BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsanganrangsangan yang berasal dari lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SAINS DALAM MENCAMPUR WARNA MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal 1.Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki sikap egosentris, suka berfantasi dengan hal-hal baru. Anak dalam masa ini tergolong berada dalam masa peka, masa tumbuh dan berkembangnya anak. Berdasarkan pendapat dari Jamaris (dalam Sujiono, 2009:54) perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan. Sejalan dengan Montessori (dalam Sujiono, 2009:54) menyatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Usia keemasan merupakan masa anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulus dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Hainstok (dalam Sujiono, 2009:54), pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga

2 anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola prilaku sehari-hari. Menurut pendapat diatas bisa dikatakan bahwa saat anak tumbuh dan berkembang ini merupakan kesempatan bagi orang tua maupun pendidik untuk memberikan stimulusstimulus menggali setiap potensi anak atau memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi menggali pengetahuan yang baru. Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Itu berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak. Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut. Untuk dapat menggali sejumlah potensi yang dimiliki oleh anak perlu dilakukan upaya yaitu upaya dari berbagai pihak. Upaya tersebut berupa penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk Formal, Nonformal Dan Informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri baik dalam bentuk formal, nonformal, dan informal. Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia dini pada jalur Formal adalah TK atau RA.

3 Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berusia 0-8 tahun yang terbagi dalam beberapa kategori yaitu masa bayi, masa balita, masa pra sekolah dan masa anak kelas awal SD yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, dimana setiap anak memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda pada setiap tahapnya. Pada masa anak usia dini otak individu mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga disebut juga sebagai golden age atau usia emas. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak pada masa golden age dapat membentuk pengalaman yang akan dibawa sampai ia tumbuh dewasa atau bahkan seumur hidupnya. Diperlukan upaya yang tepat untuk membekali pengetahuan anak melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting karena anak adalah praktisi masa depan yang akan mengisi baik atau buruknya hari esok bagi kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan mendidik anak sejak usia dini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak, sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan dan perlakuan akan menjadi bencana bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Seorang guru atau pendidik harus dapat

4 memahami karakteristik dan tujuan pendidikan serta pembelajaran yang akan diterapkan pada anak untuk dapat memberikan pembekalan yang optimal. Pembelajaran di PAUD meliputi beberapa pengembangan kemampuan dasar, yaitu pengembangan bahasa, kognitif, fisik motorik, serta pengembangan pembiasaan dalam aspek perkembangan moral agama dan sosial emosi, seni, dan sains, upaya pengembangan aspek-aspek tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pelaksanaan pembelajaran di PAUD termasuk Taman Kanak-kanak (TK) mempunyai prinsip bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain sambil belajar pengembangan kemampuan dasar anak dapat ditingkatkan dengan baik, begitu juga dengan pengembangan kemampuan sains anak yang pada dasarnya tidak lepas dari kegiatan bermain yang menyangkut kehidupan anak sehari-hari, yang dapat berfungsi memberikan pengalaman seperti melakukan pengamatan untuk melihat bagaimana suatu kejadian di alam dan di lingkungan tempat tinggal anak. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur Nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri, yang termasuk didalamnya adalah TPA, KB, SPS. Sedangkan

5 penyelenggaraan pendidikan di jalur Informal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 bahwa tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagi potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian. Posisi anak usia dini di satu pihak berada pada masa sangat penting dan potensi untuk pengembangan masa depannya, akan tetapi di pihak lain termasuk masa rawan dan labil manakala anak kurang mendapat rangsangan yang positif dan menyeluruh. Pemberian rangsangan melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensif, dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya dalam hal kognitif, akan tetapi juga cerdas pada aspekaspek lain dalam kehidupannya, seperti: kehalusan budi dan rasa atau emosi, panca indera termasuk fisiknya dan aspek sosial dalam berinteraksi dan berbahasa untuk dapat berkomunikasi. Secara universal kecerdasan kognitif anak sangatlah penting untuk dibahas. Kognitif merupakan hal utama yang berperan penting untuk dapat melakukan berbagai hal. Menurut Sujiono, dkk (2004:1.3) kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Terdapat beberapa pendapat dari para ahli psikologi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai

6 peristilah. Pendapat Terman (dalam Sujiono, dkk, 2004:1.4) kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Colvin (dalam Sujiono, dkk, 2004:1.4) kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sedangkan menurut Hunt (dalam Sujiono, dkk, 2004:1.4 ) kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh panca indra. Kemampuan Sains menurut Sumantoro (dalam Putra, 2013:40) merupakan cara mencaritahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menggali dan memahamialam sekitar secara ilmiah. Sedangkan menurut Putra (2013:51) sains adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris. Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis dan rasional. Dari beberapa potensi anak tersebut, sains menjadi salah satu faktor terpenting pada dasar pendidikan untuk anak usia dini. Pada dasarnya sains adalah disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah.

