FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN PASIEN HEMODIALISA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

PROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,


BAB III METODE PENELITIAN. desain quasy eksperimental dengan rancangan pretest-posttest with control. Rancangan dapat diilustrasikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN ASUPAN CAIRAN DAN NUTRISI PADA KLIEN HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUTUSAN INISIASI HEMODIALISIS PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RUANG DAHLIA RSUP PROF. DR. R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

: DYANA CITRA MOKODOMPIT NIM

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

HUBUNGAN PENAMPILAN PERAN DENGAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

EFEKTIVITAS TRAINING EFIKASI DIRI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN TERHADAP INTAKE CAIRAN

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

PENGARUH BIMBINGAN SPIRITUAL ISLAMI TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN PASIEN HEMODIALISA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Irma Mustikasari, Erika Dewi Noorratri STIKES Aisyiyah Surakarta irmamustika_sari25@yahoo.com ABSTRAK Latar belakang : Interdialytic Weight Gain (IDWG) diukur sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik. Interdialytic Weight Gain (IDWG) dihitung berdasarkan berat badan kering pasien setelah menjalani hemodialisa. Berbagai faktor internal yang mempengaruhi Interdialytic Weight Gain (IDWG) pasien hemodialisa seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama hemodialisa. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) Metode Penelitian : deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah sebanyak 44 orang dengan purposive sampling. Pengambilan data pasien menggunakan kuesioner. Hasil : Analisis dengan menggunakan regresi linear menunjukkan bahwa tidak ada dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) dengan nilai p value > 0,05. Kesimpulan : faktor internal seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa tidak Kata Kunci : faktor, hemodialisa, interdialytic weight gain ABSTRACT Background of study : Interdialytic Weight Gain (IDWG) is measured as a basis to determine calculated based on the dry weight of patients after undergoing hemodialysis. Various internal factors that affect Interdialytic Weight Gain (IDWG) hemodialysis patients such as age, gender, education level, and duration of hemodialysis. Objective of study: to determine the factors that affect the value Interdialytic Weight Gain (IDWG) in hemodialysis patients at the Methodology of study : descriptive analytic with cross sectional design. Sample were patients undergoing hemodialysis regularly Result : age, gender, education level, and duration of hemodialysis with Interdialytic Weight Gain (IDWG) with p value> 0.05. Conclusion : internal factors such as age, gender, education level and duration of hemodialysis does not affect the value Interdialytic Weight Gain (IDWG) Keywords: factors, hemodialysis, interdialytic weight gain 78

A. PENDAHULUAN Ginjal mempunyai peranan yang penting pada tubuh manusia, yaitu untuk mempertahankan volume dan distribusi cairan, namun apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya maka orang tersebut akan memerlukan perawatan dan pengobatan dengan segera (Muttaqin, 2011). Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible. Tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum dan kreatinin (Smeltzer et al, 2008). Angka kejadian penyakit gagal ginjal kronik mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (2014) melaporkan prevalensi penderita gagal ginjal kronik di Amerika Serikat pada tahun 2011 berjumlah sekitar 20 juta orang dan hampir separuhnya memerlukan pelayanan hemodialisis. Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mencapai 6,2% atau 104.000 jiwa dari populasi penduduk Indonesia. Sementara itu, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi penderita gagal ginjal kronik di Indonesia sebesar 0,2%. Tindakan medis yang dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik tahap akhir salah satunya adalah hemodialisa. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa adalah penambahan Interdialytic Weight Gain (IDWG) (Denhaerynck et al, 2007). Kamyar (2009) dari Pusat Penelitian Penyakit Ginjal di California menemukan bahwa 86% dari pasien yang menjalani hemodialisa memiliki berat badan interdialitik lebih dari 1,5 kg. Peningkatan IDWG yang melebihi 5 % dari berat badan kering dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialisis, gagal jantung kongestif (Suharyanto, 2002). Lindberg (2010) menjelaskan bahwa kenaikan berat badan 1 kilogram sama dengan satu liter air yang dikonsumsi pasien. Kenaikan berat badan antar sesi hemodialisis yang dianjurkan yaitu antara 2,5 % sampai 3,5 % dari berat badan kering untuk mencegah resiko terjadinya masalah kardiovaskuler. Pertambahan berat badan di antara dua sesi hemodialisa yang dapat ditoleransi oleh tubuh IDWG melebihi 4,8% akan meningkatkan mortalitas meskipun tidak dinyatakan besarannya. Penambahan nilai IDWG yang terlalu tinggi dapat menimbulkan efek negatif terhadap tubuh diantaranya terjadi hipotensi, kram otot, sesak nafas, mual dan muntah (Moissl et al, 2013). Pengukuran Interdialytic Weight Gain (IDWG) diukur berdasarkan berat badan kering (dry weight) pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien. Berat badan kering adalah berat badan tanpa kelebihan cairan yang terbentuk antara perawatan dialisis atau berat badan terendah yang aman dicapai pasien setelah dilakukan dialisis (Thomas, 2003). Sedangkan menurut Linberg (2010) berat badan kering adalah berat badan 79

dimana tidak ada tanda-tanda klinis retensi cairan. Pembatasan masukan cairan pada pasien dengan gagal ginjal kronik diperlukan perhatian untuk mencegah terjadinya komplikasi. Cairan yang masuk dan keluar harus seimbang baik melalui urine maupun yang keluar tanpa disadari klien (Guyton, 2007). Pemasukan cairan dalam 24 jam yang dianjurkan untuk pasien yang menjalani hemodialisa adalah 500cc (IWL) + produksi urin/24 jam. Sebagai contoh seseorang yang mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka cairan yang boleh dikonsumsi adalah 500 cc+300 cc = 800 cc/ 24 jam (Malawat, 2001). Faktor kepatuhan pasien dalam mentaati jumlah konsumsi cairan menentukan tercapainya berat badan kering yang optimal, di samping ada faktor lain yang kemungkinan dapat meningkatkan IDWG diantaranya adekuasi hemodialisis, lama tindakan hemodialisis, kecepatan aliran yang digunakan (Smeltzer & Bare, 2002). Peningkatan IDWG dapat disebabkan dari berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa. Pada pasien yang menjalani hemodialisis, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa usia mempunyai hubungan yang IDWG. Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh seseorang. Perubahan cairan terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan usia seseorang. Usia juga merupakan faktor yang kuat terhadap tingkat kepatuhan pasien, dimana pasien dengan umur yang muda mempunyai tingkat kepatuhan yang rendah dibanding umur yang lebih tua (Linberg, et al, 2000). Faktor jenis kelamin mempunyai faktor resiko yang sama untuk terjadi peningkatan IDWG. Namun, kecenderungan laki-laki lebih rentan terkena gagal ginjal kronik sehingga harus menjalani hemodialisa karena faktor pekerjaan laki-laki lebih berat daripada perempuan, yang terkadang membuat lakilaki mengkonsumsi minuman suplemen et al, 2000). Pendidikan juga berpengaruh dalam terjadinya penambahan IDWG. Hasil penelitian Sapri (2004) didapatkan hasil bahwa pasien yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas) memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi yaitu 74,3%. Hasil penelitian yang dilakukan Suryaningsih (2010) menunjukkan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisa maka pasien semakin patuh untuk menjalani hemodialisa karena biasanya responden kemungkinan telah banyak mendapatkan pendidikan kesehatan dari perawat atau dokter tentang pentingnya melaksanakan hemodialisa secara teratur. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai Interdialytic 80

