BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB III KOSPIN JASA SYARIAH CAPEM PEMALANG: SEJARAH, VISI MISI, DAN PRODUK-PRODUKNYA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak. 1. sebagai lembaga intermediasi di dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari bank. milik pemerintah maupun swasta, dan masih terbagi menjadi bank

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

PENDAHULUAN. di dalamnya mengintrodusir sistem pengelolaan bank berdasarkan konsep

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahu-membahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berhasil berguna secara optimal. Lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menggerakan roda perekonomian. Akan tetapi, badan perekonomian di Indonesia ini, banyak yang tidak menggunakan cara-cara yang sesuai dengan ajaran islam, oleh sebab ini orang islam berusaha mengembangkan. Salah satu lembaga keuangan syari ah adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Kehadiran BMT sebagai lembaga keuangan syari ah yang merupakan lembaga pelengkap dari beroperasinya sistem perbankan syari ah. Dalam prakteknya BMT melaksanakan dua jens kegiatan yaitu baitul tamwil dan baitul mall. Baitul tamwil bergiat mengumpulkan dana dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi serta mengembangkan usaha-usaha produktif. Sedangkan baitul mal menerima titipan zakat, infaq, dan shadaqah yang di jalankan sesuai dengan peraturan dan amanahnya. 1

2 BMT merupakan kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam upaya untuk mencapai perkonomian yang lebih baik. BMT berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. BMT berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil berdasarkan prinsip syari ah dan prinsip koperasi. 1 Di KJKS Baituttamwil TAMZIS ada beberapa produk pembiayaan yang menggunakan akad musyarakah, mudharabah, murabahah, Ba i Bisaman Ajil, Al-ijarah. Yang masing-masing akad mempunyai manfaat tersendiri yang berguna bagi yang membutuhkan. Diantara akad pembiayaan diatas, penulis akan menjabarkan salah satunya yaitu mudharabah, karena pembiayaan dengan akad mudharabah menjadi fokus penelitian penulis. Mudharabah adalah suatu akad kerjasama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal yang diperlukan, sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai pengelola modal, akad Mudharabah berorientasi bisnis yang dananya berasal dari pihak ketiga atau anggota (nasabah) / masyarakat dimana dana-dana ini didapat berbentuk giro, tabungan atau simpanan deposito mudharabah 1 Lubis,Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika. 2004) hlm 114

3 dengan jangka waktu yang bervariasi, dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh BMT ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan keuntungan dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara BMT dan anggota pemilik dana, hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang telah disepakati. 2 Sedangkan pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama permodalan usaha dimana BMT / koperasi sebagai pemilik modal (sahibul maal) menyetorkan modalnya kepada anggota, calon anggota atau anggota sebagai pengusaha (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha sesuai akad dengan ketentuan pembagian keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan (nisbah) dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian penerima pembiayaan. 3 Dari awal berdirinya KJKS Baituttamwil Tamzis ini bertujuan untuk membantu pengusaha-pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya serta melayani kebutuhan perbankan bagi golongan ekonomi kebawah yang tidak terjangkau oleh bank umum, namun sebelum KJKS Baituttamwil Tamzis memberikan pembiayaan, seringkali memerlukan informasi yang akurat mengenai calon anggota serta kepastian hukum yang disertai keyakinan dimana pihak-pihak yang terlibat dalam suatu akad pembiayaan untuk memenuhi kewajibannya. Pihak KJKS Baituttamwil Tamzis senantiasa dituntun konsisten dalam menyalurkan 2 Syafi i Antonio, Muhammmad, Bank Syari ah Teori ke Praktek ( Jakarta : Gema Insani, 2001) hlm 95 3 Sop koperasi

