnya penelitian ini. Penulis yakin sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang membangun agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Pekanbaru, November 2008 Efi Afrizal ST. MT. NIP. 132 230 694

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vii viii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Kegunaan Penelitian 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1. Pemanas Udara Surya 5 2.2. Keseimbangan Energi Pada Kolektor 7 2.3. Energi Yang Dibutuhkan Dalam Proses Pengeringan 8 2.4. Penyimpan Panas 9 BAB III. METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) 11 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 11 3.2. Metode 12 3.3. Dasar Idealisasi Perencanaan dan Bahan 13 3.4. Pembuatan Solar Dryer 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4.1. Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan 18 4.2. Prosedur Pengujian 21 4.3. Pengambilan Data Pengujian 21 4.4 Analisis Data 21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 25 5.2. Saran-saran 25 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 27

DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Hasil Pengujian Massa Bahan (Pisang). 22 Tabel 4.2. Persentase Massa Bahan Yang Menguap 23

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Pengering Surya Langsung 6 Gambar 2.2. Pengering Surya Tidak Langsung 6 Gambar 2.3. Keseimbangan Energi pada Kolektor 7 Gambar 2.4. Keseimbangan Massa dan Energi Proses Pengeringan 9 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Refleksi Radiasi Matahari pada Permukaan Absorber dengan Sudut Kemiringan 45 o C Pengurangan Massa bahan yang dikeringkan terhadap waktu pengeringan 16 23 Gambar 4.2 Variasi temperatur kolektor terhadap waktu pengeringan 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Energi radiasi surya merupakan radiasi termal dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang dari 0,26 μm sampai 2,6 μm (Dahnil, 1990), intensitas radiasi surya yang mencapai permukaan bumi besarnya bervariasi sampai 1000 W/m 2, tergantung waktu, letak geografis dan kondisi cuaca lokal. Pada siang hari untuk Indonesia, harga intensitas radiasi matahari rata-rata adalah sebesar 600 W/m 2 (Suwono, 1980). Ini berarti untuk rumah berukuran sedang dengan luas 50 m 2, setiap harinya akan menerima energi radiasi surya sebesar 30 kw atau sekitar 3 kw jika dikonversi dalam bentuk energi listrik dengan efisiensi 10 % dan efisiensi yang lebih besar diperoleh jika dikonversi sebagai energi termal (sekitar 40% - 80%) (Zainuddin,1995). Sampai saat ini telah dikenal banyak cara untuk memanfaatkan energi surya yang telah dibuktikan memenuhi kelayakan teknologi, namun atas dasar ini saja belum dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan energi surya dapat menggantikan energi konvesional. Penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini dari aspek ekonomi dan sosial perlu menjadi perhatian agar pemanfaatan teknologi ini dapat diintegrasikan secara berhasil kepada masyarakat tradisional kita (Harahap, 1980). Pemanfaatan energi surya (solar energy) untuk tujuan pengeringan telah dikenal sejak dahulu sekali, yaitu pengeringan secara langsung (pasif) dengan melakukan penjemuran. Penjemuran langsung merupakan cara mudah dan murah untuk proses pengeringan, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung 1

membutuhkan waktu yang lama dan kualitas hasil pengeringannya kurang bagus. Agar waktu pengeringan relatif lebih pendek dan kualitas hasil pengeringan lebih baik, proses pengeringan dilakukan menggunakan teknologi rekayasa surya sebagai hasil perbaikan dari cara pengeringan alami dan tradisional. Pengering Surya (Solar Dryer) merupakan cara pengeringan menggunakan kolektor yang memanfaatkan radiasi energi matahari dengan lebih maksimal (Aziz,, 2004). Pengering energi surya (solar dryer) digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan sinar matahari dalam proses pengeringan, dengan mengkonversi sinar matahari menjadi energi panas yang dilakukan menggunakan suatu alat pengumpul/kolektor panas. Pengering energi surya ini sangat bermanfaat dalam proses pengeringan hasil-hasil pertanian, tangkapan laut, pengeringan kayu dan untuk berbagai pengeringan lainnya yang dapat menghemat penggunaan energi tak terbaharukan. Pemenuhan standar hasil pengeringan untuk kondisi kering yang dibutuhkan juga merupakan bagian yang dapat dicapai dengan alat pengering surya. Penggunaan rak bertingkat pada pengering surya jenis pemanasan langsung bertujuan memaksimalkan pemanfaatan udara panas dan pemakaian ruang pengering, sehingga alat pengering menjadi lebih kompak dan efisien dalam penerimaan udara panas. Pemanfaatan penyimpan panas berubah fasa pada pengering surya ini akan menjaga panas lebih merata ke seluruh bahan dan penurunan temperatur tidak terjadi secara drastis pada saat intensitas cahaya matahari yang berkurang. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Pemanfaatan energi surya (solar energy) untuk tujuan pengeringan telah dikenal sejak dahulu sekali, yaitu pengeringan secara langsung (pasif) dengan melakukan 2

penjemuran. Cara tradisional ini merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk proses pengeringan karena hanya memerlukan biaya investasi dan ongkos buruh yang relatif kecil, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung membutuhkan waktu yang lebih lama, area penjemuran yang lebih luas dan kualitas hasil pengeringannya tidak terlalu bagus. Sebagai contoh, dalam proses pengeringan berbagai hasil pertanian, perikanan atau peternakan secara tradisional kerugiankerugian yang disebabkan oleh penyusutan karena hilang, degradasi produk, kontaminasi oleh debu, serangga, dan binatang lainnya, serta pembusukan karena proses pengeringan yang terlalu lama, apabila diperhitungkan akan memberikan angka yang cukup mengejutkan. Penggunaan teknologi pengering surya (solar dryer) dapat menekan berbagai kerugian tersebut sehingga cara ini dapat diterima masyarakat dan mulai menggantikan cara tradisional. Penyempurnaan cara pengeringan tradisional merupakan pemecahan yang lebih tepat terutama karena letak geografik Indonesia yang sangat menguntungkan bagi pemanfaatan energi radiasi surya. Penyempurnaan untuk memperbaiki cara pengeringan tradisional dapat dilaksanakan dengan melakukan penelitian menggunakan sebuah kolektor dengan penyimpan panas berubah fasa dan sebuah ruang pengering dengan rak bertingkat untuk mengoptimalkan pemakaian ruang pengering. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : - mempelajari unjuk kerja perangkat pengering jenis pemanasan langsung yang sudah ada dengan menggunakan peyimpan panas berubah fasa yaitu : lama 3

pengeringan, distribusi temperatur ruang pengering, beban pengeringan, kadar air bahan setelah dikeringkan. - mempelajari proses pengeringan perangkat pengering surya dengan penyimpan panas. 1.4 Kegunaan Penelitian Pada penelitian ini digunakan sebuah prototipe alat pengering surya jenis pemanasan langsung dimana ruang pengering dengan rak bertingkat dihubungkan dengan sebuah kolektor dengan penyimpan panas sehingga dapat memaksimalkan pemakaian ruang pengering. Alat ini dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan produk pertanian, perikanan dan peternakan dengan memaksimalkan pemanfaatan panas matahari. Kualitas hasil pengeringan dan waktu pengeringan menjadi lebih baik dengan waktu pengeringan yang lebih cepat. Diharapkan alat ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk usaha kecil yang dalam produksinya membutuhkan energi untuk pengeringan produk. Alat ini dapat membantu mempercepat waktu pengeringan. Untuk sampel pengeringan pisang sale, waktu pengeringan untuk produk pisang sale lebih cepat ½ sampai 1 hari dengan kualitas pisang sale yang baik dan bersih, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi matahari sebagai sumber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Apalagi letak geografis Indonesia didaerah khatulistiwa memiliki curah radiasi matahari yang hampir konstan sepanjang tahun. yang Agar pemanfaatan energi surya ini lebih baik maka digunakan alat pengumpul energi matahari. Alat ini dapat berupa pengumpul pelat datar dan konsentrator. (Azridjal, 2003). 2.1 Pemanas Udara Surya Pemanas udara surya adalah alat yang dapat mengkonversikan energi radiasi radiasi matahari ke dalam energi kalor sehingga akan meningkatkan entalpi udara. Alat ini pada umumnya sangat sederhana. Alat ini biasanya disebut kolektor/pengumpul, umumnya terdiri dari sebuah pelat penyerap/ absorber yang berfungsi untuk mengkonversi energi, sebuah suatu saluran udara dan sebuah penutup bagian atas dapat ditambahkan jika diperlukan. Saat udara mengalir masuk ke dalam saluran udara, panas dipindahkan dari udara ke absorber, sehingga temperatur udara bertambah atau dengan kata lain diperoleh udara panas.(azridjal, 2004) Pemanas udara surya dapat dikelompokkan atas : pemanas surya langsung/direct solar drier (pasif), dan pemanas surya tidak langsung/ indirect solar drier (aktif) atau kombinasi keduanya (Dahnil, 1990). 5

Pemanas surya langsung (pasif), di mana radiasi yang matahari diserap secara langsung oleh produk dan lingkungan sekitar. Bentuk sederhana dari pengering ini terdiri dari sebuah kotak berisi produk dengan suatu tutup transparan pada kemiringan tertentu, dan lubang ventilasi untuk tempat masuknya udara segar dan keluarnya udara yang lembab. Radiasi surya yang menimpa kotak dengan tutup transparan akan memanaskan produk, atau permukaan gelap didalam lemari pengering, dan menyebabkan uap air keluar dari bahan yang sedang digeringkan. Sistem seperti ini mirip dengan suatu rumah kaca dimana plastik atau kaca transparan menutup rangka rumah kaca. (gambar 2.1). Gambar 2.1 Pengering surya Langsung Pemanas tidak langsung di mana radiasi matahari digunakan untuk memanaskan udara yang kemudian dialirkan ke ruang pengering /aktif. Pengering surya ini menggunakan suatu kolektor udara surya terpisah, terdiri dari suatu plat logam yang berwarna gelap di (dalam) suatu kotak dengan tutup kaca transparan (gambar 2.2). Gambar 2.2 Pengering surya tidak langsung 6

2.2 Keseimbangan Energi Pada Kolektor Energi yang diserap oleh kolektor (Q A ) adalah : Q GA( ) (2.1) A dimana Q A adalah besar energi yang diserap (kw), G adalah radiasi surya total (kw/m 2 ), A adalah luas kolektor surya (m 2 ), τ adalah faktor transmission dari penutup, α adalah faktor absorptance dari pelat penyerap kolektor. Energi yang hilang/kerugian energi dari kolektor (Q L ) adalah L p a Q UA T T (2.2) dimana Q L adalah kerugian energi dari kolektor (kw), U adalah nilai koefisien perpindahan kalor keseluruhan dari kolektor (kw/m 2 K), A adalah luas kolektor surya (m 2 ), T p adalah temperatur pelat penyerap kolektor (K), dan T a adalah temperatur udara sekitar (K). Keseimbangan energi pada kolektor, seperti tampak pada gambar 2.3. Energi surya yang diserap kolektor h Energi bermanfaat dari kolektor Kerugian energi dari kolektor Gambar 2.3. Keseimbangan energi pada kolektor Energi berguna yang diperoleh dari kolektor (Q s ) adalah sebesar : ( ) Q GA UA T T (2.3) s p a Energi yang diterima oleh kolektor dengan intensitas radiasi (E glob ) dan luas kolektor (Ak) ialah : Qin Eglob. Ak (2.4) 7