Weight Gain (IDWG) pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul. pengukuran IDWG. Analisis statistik yang digunakan meliputi distribusi frekuensi untuk analisa data B. METODE DAN BAHAN Penelitian ini menggunakan metode deskritif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani hemodialisis secara rutin dengan rawat jalan di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi sebagai berikut : Pasien yang bersedia menjadi responden, pasien yang menjalani hemodialisa 2 kali dalam seminggu sesuai jadwal dengan lama hemodialisa 4-5 jam, dapat ditimbang berat badannya dengan berdiri, pasien yang mengalami kenaikan Interdialytic Weight Gain terakhir > 1,5 kg, pasien yang minimal sudah menjalani hemodialisa sebanyak 3 kali, pasien yang berusia 20-60 tahun, pasien mampu berkomunikasi secara verbal, mampu membaca dan menulis. Untuk kriteria eklusinya yaitu pasien yang tidak kooperatif, pasien yang mengalami komplikasi penyakit lain yang tidak terkontrol pada saat intradialisa, pasien yang menjalani hemodialisa diluar jadwal yang ditentukan. Sampel yang diperoleh berjumlah 44 sampel. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen karakteristik responden yang berat badan digital dan lembar observasi untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Karakteristik responden menurut usia berdasarkan hasil analisis univariat adalah sebagai berikut : rata-rata usia responden adalah 46,66 tahun, dengan usia termuda adalah 29 tahun dan usia tertua adalah 58 tahun. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : jenis kelamin terbanyak pada responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 24 responden atau sekitar 36,4%. Perempuan sebanyak 20 responden. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 16 responden atau sekitar 36,4%. Karakteristik responden berdasarkan lama menjalani hemodialisa adalah sebagai berikut : lama hemodialisa yang paling dominan adalah pada rentang waktu lebih dari 24 bulan yaitu sebanyak 30 responden atau 68,1%. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat 81

pendidikan dan lama hemodialisa terhadap nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pasien hemodialisa. Tabel 1. Hasil Regresi Linear Karakteristik Responden di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul Terhadap Nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) Parameter Estimates 9 5 % CI Umur 1,24 (-0,47; 0,35) < 30 tahun 31-40tahun 41-50tahun > 50 tahun J e n i s Kelamin Laki-laki Perempuan T i n g k a t Pendidikan SD SMP SMA PT L a m a Hemodialisa < 12 bulan 12-24 bulan > 24 bulan 1,24 (-0,96; 0,56) 1,24 (-0,27; 0,56) 1,22 (-1,36; 0,23) *p < 0,05 based on Regression Linear p* 0,77 0,60 0,47 0,16 Hasil analisis dapat diketahui bahwa karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa terhadap nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pasien hemodialisa dengan nilai p value > 0,05. Usia Responden dengan IDWG. Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat dialami oleh semua umur sesuai dengan etiologinya. Rentang usia umur pasien yang menjalani hemodialisis dalam penelitian ini Umur tersebut merupakan umur yang produktif sehingga dengan melakukan hemodialisis diharapkan pasien dapat beraktivitas dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Istanti, 2011). Fefendi (2008) menjelaskan bahwa pasien dengan usia yang produktif merasa terpacu untuk sembuh dan mempunyai harapan hidup yang tinggi dan sebagai tulang punggung keluarga. Selain itu, menurut Worden (2007) pasien ESRD di Inggris yang berumur lebih dari 75 tahun tidak menjalani hemodialisis sosial dan psikologis pasien sehingga banyak pasien ESRD yang berusia lanjut tidak mendapatkan terapi secara layak. Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak dengan IDWG. Peningkatan nilai IDWG dapat terjadi pada semua usia, hal ini berhubungan dengan kepatuhan dalam pengaturan asupan cairan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2012) bahwa usia tidak mempunyai pengaruh terhadap penurunan Interdialytic Weight Gain (IDWG) p 0,051. Namun, hasil penelitian oleh Kimmel et al (2000) menunjukkan bahwa umur merupakan faktor 82

