BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. banyak ditemukan. Menurut Coresh et al. (2007), sekitar 13% populasi dewasa di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney. Disease/CKD) merupakan epidemi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu masalah. kesehatan utama sejalan dengan peningkatan usia (Neuhofer

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin. Pada monyet asam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Ginjal merupakan organ yang sangat penting untuk. mengekskresikan produk-produk yang sudah tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan. fibrosis ginjal pada mencit jantan dengan Unilateral Ureteral Obstruction (UUO),

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal dengan Glomerular

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dalam insidensi, prevalensi, dan tingkat. morbiditas serta mortalitasnya (Gregg, Li, & Wang, 2014).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

BAB I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan buruknya prognosis gagal ginjal kini merupakan masalah yang menjadi sorotan para praktisi kesehatan. Penyakit ginjal kronis (PGK) telah menjadi beban penya kit dunia (Hwang et al., 2010). Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah pasien, tingginya risiko progresi penyakit menjadi Penyakit Ginjal Tahap Akhir (End Stage Renal Disease/ESRD), dan buruknya morbiditas serta mortalitas akibat gagal ginjal. Insidensi penyakit ginjal kronis diperkirakan mencapai 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya dari tahun 1995-1999 di Amerika serikat (Suwitra, 2009). Berdasarkan survey populasi, minimal 6% populasi dewasa di Amerika Serikat mengalami PGK tahap 1 dan 4,5% populasi mengalami PGK tahap 3 dan 4 (Bargman, 2010). Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya dan di negara berkembang lainnya, insidensi ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk 1

2 pertahun (Suwitra et al., 2009). Di India, dengan populasi lebih dari 1 milyar, peningkatan insidensi PGK menjadi masalah besar, baik dari segi pelayanan kesehatan, maupun beban ekonomi di masa mendatang (Singh et al., 2013). Berdasarkan 4 th Report of Indonesian Renal Registry (IRR), yang dilakukan oleh Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), penyebab PGK pada pasien hemodialisis baru dari tahun 2011 didapat sebagai berikut: Gromeluropati Primer/GNC 14%, Nefropati Diabetika 27%, Nefropali Lupus/SLE 1%, Penyakit Ginjal Hipertensi 34%, Ginjal Polikistik 1%, Nefropati Asam Urat 2%, Nefropati obstruksi 8%, Pielonefritis kronik/pnc 6% dan lain-lain 6% serta sebab tidak diketahui 1% (PERNEFRI, 2011). Menurut Kidney Disease: Improving Global Outcome (KDIGO), penyakit ginjal kronis (PGK) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dengan Laju Fitrasi Gromerulus (LFG) <60mL/min/1,73m 2 selama 3 bulan atau lebih dengan berbagai kausa yang mendasari (Levey et al., 2005). Obstruksi ureter unilateral (unilateral ureteral obstruction/uuo) pada mencit merupakan model penyakit kronis progresif ginjal yang paling sering digunakan karena dapat menggambarkan perkembangan gangguan ginjal

3 secara klinis (Yang & Liu, 2002). Obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan stasis aliran urin dan peningkatan tekanan traktus urinari, gangguan ginjal dan fungsi saluran kemih, serta penyebab sering terjadinya gagal ginjal akut dan kronis (Seifter, 2010). Tingginya tekanan pelvis ginjal diteruskan duktus koligentes ke korteks sehingga terjadi atrofi ginjal (Alpers, 2009). Hilangnya massa ginjal (atrofi ginjal) dan peningkatan kerentanan infeksi lokal, serta pembentukan batu ginjal dapat terjadi pada obstruksi kronis (Seifter, 2010). Obstruksi juga memicu reaksi peradangan interstitium yang akhirnya menyebabkan fibrosis interstitium (Alpers, 2009). Dalam beberapa tahun terakhir, diketahui peran vitamin D dalam tubuh tidak sekadar untuk menjaga keseimbangan metabolisme kalsium dan fosfat. Vitamin D aktif atau 1,25 dihydroxyvitamin D [1,25(OH) 2 D 3 ] atau kalsitriol memiliki peran yang lebih luas terkait keterlibatan sistem endokrin vitamin D dalam regulasi sistem imun, pertumbuhan selular, siklus, proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis sel (Borges et al., 2011; Clinton, 2013). Vitamin D berperan pada dua jalur yang paling berpengaruh dalam patogenesis penyakit ginjal, yaitu

4 Renin-Angiotensin System (RAS) dan NF-κB (Li & Batuman, 2009; Li, 2010). RAS adalah suatu kaskade regulasi dengan Angiotensin (Ang) II sebagai efektor sentral (Li, 2010). Ang II disintesis melalui dua tahapan enzimatis: tahap pertama angiotensinogen dipecah menjadi Ang I oleh enzim renin, tahap kedua Ang I diubah menjadi Ang II oleh Angiotensin Converting Enzyme/ACE. Aksi Ang II beragam mulai dari aksi fisiologis hingga patologis, terutama pada sistem kardiovaskular dan ginjal (Rüster & Wolf, 2006). Sementara itu, NF-κB merupakan faktor transkripsi yang berperan penting dalam inflamasi akut dan kronis melalui regulasi ekspresi gen (Tian et al., 2007). NFκB meregulasi gen yang terlibat dalam inflamasi, proliferasi, dan fibrogenesis, dan telah diketahui memiliki peran penting dalam penyakit ginjal (Sanz et al., 2010). Beberapa literatur menyebutkan pengaruh vitamin D dan analognya terhadap progresi penyakit ginjal pada berbagai intervensi, seperti Unilateral Ureteral Obstruction/UUO, subtotal nefrektomi, 5/6 nefrektomi, dan nefropati diabetik (Kuhlmann et al., 2004; Makibayashi et al., 2001; Panichi et al., 2001; Schwarz et al., 1998). Pada mencit dengan 5/6 nefrektomi,

5 paricalcitol (analog vitamin D) menekan aktivasi RAS lokal dalam ginjal dan mengurangi kerusakan glomerular dan tubulointerstitial secara signifikan dan menurunkan tekanan darah dan proteinuria, menunjukkan pentingnya blokade RAS dalam prevensi penurunan fungsi ginjal (Freundlich et al., 2008). I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah cedera sel epitel tubulus pada model Unilateral Ureteral Obstruction/UUO pada mencit yang diberikan vitamin D lebih rendah dibandingkan mencit yang tidak diberikan vitamin D? 2. Apakah proliferasi sel epitel tubulus pada model Unilateral Ureteral Obstruction/UUO pada mencit yang diberikan vitamin D lebih rendah dibandingkan mencit yang tidak diberikan vitamin D? 3. Apakah terdapat korelasi antara skor cedera tubulus dengan proliferasi sel? I.3 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai vitamin D dan analognya telah dilakukan dengan metode studi

6 eksperimental (uji klinis). Aspek yang dilihat meliputi indeks glomerulosklerosis, ekskresi albumin, proliferasi sel mesangial, proteinuria dan lain-lain. Studi Schwarz et al. (1998) mengkaji efek vitamin D terhadap glomerulosklerosis pada model mencit subtotal nefrektomi. Hasil studi tersebut adalah mencit dengan pemberian vitamin D menunjukkan indeks glomerulosklerosis lebih rendah, ekskresi albumin lebih rendah, jumlah sel positif pengecatan PCNA lebih sedikit, dan ekspresi TGF-β1 lebih rendah dibanding mencit yang diintervensi dengan etanol (Schwarz et al., 1998). Studi Panichi et al. (2001) mengkaji efek vitamin D terhadap proliferasi sel mesangial pada model mencit nefritis. Hasil studi menunjukkan bahwa pemberian vitamin D mengurangi proteinuria secara signifikan, inhibisi ekskresi IL-6, mengurangi rerata diameter gromerular, menghambat akumulasi sel polimorfonuklear glomerular, mengurangi apoptosis sel dan proliferasi sel mesangial (Panichi et al., 2001). Berbeda dengan dua studi sebelumnya, Makibayashi et al. (2001) menggunakan vitamin D analog untuk memperbaiki cedera glomerulus pada mencit dengan glomerulonefritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

7 vitamin D dan analognya (22-oxa-calcitriol) menurunkan albuminuria secara signifikan, menurunkan kadar serum urea (BUN), menekan proliferasi glomerular, menurunkan jumlah sel positif PCNA secara signifikan, menurunkan indeks glomerulosklerosis, menurunkan ekspresi protein glomerular (kolagen tipe I dan IV, α-sma, dan TGF-β1) (Makibayashi et al., 2001). Studi Kuhlmann et al. mengkaji efek vitamin D dalam menurunkan kehilangan dan hipertrofi podosit pada model mencit subtotal nefrektomi. Hasil penelitian menunjukkan terapi vitamin D menurunkan albuminuria secara signifikan, meningkatkan densitas kapiler glomerulus karena penurunan indeks glomerulosklerosis, mencegah hiperplasia sel mesangial dan sel endotel, mengurangi cedera podosit. Beberapa studi lainnya mengkaji pemberian vitamin D atau analognya sebagai terapi tambahan dalam mengatasi kerusakan ginjal (Mizobuchi et al., 1806; Mustafar et al., 2014). Studi ini mengkaji pengaruh vitamin D terhadap cedera dan proliferasi sel epitel tubulus pada model mencit UUO. Perbedaan studi ini dengan studi yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain:

8 a. Model mencit yang digunakan, yaitu model mencit UUO. b. Aspek kerusakan ginjal yang diobservasi dalam studi ini, yaitu cedera dan proliferasi sel epitel tubulus. c. Intervensi yang diberikan, yaitu pemberian vitamin D tanpa analognya dan/atau obat lain. I.4 Tujuan Penelitian a. Mengkaji efek pemberian vitamin D dalam mengurangi cedera sel epitel tubulus. b. Mengkaji efek pemberian vitamin D dalam mengurangi proliferasi sel epitel tubulus. c. Mengetahui korelasi antara skor cedera tubulus dengan proliferasi sel. I.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Umum Meningkatkan efektivitas pengobatan kerusakan dan penyakit ginjal dengan penggunaan vitamin D sebagai agen renoprotektif. b. Manfaat Khusus Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit ginjal kronis, terutama dengan nefropati obstruksi sebagai

9 penyebabnya, serta mengetahui karakteristik cedera dan proliferasi sel epitel tubulus. Manfaat dalam bidang kesehatan adalah mengetahui fungsi lain vitamin D sebagai penunjang terapi penyakit kronis dan autoimun. Manfaat dalam bidang pendidikan adalah penelitian ini dapat memicu timbulnya penelitian-penelitian lain mengenai pengaruh vitamin D terhadap penanda kerusakan ginjal lainnya. Manfaat bagi klinisi dan komunitas adalah menjelasakan patofisiologi nefropati obstruksi yang dapat menjadi penyebab penyakit ginjal kronis serta penggunaan vitamin D sebagai terapi penunjang penyakit ginjal kronis sehingga klinisi mampu mengobati pasiennya secara lebih baik dengan efek samping minimal.