Efisiensi kolektor ditentukan dari besarnya energi yang diserap oleh kolektor (Q in ) terhadap, besarnya energi yang dapat dimanfaatkan (Q s ). Q s a (2.5) Qin Proses pengeringan merupakan cara untuk mengeluarkan kandungan air dalam bahan sampai pada harga tertentu dengan menggunakan kalor. Pada proses pengeringan terjadi dua proses secara bersamaan yaitu proses perpindahan energi dalam kalor/panas dari lingkungan untuk menguapkan kandungan air dari bahan dan perpindahan massa air di dalam bahan ke permukaan sebagai akibat proses penguapan dari kalor/panas yang dipindahkan. dan perpindahan massa secara bersamaan. Pada proses pengeringan terjadi perpindahan massa air secara termal untuk memperoleh produk yang kering (kandungan air rendah). 2.3 Energi yang Dibutuhkan dalam Proses Pengeringan Besarnya energi yang dibutuhkan dalam proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh kadar air awal bahan yang akan dikeringkan, kadar air akhir yang diinginkan, dan jumlah massa bahan yang akan dikeringkan. Rumusan energi pengeringan yang dibutuhkan secara umum ditentukan dari analisa termodinamika proses pengeringan tersebut, penentuan kebutuhan energi pengeringan dalam uraian berikut dapat digunakan (Fachrizal, et al, 1994). Keseimbangan energi pada proses pengeringan digambarkan pada gambar 2.4. Dari gambar 2.4 dapat dihitung keseimbangan energi dan massa proses pengeringan yaitu : m h m h m h Q (2.6) 1 1 w w 2 2 dimana : 8

1 = kondisi masuk sistem 2 = kondisi keluar sistem m = massa udara (kg udara kering/jam) W = kelembaban mutlak (kg/kg udara kering) h = entalpi udara (kj/kg) m w = massa air yang dikeluarkan dari bahan yang dikeringkan(kg/jam) h w = entalpi penguapan air (kj/kg) Q = kalor untuk pengeringan (kj/jam) m 1 W 1 h 1 t 1 Udara Ruang Pengering m 2 W 2 h 2 t 2 Q M w h w Gambar 2.4 Keseimbangan Massa dan Energi Proses Pengeringan mw m m W ; m m m (2.7) 1 1 w 2 2 1 2 w 2 1 m m W W (2.8) Besarnya energi total ( Q ) pada proses pengeringan sangat tergantung pada kadar T air bahan, kadar air akhir yang diinginkan, massa bahan yang akan dikering dan energi yang digunakan menaikkan temperatur bahan ( Q ), energi untuk menaikkan temperatur air di dalam bahan ( Q ), energi untuk menguapkan kandungan air dalam bahan ( Q ), dan energi untuk menaikkan temperatur uap air ( Q ). e m QT Qk Qm Qe Qv (2.9) k v 2.4 Penyimpan Panas Penyimpan panas berfungsi untuk memberikan panas tambahan jika energi yang dibutuhkan dalam ruang pengering berkurang. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan pada waktu memilih, merencanakan dan mengoperasikan sistem 9

penyimpan energi adalah kapasitas panas yang besar, kerapatan penyimpan energi (kj/m 3 ), ekonomis dan murah serta memperhitungkan efisiensi termal. Persamaan umum penyimpan energi sesuai dengan jumlah panas yang diserap adalah : ms. i 4400 sampai 6600kJ A m c i C pl T T i C T T o m sl pl 2 m min (2.10) Batu adalah penyimpan panas sensibel yang hanya mengalami kenaikan temperatur seiring bertambahnya jumlah panas yang disimpan. Penggunaan batu sebagai penyimpan panas sensibel lebih praktis dan murah dibandingkan dengan media penyimpan panas yang berubah fasa (penyimpan panas laten). Besarnya panas sensibel yang diperlukan untuk menaikkan temperatur batu tiap satuan massa sebesar satu derajat disebut kapasitas panas batu yaitu : dq C (2.11) m. dt Untuk penyimpan panas laten yaitu penyimpanan yang terjadi pada bahan/zat yang saat berlangsungnya perubahan fasa zat, yaitu dari padat ke cair atau dari cair ke padat. Persamaan untuk panas laten adalah :he equation for latent heat is: Q ml (2.12) Q adalah jumlah energi yang dilepaskan atau diserap selama terjadinya perubahan fasa zat (joules), massa zat (m), dan L merupakan panas laten spesifik dari partikel za tersebut (J kg -1 ). 10

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan temperatur fluida kerja yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap energi radiasi matahari yang jatuh kepermukaannya dan mengkonversikannya menjadi energi panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Energi panas ini dipindahkan ke fluida udara yang mengalir didalam kolektor diatas pelat absorber. Perpindahan panas pada kolektor udara akan terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perancangan kolektor meliputi perencanaan dan perhitungan desain termal serta desain konstruksi dari bagian-bagian utama kolektor : 1. Pelat absorber, yaitu berupa pelat yang beralur V yang terbuat dari pelat aluminium. 2. Penutup transparan (cover), dalam hal ini menggunakan kaca. 3. Isolasi panas, yaitu penyekat panas yang diletakkan disamping, belakang dan bagian bawah kolektor. 4. Saluran fluida kerja, yaitu saluran fluida terletak antara pelat absorber dengan kaca penutup transparan. 5. Rangka dan dudukan kolektor. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perawatan dan Perbaikan, Teknik Mesin, 11

Fakultas Teknik, Universitas Riau. Di Laboratorium Perawatan dan Perbaikan ini dilakukan pembuatan perangkat pengering surya (solar dryer) jenis pemanasan tidak langsung dengan rak bertingkat. 3.2 Metode Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman sebagai dasar perencanaan terhadap konsep pengering surya dengan rak bertingkat memanfaatkan penyimpan panas, dengan mempelajari bukubuku, internet dan jurnal-jurnal penelitian terbaru yang relefan. 2. Tahap Persiapan Alat Uji Pada tahapan ini dilakukan persiapan perangkat pengering surya dengan rak bertingkat hasil penelitian sebelumnya. Perangkat pengering surya ini nantinya dapat melayani berbagai pengujian yang dibutuhkan untuk pengambilan data yang diperlukan untuk mengetahui unjuk kerja alat. 3. Tahap Pengumpulan Data Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa macam alat ukur antara lain: termometer, temperatur bola kering dan bola basah, timbangan digital, multimeter, stopwatch. Data-data yang diambil meliputi temperatur bola basah, temperatur bola kering masuk perangkat pengering dan temperatur bola basah, temperatur bola kering keluar perangkat pengering, temperatur ruang pengering, distribusi temperatur dalam ruang pengering, lama pengeringan dan massa produk yang dikeringkan. Pengambilan data dilakukan baik tanpa 12