4 pembiayaannya dan disiplin dalam menerapkan prosedur yang telah ada seperti persyaratan pembiayaan yakni 5C : character (karakter), capital (modal), capacity (kemampuan), collateral (jaminan), condition of economic (kondisi ekonomi). 4 Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji penerapan analisis pembiayaan mudharabah dalam dua prinsip yaitu capacity (kemampuan) dan collateral (jaminan) pada pembiayaan mudharabah, maka penulis mengambil judul PENERAPAN PRINSIP CAPACITY DAN COLLECTERAL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS BAITUTTAMWIL TAMZIS CABANG PASAR INDUK WONOSOBO B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi topik permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana KJKS Baituttamwil Tamzis menerapkan prinsip capacity pada pembiayaan mudharabah? 2. Bagaimana KJKS Baituttamwil Tamzis menerapkan prinsip collateral pada pembiayaan mudharabah? 4 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta : Fajar Media Press. 2012) hlm 32

5 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu : a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan mudharabah di KJKS Baituttamwil Tamzis. b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan prinsip capacity dan collecteral pada pembiayaan mudharabah di KJKS Baituttamwil Tamzis dengan prinsip-prinsip syariah. 2. Manfaat penelitian a. Menambah pengetahuan dan wawasan khasanah mengenai kegiatan penerapan prinsip capacity dan collateral pada pembiayaan mudharabah di KJKS Baituttamwil Tamzis. b. Lebih memahami dan mengetahui tentang bagaimana penerapan analisis pembiayaan-pembiayaan di KJKS Baituttamwil Tamzis. c. Dapat mengetahui mekanisme pembiayaan mudharabah secara praktek di KJKS Baituttamwil Tamzis. d. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan (DIII) Perbankan Syari ah. e. Sebagai salah satu sarana untuk pengenalan kepada masyarakat tentang pembiayaan mudharabah di KJKS Baituttamwil Tamzis.

6 D. Metodologi Penelitian Metode penelitian artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara sesama untuk mencapai suatu tujuan. 5 Dalam tugas akhir ini penulis akan menggunakan beberapa metode untuk mendukung penulisan atas masalah yang diangkat, diantaranya : 1. Jenis Penelitian Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini field reseach yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh dari analisis terhadap fenomena, gejalagejala dan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan sekitar, baik masyarakat, organisasi, lembaga atau negara yang bersifat non pustaka. 6 2. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur atau dinilai secara langsung. 7 Atau tangkapan atas perkataan subjek penelitian dalam bahasanya sendiri. Pengalaman orang diterangkan secara mendalam, menurut makna kehidupan, pengalaman dan interaksi sosial dari subjek penelitian sendiri. 8 Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan atau tulisan yang menggambarkan tentang situasi dan kejadian yang diamati. 5 Cholid Narbuko & Abu Ahmadi, Metode Penelitian, Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2009, hal 1. 6 Dudung Abdurrahman, Penngantar Metode Penelitian, Kurnia Kalam Semesta,Yogyakarta, 2003, hal 7. 7 Amirin, 2000 8 Sitorus, 1998

7 3. Sumber Data a. Data Primer Adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan angket atau kuesioner dan wawancara dengan anggota dan karyawan BMT Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo. b. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber atau disebut dengan data eksternal yang biasanya berbentuk data dokumentasi atau laporan yang telah tersedia. 9 4. Metode Pengumpulan Data a. Metode interview Merupakan Teknik pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada pihak KJKS Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo, untuk mendapatkan informasi atau keterangan dan data. b. Metode dokumentasi Merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa pencatatan, dengan cara meminjam data atau laporanlaporan untuk mengumpulkan data tentang keadaan KJKS Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo. 9 Dr. Saifudin Azwar, MA, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 1998, hlm 91

8 E. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, analisa data dan sistematika pembahasan. BAB II : GAMBARAN UMUM KJKS BAITUTTAMWIL TAMZIS WONOSOBO Dalam bab ini berisi sejarah singkat, pemegang saham, perizinan, budaya kerja, pribadi mulia, komitmen perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, jaringan kantor dan produk-produk pada BMT Tamzis. BAB III : PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi definisi mudharabah, landasan hukum mudharabah, penerapan prinsip capacity dan collacteral pada pembiayaan mudharabah di BMT Tamzis. BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini berisi penulis akan menarik kesimpulan dari permasalahan yang dibuat dan akan memberikan saransaran tentang hal-hal yang perlu disampaikan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN