BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

PEMECATAN PRAJURIT TNI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA NARKOTIKA. 2.1 Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1976

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

PELAKSANAAN SANKSI PIDANA DENDA PADA TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB III SANKSI PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA (MILITER)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam pada masyarakat. Berbagai

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam menghadapi persoalan-persoalan hukum yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. Definisi Kejahatan dibedakan menjadi dua sudut pandang yaitu: 1. Dilihat dari sudut pandang yuridis, pengertian kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undangundang. 2. Dilihat dari sudut pandang sosiologis, pengertian kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban. 1 Kejahatan biasanya rentan terjadi di lingkungan masyarakat sipil namun saat ini kejahatan banyak terjadi di lingkungan masyarakat militer khususnya dilakukan oleh TNI. TNI adalah tentara nasional indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. Berdasarkan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang nomor 34 tahun 2004, TNI sebagai alat pertahanan negara mempunyai fungsi yaitu sebagai: 1 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl294/definisi-kejahatan-dan-jenis-jenis-kejahataninternet, diakses 8 Maret 2016 1

2 1. penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa; 2. penindak terhadap setiap bentuk ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa 3. pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. TNI dalam menjalankan tugasnya wajib berpedoman pada sapta dan marga, hal ini semacam kode etik bagi seorang TNI. TNI dalam menjalani kehidupan sehari-harinya harus menerapkan sapta dan marga. TNI mempunyai peranan sebagai pelindung bangsa dan sebagai prajurit bersenjata yang bertanggung jawab untuk mengamankan perbatasan wilayah Indonesia, mengamankan presiden, wakil presiden beserta keluarga, mengatasi segala aksi terorisme maupun gerakan bersenjata, serta melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik negeri. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui TNI sebagai Prajurit Tentara Nasional seharusnya bersikap disiplin dan seharusnya tidak melakukan kejahatan ataupun pelanggaran. Kejahatan yang paling sering terjadi di lingkungan umum dan di lingkungan militer adalah kejahatan penyalahgunaan psikotropika. Penyalahgunaan psikotropika sudah ada sejak era tujuh puluhan di Indonesia. Pecandu-pecandu psikotropika pada waktu itu masih terbatas di kalangan remaja dan anak orang yang berpenghasilan besar. Sebagian lagi

3 remaja dan anak orang yang berpenghasilan sedang, sedangkan remaja dan anak orang yang berpenghasilan kecil belum terlihat. 2 Psikotropika mempunyai pengaruh terhadap jasmani dan rohani. Terhadap jasmani, pengaruhnya dapat menghilangkan rasa nyeri, mempertahankan stamina, dan meningkatkan energi. Terhadap rohani, pengaruhnya dapat menenangkan, menidurkan agak lama, menambah semangat. 3 Psikotropika adalah obat-obatan yang berbahaya dan dilarang untuk digunakan, dikonsumsi, ataupun diedarkan secara bebas di wilayah indonesia. Psikotropika disatu sisi, merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi disisi lain dapat menimbulkan bahaya yaitu ketergantungan yang sangat berbahaya apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. 4 Adapun penggolongan psikotropika sebagai berikut : 1. psikotropika golongan I 2. psikotropika golongan II 3. psikotropika golongan III 4. psikotropika golongan IV 2 Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hlm 2 3 Andi hamzah dan RM. Surachman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, hlm 4 4 Siswanto sunarso, 2005, Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, jakarta, hlm 5

4 Meskipun bertugas sebagai suri tauladan bagi bangsa indonesia dan sebagai pelindung dari ancaman dan gangguan yang mengancam bangsa indonesia akan tetapi masih ada TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika. Demikian hukum tidak pandang bulu, TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika tetap diadili seadil-adilnya. Hanya saja berbeda dengan warga sipil, TNI diadili di Peradilan Militer. TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika di jatuhi sanksi pidana sesuai ketentuan yang berlaku. Berdasarkan pasal 6 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), Pidana yang dijatuhkan kepada seorang TNI antara lain: 1. Pidana pokok berupa : a. pidana mati b. pidana penjara c. pidana kurungan d. pidana tutupan 2. Pidana tambahan berupa : a. pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya untuk memasuki Angkatan Bersenjata b. penurunan pangkat c. pencabutan hak-hak antara lain : Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu, hak memasuki Angkatan Bersenjata, hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum. Perkembangan di masyarakat sekarang ini TNI sebagai aparat keamanan yang diharapkan untuk melindungi bangsa Indonesia, pada kenyataannya masih melakukan kejahatan yang berlawanan dengan sapta marga dan delapan wajib TNI. Sanksi pidana yang diberikan kepada TNI haruslah lebih berat dari sanksi yang diberikan kepada warga sipil karena mengingat TNI dilatih dan dididik untuk disiplin. Oleh karenanya perlu

5 diketahui apa sajakah sanksi pidana yang dijatuhkan kepada TNI yang melakukan penyalahgunaan psikotropika. Bertolak dari hal ini maka penulis tertarik untuk membuat penulisan judul : PENJATUHAN SANKSI PIDANA BAGI TNI YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian bab latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah sanksi pidana bagi anggota TNI yang menjalani proses peradilan militer karena terlibat kasus penyalahgunaan psikotropika? 2. Apakah ada kendala bagi pengadilan militer dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap anggota TNI yang menyalahgunakan psikotropika? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui apa sajakah sanksi pidana yang tepat bagi seorang TNI yang menyalahgunakan psikotropika. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kendala pengadilan militer dalam mengadili anggota militer yang melakukan penyalahgunaan psikotropika.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis : Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan perkembangan ilmu hukum terutama dalam hukum pidana militer mengenai penjatuhan sanksi pidana bagi TNI yang menyalahgunakan psikotropika 2. Manfaat praktis: a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya mengenai sanksi pidana bagi TNI yang menyalahgunakan psikotropika b. Memberikan masukan kepada aparat penegak hukum untuk semakin meningkatkan kinerjanya demi menciptakan tertib hukum dalam masyarakat E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, rumusan masalah yang akan dikaji merupakan rumusan masalah yang pertama kali dikaji akan tetapi apabila ada peneliti dengan rumusan masalah yang sama maka hasil penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian yang pertama. Penulisan hukum mengenai TNI yang menyalahgunakan psikotropika ini ditulis juga oleh seorang mahasiswa fakultas hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang bernama Briant Ardhi Kusuma, dengan nomor mahasiswa 060509375, dengan judul : PERTIMBANGAN PENJATUHAN SANKSI OLEH HAKIM DI PENGADILAN MILITER

7 TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG TERBUKTI MENYALAHGUNAKAN PSIKOTROPIKA adalah : Letak kekhususan atau perbedaan dengan penulisan hukum ini 1. Rumusan Masalah a. Apakah bentuk penyalahgunaan psikotropika yang banyak terjadi di kalangan militer? b. Apakah ada pertimbangan khusus bagi hakim di lingkungan pengadilan militer dalam menjatuhkan sanksi terhadap anggota militer yang terbukti menyalahgunakan psikotropika? 2. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian adalah: a. Untuk mengetahui bentuk penyalahgunaan psikotropika yang banyak terjadi di kalangan militer. b. Untuk mengetahui apa ada pertimbangan khusus bagi hakim di lingkungan pengadilan militer dalam menjatuhkan sanksi terhadap anggota militer yang terbukti menyalahgunakan psikotropika. 3. Hasil Penelitian a. Bentuk penyalahgunaan psikotropika yang banyak terjadi di kalangan militer ialah anggota militer sebagai pengguna psikotropika, bukan sebagai korban atau pengedar. b. Pertimbangan khusus bagi hakim di lingkungan pengadilan militer dalam menjatuhkan sanksi terhadap anggota militer yang terbukti

8 menyalahgunakan psikotropika bahwa perbuatan terdakwa bertentangan dengan sapta marga dan sumpah prajurit, perbuatan terdakwa merusak citra TNI, terdakwa sebagai prajurit seharusnya menjadi contoh yang baik dalam pemberantasan psikotropika, dan perbuatan terdakwa bertentangan dengan keharusan dan kelayakan sikap sebagai prajurit. F. Batasan Konsep 1. Penjatuhan Penjatuhan adalah proses, cara, perbuatan menjatuhkan 5 2. Sanksi Sanksi adalah Imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan di hukum, imbalan positif yang berupa hadiah atau anugerah yang ditentukan di hukum. 6 3. Anggota Menurut kbbi adalah orang (badan) yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia, dan sebagainya) 7 4. TNI Menurut Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, TNI adalah Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari atas TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. 5 http://kbbi.web.id/jatuh, diakses pada tanggal 23 Maret 2016 6 http://kbbi.web.id/sanksi, diakses pada tanggal 23 Maret 2016 7 http://kbbi.web.id/anggota diakses pada tanggal 23 Maret 2016

9 5. Psikotropika Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Psikotropika Nomor 5 tahun 1997 yang dimaksud Psikotropika adalah Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada hukum positif yang berupa Peraturan Perundang-undangan dan penelitian ini memerlukan bahan hukum sekunder sebagai data utama. Penelitian hukum ini juga memerlukan data sekunder yang berupa pendapat lisan maupun tertulis dari para pihak atau ahli yang terkait dengan penulisan hukum ini. Penelitian hukum normatif data utama yang digunakan berupa data sekunder yang dipakai sebagai data utama, yang meliputi: a. Bahan Hukum Primer 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer 3) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI

10 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10) 5) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer b. Bahan Hukum Sekunder Merupakan bahan hukum dan pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, internet, surat kabar, hasil penelitian. c. Bahan Hukum Tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia 2. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan, yaitu suata cara untuk mengumpulkan data yang berupa buku, pendapat para ahli, dan sumber-sumber resmi yang terkait dengan permasalahan hukum yang akan diteliti. b. Wawancara bebas dengan narasumber, yaitu cara pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada narasumber secara lisan sebagai pedoman untuk memperoleh keterangan secara lengkap mengenai permasalahan hukum yang diteliti, dan masih dimungkinkan ada variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada waktu wawancara. Narasumber adalah subjek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti berupa pendapat hukum berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti. dalam penulisan hukum ini narasumber yang akan

11 diwawancara ialah Hakim Pengadilan Militer yaitu Mayor. CHK Muhamad Khazim,S.H.,M.H, yang menjabat sebagai POKKIMIL (Kelompok Hakim Militer) golongan VI di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta. 3. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dengan mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh selama penelitian adalah analisis kualitatif yaitu Teknis analis data yang digunakan dalam penulisan hukum ini berusaha mendeskripsikan isi yang terdapat dalam suatu peraturan, kemudian mengurutkannya berdasarkan isu hukum terkait dan mengkorelasikannya dengan alur pemikiran sehingga dapat diketemukan suatu benang merah yang mengarah kepada pembahasan dan menghasilkan kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tersebut kemudian ditemukan suatu celah yang dapat dimanfaatkan guna memberikan saran. H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk lebih memudahkan penulisan hukum ini, maka penulis dalam penelitiannya membagi menjadi tiga bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub bab yang disesuaikan dengan luas pembahasannya. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

12 BAB I: PENDAHULUAN Pendahuluan ini penulis memberikan gambaran awal tentang penelitian, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, batasan konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum untuk memberikan pemahaman terhadap isi dari penelitian ini secara garis besar. BAB II: PEMBAHASAN Dalam BAB II, penulis memaparkan Tinjauan mengenai militer yang meliputi Pengertian tentang Militer, Hukum Pidana Militer, dan Perbandingan Antara Pasal 10 KUHP Dengan Pasal 6 KUHPM Mengenai Stelsel Pidana. Kedua, penulis memaparkan Tinjauan Umum Mengenai penyalahgunaan Psikotropika yang meliputi Pengertian Tentang psikotropika, Macam-Macam Psikotropika, dan Penyalahgunaan Psikotropika, Ketiga, Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Prajurit TNI yang Melakukan Penyalahgunaan Psikotropika yang meliputi Penyalahgunaan Psikotropika yang dilakukan oleh anggota TNI, Sanksi pidana bagi anggota TNI yang menyalahgunakan psikotropika, dan Kendala bagi pengadilan militer dalam menjatuhkan sanksi terhadap anggota TNI yang menyalahgunakan psikotropika BAB III: PENUTUP Penutup, penulis akan menguraikan mengenai simpulan dan saran mengenai permasalahan yang diteliti.