produk yang akan dikeringkan maupun dengan produk yang akan dikeringkan. Pengambilan data pengeringan produk yang dikeringkan dengan penjemuran langsung dilakukan bersamaan dengan pengambilan data produk yang dikeringkan dalam perangkat pengering surya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja perangkat pengering surya. 4. Tahap Analisis Data dan kesimpulan Data yang diperoleh ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai prinsipprinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya akan diplot dalam berbagai grafik yang dapat memberikan berbagai informasi. Informasi mengenai pengaruh temperatur bola basah, temperatur bola kering masuk dan keluar perangkat pengering surya, distribusi temperatur dalam ruang pengering, lamanya pengeringan terhadap perubahan jarak antar rak pengering dari bahan yang dikeringkan untuk jumlah massa yang sama, perubahan beban pengeringan terhadap kapasitas pengeringan rencana, serta pengaruh pemanfaatan penyimpan panas. Dari hasil analisis ini disimpulkan hasil penelitian yang dilakukan, dan saran untuk perbaikan pada penelitian lanjutan. 3.3 Dasar Idealisasi Perencanaan dan Bahan Sebagai dasar perencanaan untuk mengetahui luas kolektor yang akan dirancang, energi yang dibutuhkan dan perhitungan-perhitungan lainnya, maka data perencanaan yang dibutuhkan adalah [4] : Temperatur udara masuk ke kolektor, temperatur udara keluar kolektor, laju aliran fluida kerja, dan intensitas radiasi surya. 13

Besarnya kehilangan panas pada kolektor, terutama secara konveksi dari kolektor ke lingkungan sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin disekeliling kolektor, (kecepatan angin diasumsikan sekitar 1,5 m/s). Perencanaan kolektor dilakukan dengan menghitung parameter-parameter berikut ini : 1. Desain Thermal meliputi : a) Keseimbangan energi pada kolektor b) Panas yang berguna pada kolektor c) Luas kolektor yang dibutuhkan d) Kolektor dengan sirip dan tanpa sirip e) Panas yang diserap kolektor f) Kerugian panas dari kolektor ke lingkungan g) Efisiensi Kolektor 2. Desain konstruksi meliputi : a) Perencanaan komponen-komponen dar sar kolektor dan dudukan kolektor b) Pemilihan bahan pembuatan kolektor c) Dimensi kolektor Perencanaan Bagian Utama Kolektor 1. Perencanaan Pelat Absorber (Penyerap) Bahan yang dipakai untuk pelat absorber (penyerap) antara lain: tembaga, kuningan, dan aluminium. Absorbsivitas bahan yang tinggi dapat dicapai dengan melapisi cat hitam pudar/buram yang refleksivitas kecil, maka dipilihlah pelat seng dengan tebal 0,4 mm dengan nilai konduktivitas (k) 112,2 W/m 0 (tabel). 2. Pemilihan Kaca Penutup 14

Kaca transparan yang digunakan diperoleh dari toko kaca, dengan nilai transmisivitas ( ) sebesar 0,85 dengan tebal 5 mm. 3. Pemilihan Isolasi Berdasarkan sifat-sifat bahan isolasi yang digunakan ialah papan gabus dengan konduktivitas termal (k) 0,043 W/m 2 0 C dan tebal isolasi 1,5 cm. 4. Perencanaan Saluran Udara Saluran udara pada kolektor berfungsi untuk memperlama terjadinya kontak udara dengan absorber didalam kolektor dan udara dapat menyentuh seluruh bagian dalam kolektor, sehingga perpindahan panas konveksi terjadi secara maksimal. 5. Perencanaan Rangka Dan Kedudukan Kolektor Bahan rangka dipilih material baja pelat siku dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm digunakan untuk rangka dan kedudukan kolektor. 3.4 Proses Pembuatan Solar Dryer Langkah pembuatan Solar Dryer : 1. Alat dan Bahan Adapun perlengkapan yang dibutuhkan antara lain: a. Pelat siku untuk rangka dan Pelat seng untuk pelat absorber b. Kaca, papan gabus, rigid foam, triplek, amplas dan lain-lain. c. Perlengkapan untuk pengelasan. d. Perlengkapan untuk pengecatan. 2. Pembuatan Kontruksi/Rangka Solar Dryer Rangka kolektor terbuat dari bahan besi siku dimana ukuran bagian dalam kolektor berbentuk empat persegi panjang.. Pada dudukan bagian bawah dilapisi dengan triplek dengan sedangkan pada bagian sisi samping akan dilapisi dengan kayu agar 15

lebih kaku dan tahan lama. Pelat siku tersebut dipotong dengan menggunakan gergaji besi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sesuai dengan perancangan, kemudian pelat siku dilas sesuai dengan bentuk gambar perancangan (Desain), dalam pembuatan kontruksi/rangka solar dryer yang harus diperhatikan adalah rangka/kontruksi tersebut harus mampu menahan beban yang yang cukup berat. 3. Pembuatan Plat Absorber 45 60 45 Gambar 3.1 Refleksi Radiasi Matahari pada Permukaan Absorber Dengan Sudut Kemiringan 45 0. Pembuatan pelat absorber merupakan modifikasi dari bentuk pelat rata. Modifikasi ini dilakukan untuk mempertinggi penyerapan dan memperkecil pantulan radiasi matahari. Bentuk corrugated (beralur) yang berbentuk V yang semula dari pelat rata, bentuk alur V dengan sudut 45 0. 4. Pembuatan Kedudukan Kolektor Kedudukan kolektor dibuat untuk meletakan kolektor pada bagian dalam kontruksi/rangka. Kedudukan kolektor dibuat secara bertingkat sebanyak 4 tingkat sesuai dengan jumlah pelat absorber. Tempat kedudukan kolektor tersebut dibuat dengan menggunakan bahan pelat siku. 5. Pemasangan Kaca Penutup (Cover) Pada Rangka Konstruksi Kaca penutup merupakan lapisan transparan yang berfungsi untuk meneruskan radiasi matahari ke kolektor. Kaca penutup dipasang diatas kolektor, dengan kedudukan khusu untuk meletakan kaca penutup(cover) tersebut, sehingga kaca penutup bisa dibuka tutup dengan mudah untuk keperluan penelitian. 16

6. Pemasangan Isolasi Pemasangan isolasi dilakukan pada bagian sisi bawah, samping kiri-kanan dan pada sisi belakang. Bahan isolasi yang digunakan adalah papan gabus, rigid foam dan triplek. 7. Pemasangan Seluruh Bagian-Bagian Solar Dryer Setelah seluruh bagian-bagian dari kolektor selesai, kemudian digabungkan sehingga diperoleh kolektor yang diinginkan. Adapun proses pemasangannya ialah: 1. Letakkan triplek pada bagian bawah (dasar) kolektor. 2. Pada sisi terluar bagian samping dari rangka dudukan kolektor dipasang pelat seng, 3. Kemudian dipasang isolasi pada bagian samping dengan bagian terluar pelat seng kemudian kayu, setelah kayu baru dilapisi dengan rigid foam. 4. Untuk bagian permukaan datar setelah triplek dipasang stereo foam kemudian rigid foam. 5. Setelah isolasi terpasang kolektor dilapisi dengan pelat seng. 6. Setelah itu pelat aluminium yang telah ditekuk diletakkan diatas rigid foam pada pemukaan datar. 7. Kanal dipasang pada pelat aluminium sebanyak tujuh lembar pelat dari seng. 8. Kolektor kemudian dicat dengan cat warna hitam kabur. 9. Pasang pegangan rangka kaca penutup dan engsel diantara rangka kaca penutup dengan rangka kolektor. Kolektor yang telah dibuat diatas kemudian diletakkan pada dudukan kolektor yang terbuat dari baja siku berukuran 3 cm x 3 cm dengan sudut kemiringan (β) 10 o. 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. 3. Laju aliran fluida kerja (V). V = 0,01 m/s. 4. Intensitas radiasi matahari (E glob ). E glob = 800 W/m 2. 5. Panas aktual yang digunakan untuk kenaikan fluida kerja 30 O C (Qu) yaitu Qu = 441,111526 W. 6. Luas kolektor (Ak). Ak = 1,6 m 2. 7. Panas yang diserap oleh kolektor (Q a ). Q a = 1033,6 W. 8. Panas harian yang diterima oleh kolektor (Q in ). Q in = 1280 W. 9. Panas teoritis yang digunakan dengan memasukkan faktor transport panas (Fr). Q S = 765,365 Watt. 10. Kerugian panas dari kolektor ke lingkungan: Q L = 268,235 Watt. Dimana: Kerugian Panas pada sisi bawah kolektor: Q b = 53,47 Watt. Kerugian Panas pada sisi samping kolektor: 18

Q s = 34,255 Watt. Kerugian Panas pada sisi atas kolektor Q a = 180,504 Watt. 11. Efisiensi kolektor. Efisiensi aktual dari kenaikan temperatur kerja: = 34,5 %. Efisiensi menurut ASHRAE: = 62,9 %. Desain Konstruksi Pelat absorber Bahan Perlakuan permukaan Ukuran Sebelum ditekuk Ukuran setelah ditekuk : Pelat aluminium 0.35 mm. : Cat Q-Lack Black Dop. : 200 x 100 cm (2 lembar). : 180 x 89 cm. Kaca Penutup Bahan Ukuran Bingkai kaca Ukuran bingkai kaca : Kaca Transparan 5 mm. : 64 cm x 98 cm dan 110 cm x 98 cm. : Aluminium : 2 x 2 cm. Isolasi Termal Bahan 1 : Rigid Foam 2 cm. Konduktifitas termal : 0,166 W/m 2 0 C. Bahan 2 : Stiro Foam 1,5 cm. 19

Konduktifitas termal : 0,043 W/m 2 0 C. Rangka Kolektor Bahan Ukuran : Pelat baja profil L 96 x 45 cm. : (96 cm x 45 cm) x 4 bagian. Rangka Ruang Pengering Bahan : Pelat baja profil L. Kemiringan Kolektor : 40 0. 4.2 Prosedur pengujian Adapun prosedur pengujian yang dilakukan terhadap sampel antara lain: Pembersihan sampel. Melakukan penimbangan berat dari sampel yang akan diuji. Dalam pengujian yang dilakukan pada 5 rak dimana masing-masing rak berat pengujian sebesar 450 gram, salah satu rak dilakukan pengujian di luar alat penguji. Proses pengambilan data berat dari sampel dilakukan setiap 1 jam sekali. Lama pengambilan data selama 7 jam. Proses pengambilan data temperatur dari alat juga dilakukan pada setiap 1 jam sekali, data temperatur alat diambil pada 8 titik pengujian diantaranya 4 titik pada rak, 2 titik pada kolektor, dan 2 titik pada saluran masuk dan keluar. Data temperatur diambil dengan menggunakan alat ukur termokopel. 4.3 Pengambilan Data Pengujian Proses pengambilan data pada alat pengering ini tergantung dari kondisi cuaca pada saat pengujian karena alat ini bekerja dengan memanfaatkan sinar radiasi yang dipancarkan oleh matahari. Jenis sampel pengujian yang digunakan adalah pisang. 20