yang kuat terhadap tingkat kepatuhan pasien. Pasien dengan usia lebih muda mempunyai tingkat kepatuhan lebih rendah dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Studi yang dilakukan oleh Kimmel et al (2000) menggunakan responden yang cukup banyak (283 orang) dan lama penelitian yang cukup lama (lebih dari 4 bulan) dan karakteristik responden yang berbeda yaitu pasien ESRD dengan diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan menggunakan 44 responden dan dilakukan selama 3 minggu pasien. Jenis Kelamin dengan IDWG. Hasil penelitian diketahui bahwa IDWG pada lakilaki lebih tinggi daripada perempuan. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa tidak kelamin dengan IDWG. Laki-laki maupun perempuan mempunyai resiko yang sama untuk terjadinya peningkatan IDWG. IDWG berhubungan dengan perilaku patuh pasien dalam menjalani hemodialisis (Istanti, 2011). Selain faktor kepatuhan, air total tubuh laki-laki membentuk 60% berat badannya, sedangkan air total tubuh dari perempuan membentuk 50% dari berat badannya. Total air tubuh akan memberikan penambahan berat badan yang meningkat lebih cepat daripada penambahan yang disebabkan oleh kalori. Terkait dengan hal tersebut, pada pasien hemodialisis penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (Worden, 2007) Laki-laki memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan perempuan dimana jaringan otot laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang memiliki lebih banyak jaringan lemak (Price & Wilson, 2006). Tingkat Pendidikan dengan IDWG. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak tingkat pendidikan dengan IDWG. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan melakukan perawatan mandiri selama hemodialisa terutama pengelolaan IDWG tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Kemungkinan dipengaruhi oleh hasil interaksi antara pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam menjalankan diet yang diperoleh melalui pengalaman sendiri atau orang lain, atau sumber informasi lain seperti media. Azwar (2011) menyebutkan bahwa terdapat kaitan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku positif yang menjadi dasar pengertian atau pemahaman dan perilaku dalam diri seorang individu. Tingkat pendidikan sering dihubungkan dengan pengetahuan, dimana seseorang yang berpendidikan tinggi diasumsikan lebih mudah menyerap informasi sehingga pemberian asuhan keperawatan dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang mencerminkan tingkat kemampuan pemahaman dan kemampuan menyerap edukasi self care. Penelitian yang dilakukan oleh Barnet et al (2007) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak memberikan perbedaan terhadap kemampuan melakukan perawatan 83

mandiri pasien hemodialisis. Pasien hemodialisis dapat melakukan perawatan mandiri tanpa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan akan tetapi dipengaruhi oleh informasi yang didapat. Kurangnya pengetahuan tentang GGK terutama tentang IDWG dan pembatasan cairan karena kurangnya informasi dari petugas kesehatan karena dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah tidak memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari sumber lain misalnya dari internet ataupun seminar (Istanti, 2011). Lama Hemodialisa dengan IDWG. Hasil analisis perbedaan lama hemodialisa responden dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh lama hemodialisa dengan IDWG. Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa pelaksanaan hemodialisa 2 kali dalam seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Panembahan Senopati Bantul paling banyak adalah > 24 bulan yaitu 30 orang (68,1%). Menurut National Kidney House (2012) bahwa hemodialisa yang dilakukan 2 kali seminggu membutuhkan waktu tindakan yang ideal 4-5 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Maasoumeh & Forough (2010) bahwa dari 202 pasien yang menjalani hemodialisa 2 kali seminggu dengan lama hemodialisa 5 jam di Iran didapatkan data hemodialisa < sebanyak 57 pasien atau 25,8%, dan > 24 bulan sebanyak 137 (67,8%). Penelitian Sapri (2004) menyatakan bahwa lamanya menjalani hemodialisa (> 1 tahun) mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan kepatuhan pembatasan asupan cairan. Setiap pasien memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam meningkatkan pengetahuan dan sikapnya. Semakin lama pasien menjalani terapi hemodialisa makan akan banyak pengetahuan yang diperoleh dan bisa bersikap positif terhadap kepatuhan diet cairan. Pendapat diatas bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistini (2013) bahwa ada hubungan antara lama hemodialisa dengan penambahan berat badan interdialitik atau IDWG. Hal ini disebabkan karena semakin lamanya penderita menjalani hemodialisa maka akan sering terpapar oleh efek samping hemodialisis baik akut maupun kronis dan penambahan berat badan interdialitik merupakan salah satu efek tersebut. D. SIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor internal seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama hemodialisa tidak mempengaruhi nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pasien yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain selain faktor 84