7 Oleh karena itu penting halnya bagi para pendidik untuk mengajarkan sains kepada anak sejak usia dini. Pembelajaran sains merupakan suatu cara yang baik untuk meningkatkan pengetahuan anak. Dalam meningkatkan keterampilan proses sains pada usia dini salah satunya adalah melalui eksperimen es krim tradisional dengan menggunakan bahan dari susu hewani dengan varian rasa (strowbery, coklat dan vanila) sebagai salah satu aktivitas bermain untuk anak dan merupakan salah satu indikator sains yang termasuk ke dalam bidang pengembangan kognitif. Anak akan diperkenalkan bagaimana es krim tradisional dibuat. Anak mencoba dan menceritakan apa yang terjadi pada proses pembuatan es krim tradisional tersebut. Pemilihan bahan susu hewani seperti susu sapi sebagai media pembelajaran karena mudah didapat dan tidak membahayakan bagi anak. Berdasarkan observasi awal peneliti lakukan pada anak didik kelompok B di TK Pertiwi Tambaknegara Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas ditemukan kegiatan pembelajaran kemampuan sains dalam pembuatan es krim tradisional yang dilakukan pada 20 anak, hanya 2 anak saja yang berkembang sangat baik (BSH) dalam pembuatan es krim tradisional atau 10 %, mulai berkembang (MB) menunjukkan kemampuan dalam pembuatan es krim tradisional sebanyak 5 anak atau 25 %. dan belum berkembang (BB) sebanyak 13 anak atau 65 %. Hal ini dikarenakan: 1. Anak belum mengenali rasa es krim tradisional, seperti rasa strawbery, coklat dan vanila.

8 2. Anak belum mampu melakukan 4 langkah-langkah dalam eksperimen es krim tradisional (memasukan es, garam, susu kedalam plastik, mengocok plastik yang berisi bahan es krim tradisional). 3. Anak belum mampu menceritakan sebab akibat dari eksperimen es krim tradisional (es krim mencair karena panas dari udara, susu cair membeku karena memperoleh pendinginan dari es, uap air di udara mengembun karena didinginkan oleh es). 4. Anak belum mampu mengkreasikan es krim tradisional, seperti pemberian variasi dengan misis dan keju. Melalui kegiatan pembuatan es krim tradisional anak dapat memperoleh pengetahuannya dan hal-hal baru yang membuat anak lebih yakin dari hasil yang diperoleh karena tindakan yang anak lakukan sendiri secara langsung tentunya akan sangat membantu terhadap peningkatan kemampuan sains dalam pembuatan es krim tradisional nantinya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka diadakanlah suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Sains Melalui Kegiatan Pembuatan Es Krim Tradisional Pada Peserta Didik Kelompok B Semester Genap TK Pertiwi Tambaknegara Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016.

9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui kegiatan pembuatan es krim tradisional dapat meningkatkan kemampuan sains pada anak didik kelompok B Semester Genap TK Pertiwi Tambaknegara Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Adapun rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah kegiatan pembuatan es krim tradisional dapat meningkatkan kemampuan sains anak didik TK Pertiwi Tambaknegara Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Anak Didik 1) Anak dapat melakukan kegiatan pembuatan es krim tradisional secara sederhana. 2) Anak dapat pengetahuan baru dan mengajak anak berpikir logis. 3) Penerapan kegiatan pembuatan es krim tradisional dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. b. Bagi Guru 1) Meningkatkan pengetahuan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar.

10 2) Mendorong guru lebih berkreatif dalam memberikan pengajaran kepada anak didik. 3) Memberikan semangat agar guru mencari metode yang memudahkan dalam mempelajari suatu hal. 4) Guru dapat mengembangkan kemampuannya melalui metode eksperimen yang dapat meningkatkan profesionalitas guru serta memperbaiki sistem pembelajarannya di kelas. c. Bagi Sekolah / penyelenggara pendidikan 1) Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru. 2) Memberikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk peningkatan mutu sekolah.