Proses pengujian (pengeringan) merupakan proses perpindahan panas/kalor dan uap air secara simultan (perpindahan massa), yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang ada pada sampel (pisang). Laju penguapan air pada sampel (pisang) dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan temperatur ruang pengering. 4.4 Analisa Data Adapun proses analisa data dilakukan setelah alat pengering surya tersebut selesai dibuat. Proses pengujian dilakukan pada salah satu produk rumah tangga yaitu pisang sale. Proses pengujian dilakukan dengan membandingkan antara hasil pengeringan yang dilakukan didalam alat pengering surya dengan proses pengeringan secara alami (diluar) yang dijemur di alam terbuka. Intensitas radiasi matahari bervariasi menurut cuaca saat pengujian berlangsung. Intensitas radiasi matahari tidak diukur, karena tidak tersedianya alat ukur radiasi matahari (solarimeter). Variasi intensitas radiasi matahari sebanding dengan variasi temperatur pelat absorber, sehingga variasi intensitas radiasi matahari saat pengujian dapat diwakili oleh variasi temperatur pelat absorber (Hanif, 1996) Dari hasil pengujian yang dilakukan pada pisang diketahui bahwa kadar air yang yang terjadi pada setiap rak berkurang (tabel 4.1). Setelah 14 jam proses pengeringan diperoleh data sebagai berikut: 21

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Massa Bahan (Pisang). Lama MASSA BAHAN YANG DIKERINGKAN (gr) Jam (Wib) (jam) Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar 0 10.00 450 450 450 450 450 1 11.00 418 394 358 312 400 2 12.00 382 360 334 304 356 3 13.00 352 324 288 248 326 4 14.00 310 264 244 196 300 5 15.00 274 240 202 158 276 6 16.00 272 212 174 138 260 7 10.00 228 196 160 126 250 8 11.00 168 151 130 114 192 9 12.00 146 132 112 104 176 10 13.00 134 120 106 100 166 11 14.00 128 118 106 100 160 12 15.00 126 116 106 100 156 13 16.00 118 110 102 96 150 14 17.00 116 108 100 96 146 Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proses pengeringan yang dilakukan dengan alat pengering ini lebih cepat bila dibandingkan dengan proses pengeringan di alam terbuka. Pengeringan di dalam kolektor lebih cepat dari pengeringan di alam terbuka, karena perbedaan temperatur pengeringan. Temperatur pengeringan di dalam kolektor lebih tinggi dari temperatur pengeringan di alam terbuka (sama dengan temperatur lingkungan). Kualitas hasil pengeringan bahan yang dikeringkan dengan alat pengering lebih baik dan lebih bersih dibandingkan yang dikeringkan langsung di alam terbuka. Bahan yang dikeringkan dalam kolektor lebih bersih karena terhindar dari debu, kotoran dan gangguan binatang atau serangga, sehingga harga jual produk di pasaran lebih tinggi. 22

Massa Bahan (gram) No. Rak Pengeringan Tabel 4.2 Persentase Massa Bahan Yang Menguap Massa Awal Massa Akhir Massa yang menguap Persentase Massa yang menguap 1 Rak 1 450 116 334 74.22 2 Rak 2 450 108 342 76.00 3 Rak 3 450 100 350 77.78 4 Rak 4 450 96 354 78.67 5 Rak di luar 450 146 304 67.56 450 420 390 360 330 300 270 240 210 180 150 120 90 Massa bahan terhadap lama pengeringan 0 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lama Pengeringan (jam) Gambar 4.1 Pengurangan Massa bahan yang dikeringkan terhadap waktu pengeringan Temperatur pengujian maksimum terjadi pada pelat absorber yang berwarna hitam kabur dengan temperatur antara 109,1 0 C sampai 114,5 0 C yang terjadi pada pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB. Kerugian panas yang terjadi ke lingkungan terjadi karena adanya pengaruh dari konduktifitas termal bahan pembentuk kolektor, kecepatan angin di sekitar ruang kolektor serta adanya perbedaan temperatur antara kolektor dengan lingkungan. Kerugian panas pada sisi samping terjadi karena akibat dari konduksi dan konveksi ke lingkungan yang berbeda temperaturnya. Sedangkan Kerugian panas yang terbesar terjadi pada sisi atas kolektor hal ini terjadi karena 23

Temperatur (C) kerugian akibat dari konduksi ke kaca penutup serta radiasi dan konveksi secara bersamaan ke lingkungan. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Temperatur. No Jam (Wib) TEMPERATUR C T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T~ 1 10.00-11.00 44.3 74.8 89.3 50.8 56.8 65.7 62.9 66.3 33.3 2 11.00-12.00 46.4 85.3 95.1 55.4 59.2 70.1 69.1 68.5 33.4 3 12.00-13.00 50.3 92.1 103.1 61.1 63.8 68.4 77.2 71.1 33.4 4 13.00-14.00 51.8 97.3 104.2 62.6 69.9 73.8 82.1 69.1 34.2 5 14.00-15.00 48.5 89 97 60.8 67.2 71.8 79.5 72.3 33.6 6 15.00-16.00 47.8 83.2 81.5 59.4 64 67 76 65.3 33.2 7 16.00-17.00 42.6 67.6 66.5 53.1 53 57.2 59.3 58.9 33.2 Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2 Keterangan : T1 : Temperatur udara masuk (T in ). T2 & T3 : Temperatur plat absorber. T4,T5,T6,T7 : Temperatur rak pada ruang pengering. T8 : Temperatur keluar (T out ). T : Temperatur lingkungan. 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 Temperatur Kolektor Surya 1 2 3 4 5 6 7 Lama Pengeringan (jam) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Tling Gambar 4.2 Variasi temperatur kolektor terhadap waktu pengeringan 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pengembangan kolektor pengering tenaga surya (solar dryer compact) jenis pemanasan langsung menggunakan bahan penyimpan panas berubah fasa adalah : 1. Rata-rata hasil pengeringan dengan kolektor 76,7% dan hasil pengeringan dijemur langsung 67.56%.Proses pengeringan dengan menggunakan kolektor lebih cepat bila dibandingkan dengan cara tradisional serta kualitas dari bahan yang dikeringkan lebih baik. 2. Proses pengeringan dengan Solar Dryer menggunakan penyimpan panas temperatur kolektor lebih merata dan lebih cepat kering. Proses pengeringan masih tetap berlangsung beberapa jam, saat cahaya matahari tertutup atau saat sore hari dengan sumber panas dari penyimpan panas. 5.2 Saran-saran Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk pengembangan dan pemakaian kolektor pengering tenaga surya (solar dryer) : 1. Gunakan isolasi yang memiliki harga konduktivitas termal yang rendah. 2. Pada waktu melakukan pengujian saat penimbangan sebaiknya dilakukan dengan cepat untuk menghindari terjadinya rugi-rugi panas. 3. Pada saat pembingkaian kaca, sebaiknya kaca tersebut diberi sedikit jarak (clearance) untuk menghindari terjadinya pemuaian terhadap kaca yang dapat mengakibatkan kaca tersebutreta dan pecah. 4. Agar hasil pengeringan merata pada setiap rak perlu dilakukan rotasi posisi rak. 5. Perlu penelitian lebih lanjut dari alat ini dengan penyimpan panas yang bebeda, dan menutup alat pengering dengan penutup khusus sehingga penurunan temperatur yang drastis saat cuaca mendung atau sore hari dapat dihindari. 25

DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson, Edward E., 1982, Fundamental of Solar Energy Conversion, Addison-Wesley, California. 2. Aziz, Azridjal, 1996, Kolektor Udara Surya (Perancangan dan Pembuatan), Skripsi, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas, Padang. 3. Aziz, Azridjal, 2003, Perancangan Kolektor Surya Tipe Pelat Datar dengan Flluida Kerja Udara, Jurnal Momentum, Institut Teknologi Padang, Padang. 4. Aziz, Azridjal, 2004, Teknologi Rekayasa Surya sebagai Pemanas Udara untuk Proses Pengeringan (Solar Dyer), Jurnal Momentum, Institut Teknologi Padang, Padang. 5. Fachrizal, N etal, 1994, Efisiensi Pengering Tipe Kotak Kombinasi Energi Matahari dan Biomassa, Makalah Ilmiah UPT-LSDE, BPPT, PUSPITEK Serpong. 6. Hewitt, G.F., 1994, Process Heat Transfer, CRC Press Inc., Boca Raton, USA. 7. Suwono, Aryadi, 1980, Pemanfaatan Energi Matahari untuk Pedesaan, Proceedings, Bandung. 8. Zainuddin, Dahnil., 1990, Solar Teknik 1 & 2, Universitas Andalas, Padang. 9. Zainuddin, Dahnil,1995, Makalah Teknologi Energi Surya, Padang. 26

LAMPIRAN Tabel. Sifat-Sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer. Nilai μ, k, c D, dan Pr tidak terlalu bergantung pada tekanan dan dapat digunakan untuk tekanan yang cukup luas. T, K ρ kg/m 3 100 3.6010 150 2.3675 200 1.7684 250 1.4128 300 1.1774 350 0.9980 400 0.8826 450 0.7833 500 0.7048 550 0.6423 600 0.5879 650 0.5430 700 0.5030 750 0.4709 800 0.4405 850 0.4149 900 0.3925 950 0.3716 1000 0.3524 1100 0.3204 1200 0.2947 1300 0.2707 1400 0.2515 1500 0.2355 1600 0.2211 1700 0.2082 1800 0.1970 1900 0.1858 2000 0.1762 2100 0.1682 2200 0.1602 2300 0.1538 2400 0.1458 2500 0.1394 c p kj/kg. 0 C 1.0266 1.0099 1.0061 1.0053 1.0057 1.0090 1.0140 1.0207 1.0295 1.0392 1.0551 1.0635 1.0752 1.0856 1.0978 1.1095 1.1212 1.1321 1.1417 1.160 1.179 1.197 1.214 1.230 1.248 1.467 1.287 1.309 1.338 1.372 1.419 1.482 1.574 1.688 μ kg/m.s x 10 5 0.6924 1.0283 1.3289 1.5990 1.8462 2.075 2.286 2.484 2.671 2.848 3.018 3.177 3.332 3.481 3.625 3.765 3.899 4.023 4.152 4.44 4.69 4.93 5.17 5.40 5.63 5.85 6.07 6.29 6.50 6.72 6.93 7.14 7.35 7.57 v m 2 /s x 10 4 1.923 4.343 7.490 11.31 15.69 20.76 25.90 31.71 37.90 44.34 51.35 58.51 66.25 73.91 82.29 90.75 99.3 108.2 117.8 138.6 159.1 182.1 205.5 229.1 254.5 280.5 308.1 338.5 369.0 399.6 432.6 464.0 504.0 543.5 k W/m. 0 C 0.009246 0.013735 0.01809 0.02227 0.02624 0.03003 0.03365 0.03707 0.04038 0.04360 0.04659 0.04953 0.05230 0.05509 0.05779 0.06028 0.06279 0.06525 0.06752 0.0732 0.0782 0.0837 0.0891 0.0946 0.100 0.105 0.111 0.117 0.124 0.131 0.139 0.149 0.161 0.175 α m 2 /s x 10 4 0.02501 0.0574 0.10165 0.15675 0.22160 0.2983 0.3760 0.4222 0.5564 0.6532 0.7512 0.8578 0.9672 1.0774 1.1951 1.3097 1.4271 1.5510 1.6779 1.969 2.251 2.583 2.920 3.262 3.609 3.977 4.379 4.811 5.260 5.715 6.120 6.540 7.020 7.441 Pr 0.770 0.753 0739 0.722 0.708 0.697 0.689 0.683 0.680 0.680 0.680 0.682 0.684 0.686 0.689 0.692 0.696 0.699 0.702 0.704 0.707 0.705 0.705 0.705 0.705 0.705 0.704 0.704 0.702 0.700 0.707 0.710 0.718 0.730 Dari Natl Bur stand (U.S) Circ. 564. 1965 27

Tabel. Sifat-sifat bukan logam. Bahan Aspal Bata: Bata bangunan Biasa Muka Bata karborundum Bata krom Tanah diatomea Dicetak dan Dibakar Bata tahan api Dibakar 2426 0 F Dibakar 2642 0 F Missouri Magnesit Semen, portland Moster Beton, sinder Batu, 1.2-4 campur Gelas, jendela Korosilikat Plaster, gips La logam Lat kayu Batu: Granit Batu kapur Marmer Batu pasir Kayu (melintas serat) Balsa, 8,8 lb/ft 3 Sipres Fir Mapel atau oak Pinus kuning Pinus putih Temperatur C k, W/m/. 0 C ρ kg/m 3 Bahan-bahan bangunan dan penahan kalor 20-55 0.74-0.76 20 600 1400 200 550 900 200 870 500 800 1100 500 800 1100 200 600 1400 200 650 1200 23 23 20 20 30-75 20 20 20 100-300 40 30 30 23 30 23 30 0.69 1.32 18.5 11.1 2.32 2.47 1.99 0.24 0.31 1.04 1.07 1.09 1.28 1.37 1.40 1.00 1.47 1.47 3.81 2.77 1.90 0.29 1.16 0.76 1.37 0.78 (avg) 1.09 0.48 0.47 0.28 1.79-3.98 1.26-1.33 2.07-2.94 1.83 0.55 0.097 0.11 0.166 0.147 0.112 1600 2000 3000 2000 2300 2600 1500 1900-2300 2700 2200 1440 2640 2500 2500-2700 2160-2300 140 460 420 540 640 430 c kj/kg. 0 C 0.84 0.84 0.96 0.96 0.96 1.13 0.88 0.84 0.84 0.82 0.90 0.80 0.71 2.72 2.4 2.8 α m 2 /s x 10 7 5.2 9.2 9.8 7.9 5.4 5.8 4.0 8.2-6.8 3.4 4.0 8-18 3.6-5.9 10-13.6 11.2-11.9 0.96 1.28 0.82 28

Tabel ABSORBER TEST MATERIAL Code* Absorber Material Optical Popertiest Coating Substrate Absorptance Emittance A Black nickel Steel 0.87 0.13 C Flat black paint Copper 0.98 0.92 D Black chrome Steel (nickelflashed) 0.97 0.07 E 0.95 0.87 F Flat balck paint Copper 0.96 0.75 G Copper oxide Copper 0.93 0.86 H Black porcelain Steel 0.95 0.89 I Flat black paint Aluminum 0.88 0.19 J Black chrome Stainlees steel 0.98 0.14 L Black chrome Aluminum 0.99 0.29 M Laed oxide Copper 0.94 0.10 N Oxide anodized Aluminum 0.93 0.51 Oxide conversion Aluminum P Coating Black chrome Copper 0.96 0.08 Code letters A through H indicate material coupon specimens cut from solar collector A through H. codes 1 through P test at the materials level only. These properties are dependent on the formulation and manufacturing processes used, other product within a generic class of materials may have significantly different properties. Everage values based on s minimum of 10 test specimens from NBS TN 1136,1981. NBS Solar collector durability and reliability test program plan by D. Wakman, E. street, and T. seiler 29

\ Gambar Alat Pengering Surya Jenis Pemanasan Langsung Gambar Pisang yang dikeringkan dan proses pengambilan data pengujian 30

Tabel 1. Data Massa Bahan Yang Dikeringkan Lama MASSA BAHAN YANG DIKERINGKAN (gr) Jam (Wib) (jam) Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar Hari Rabu, 26 November 2008 0 10.00 450 450 450 450 450 1 11.00 418 394 358 312 400 2 12.00 382 360 334 304 356 3 13.00 352 324 288 248 326 4 14.00 310 264 244 196 300 5 15.00 274 240 202 158 276 6 16.00 272 212 174 138 260 Hari Kamis, 27 November 2008 7 10.00 228 196 160 126 250 8 11.00 168 151 130 114 192 9 12.00 146 132 112 104 176 10 13.00 134 120 106 100 166 11 14.00 128 118 106 100 160 12 15.00 126 116 106 100 156 13 16.00 118 110 102 96 150 14 17.00 116 108 100 96 146 Tabel 2. Data Temperatur Pengeringan No Jam (Wib) TEMPERATUR C T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T~ Hari Rabu, 26 November 2008 1 10.00-11.00 44.3 74.8 89.3 50.8 56.8 65.7 62.9 66.3 33.3 2 11.00-12.00 46.4 85.3 95.1 55.4 59.2 70.1 69.1 68.5 33.4 3 12.00-13.00 50.3 92.1 103.1 61.1 63.8 68.4 77.2 71.1 33.4 4 13.00-14.00 51.8 97.3 104.2 62.6 69.9 73.8 82.1 69.1 34.2 5 14.00-15.00 48.5 89 97 60.8 67.2 71.8 79.5 72.3 33.6 6 15.00-16.00 47.8 83.2 81.5 59.4 64 67 76 65.3 33.2 7 16.00-17.00 42.6 67.6 66.5 53.1 53 57.2 59.3 58.9 33.2 Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2 Hari Kamis, 27 November 2008 1 10.00-11.00 46.3 85.3 93.8 56.9 63.6 69.5 71.7 68.2 33.2 2 11.00-12.00 48 87.3 102.6 63.4 71.9 76.7 55.6 77.2 33.5 3 12.00-13.00 46.6 78.8 94.3 64.2 67.4 70 68.9 68.2 34.2 4 13.00-14.00 42.4 61.7 70.2 51.8 53.5 56.6 58.2 55.8 34.5 5 14.00-15.00 39.4 60.5 65 47.2 56.3 52.9 55.6 53 34 6 15.00-16.00 54.6 99.4 91.5 68.5 77.6 80 85.5 79.3 33.3 7 16.00-17.00 39 54.9 56.7 49.7 49.2 51.4 53.4 51.9 32.2 Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2 31

Temperatur (C) Temperatur (C) Massa Bahan (gram) 450 420 390 360 330 300 270 240 210 180 150 120 90 Massa bahan terhadap lama pengeringan 0 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lama Pengeringan (jam) Gambar 1. Laju Pengeringan massa bahan 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 Temperatur Kolektor Surya 1 2 3 4 5 6 7 Lama Pengeringan (jam) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Tling Gambar 2. Distribusi temperatur pengeringan hari 1 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 Temperatur Kolektor Surya 1 2 3 4 5 6 7 Lama Pengeringan (jam) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 Tling Gambar 3. Distribusi temperatur pengeringan hari 2 32