sosial yang terkait dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien yang menjalani hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Barnett, T., Li, Y.T., Pinikahana, J., Si Ya, T. (2007). Fluid Compliance Among Patients Having Hemodialysis : Can be Educational Programme Make a Difference?. Journal of Advanced Nursing, 61 (3), 300-306 diakses 21 Januari 2015. Denhaerynck, K., Manhaeve, D., Dobbels, F., Garzoni, D., Nolte, C., Degeest, S. (2007). Prevalence and Consequences of Noadherence to Hemodialysis Regimen. American Journals of Critical Care. Volume 16, No.3 diakses 21 Desember 2015 dari http://www. ajcc.aacnjournals.org. Fefendi. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis. http://indonesianursing.com/2008/07/30/faktor-faktor. Diakses 22 Desember 2015. Hidayati, S. (2012). Terhadap Penurunan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pasien Gagal Ginjal Kronik. Tesis. Universitas Indonesia. Istanti, Y. P. (2011). Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Interdialytic Weight Gain Pada Pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Mutiara Medika. Vol. 11 No.2 118-130 diakses 25 April 2016 dari http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/ article/view/938/1034. Istanti, Y. P. (2014). Hubungan Antara Masukan Cairan Dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pada Pasien Chronic Kidney Disease Di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal PROFESI. Volume 10/September 2013-Februari 2014. Kamyar, K. Z. (2009). Interdialytic Weight Gain, Mortality Linked. Nephrology Nursing Journal diakses 10 Desember 2015 dari http://www.renalandurologynews.com/hemodialysis/ interdialytic-weight-gain-mortality-linked/article/127528/. Kimmel, P. L., Varela, M.P., Peterson, R.A., Weihs, K.L., Simmens, S.J., Alleyne, S., Amarashinge, A., Mishkin, G.J., Cruz, I., Veis, J.H. (2000). Interdialytic Weight Gain and Survival in Hemodialysis Patients : Effects of Duration of ESRD and Diabetes Melitus. Kidney International Februari 2016. Linberg, M. (2010). Excessive Fluid Overload Among Hemodialysis Patients : Prevalence, Individual Characteristic and Self Regulation of Fluid Intake. Disertasi. Faculty of 85

Medicine Uppsala Universitet diakses 10 Desember 2015 dari http://www.diva-portal. org/smash/get/diva2:308451/fulltext01.pdf. Malawat, K.Y (2001). Pengaturan Cairan Secara Mandiri Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol.5 No.2 : 39-43 diakses 5 Maret 2016 dari http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/108. Maasoumeh, R., Forough, R. (2010). Perceived Social Support and Quality of Life in Iranian Hemodialysis Patients. Journal of Nursing Scholarship. 42:3, 242._c 2010. Moissl, U., Guillen, M.A., Wabel, P., Fontsere, N., Carrera, M., Campistol, J.M, Maduell, F. (2013). Bioimpedance Guided Fluid Management in Hemodialysis Patients. Clin J Am Soc Nephrol diakses 3 Januari 2016 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/pmc3805085/. Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Salemba Medika. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion. (2014). National Chronic Kidney Disease Fact Sheet. Atlanta. CDC diakses 10 Januari 2016 dari http:// www.cdc.gov/info. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). (6 th Ed). Jakarta. EGC. Sapri, A. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Dalam Mengurangi Asupan dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Diakses 12 Februari 2016 dari http://www. indonesiannursing.com. Smeltzer, S.C., Bare, B. (2002). Medical Surgical Nursing.10 th Ed. Philadelphia. Lippincot. Williem Wilkins. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing. 12 ed. Philadelphia. Lippincott Williams Wilkins. Suharyanto, T. (2002). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Trans Info Media. Sulistini, R. (2013). Hubungan Tekanan Darah Pre Hemodialisis dan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Penambahan Berat Badan Interdialitik Di Ruang Hemodialisis RS.Moh.Hoesin Palembang. Jurnal Poltekes Palembang. http:// jurnal.poltekkespalembang.ac.id/wpcontent/uploads/.../19-jurnal-rumentalia.pdf. Suryaningsih, Y. (2010). Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Tesis. Universitas Indonesia. Thomas. (2003). Renal Nursing. Bailliere Tindall. London. Worden, V. (2007). Gender, Age, and Geographical Location on of Renal Replacement Therapy. diakses 4 Maret 2016 dari http://www.medscape.com/viewarticle/560158_4. 86