BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme yang terbanyak dalam rongga mulut adalah bakteri. Bakteri yang

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengolahan dan ruang pengolahan (BPOM RI, 2008). Keracunan makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

ABSTRAK. Xylitol, populasi bakteri aerob, plak gigi.

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN DENTAL UNIT GNATUS

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, penggunaan. lensa kontak sebagai pengganti kacamata semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu memproduksi matriks ekstraseluler yang disebut Extracelluler Polymeric

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut, termasuk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas Hz. Gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrol infeksi adalah suatu upaya pencegahan penyebaran mikroorganisme, baik dari pasien ke pasien lainnya, pasien ke operator, operator ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control Resource Centre, 2016). Kontrol infeksi yang efektif adalah salah satu indikator penting menunjukkan tercapainya pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang baik (Donlan dkk, 2002). Fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya dijalankan dengan menggunakan Dental Chair Unit (DCU). Dental chair unit merupakan suatu komponen terpenting yang terdiri dari beberapa peralatan, diantaranya highspeed handpiece, three way syringe dan ultrasonic scaler. Komponen ini berfungsi untuk mengalirkan air dan udara, DCU juga memiliki komponen saluran air yang disebut dengan Dental Unit Waterline (DUWL). Dental unit waterline berfungsi menyuplai air yang dibutuhkan oleh high-speed handpiece, three way syringe dan ultrasonic scaler yang kemudian digunakan untuk mengirigasi dan mendinginkan gigi dari panas yang ditimbulkan saat dilakukan tindakan. Dental unit waterline ini bisa terkontaminasi oleh berbagai macam mikroorganisme patogen dan non-patogen (Porteous dkk, 2014). Penelitian pertama tentang kontaminasi bakteri pada air di DUWL dilakukan pada tahun 1960. Beberapa penelitian berikutnya menunjukkan adanya 1

2 kolonisasi bakteri dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 10 4 sampai 10 6 Colony-Forming Units (CFU/ml), sehingga hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi silang terhadap operator dan pasien, khususnya pada pasien yang mengalami immunocompromised dan pasien medically compromised (Szymanska dan Sitkowska, 2013). Penelitian yang dilakukan di China pada tahun 2016 menunjukkan adanya kontaminasi yang tinggi pada air yang melewati highspeed handpiece (1,8 x 10 6 CFU/ml atau 65,52%) dan pada air/water syringe (1,7 x 10 6 atau 36,21%) (Yue Ji dkk, 2016). Rata-rata jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada air yang melalui high-speed handpiece setelah air dialirkan selama 30 detik adalah sebanyak 3250 CFU/ml, sedangkan jika setelah air dialirkan selama 2 menit, rata-rata jumlah koloni bakteri yang ditemukan adalah 1837 CFU/ml (Saffapour, 2015). Air yang dikeluarkan melalui DUWL berpotensi sebagai sumber infeksi terhadap pasien dan tenaga kesehatan gigi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kolonisasi bakteri pada air yang melalui DUWL, yaitu bakteri yang berasal dari lingkungan, bakteri patogen, bakteri opportunistik patogen dan bakteri yang umumnya ditemukan di rongga mulut (contohnya : Streptococcus spp). Hal tersebut menunjukkan terkontaminasinya bakteri pada air berasal dari lingkungan dan cairan rongga mulut pasien yang masuk kembali (suck-back) (Szymanska dan Sitkowska, 2013). Masuknya cairan dari rongga mulut pasien disebabkan oleh sistem valves (katup) pada high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler tidak berfungsi dengan baik (Coleman dkk, 2009). Suatu penelitian juga menunjukkan masuknya kembali cairan rongga mulut pasien

3 (suck-back) terjadi sebanyak 74% dari seluruh sampel yang pernah diteliti (Yue Ji dkk, 2016). Faktor lainnya yang menyebabkan terkontaminasinya air yang melalui DUWL adalah saluran pipa air yang terlalu sempit dan menetapnya air di dalam tabung dalam jangka waktu yang lama. Faktor tersebut akan mendukung terbentuknya biofilm (Leoni dkk, 2015). Biofilm merupakan kumpulan sel mikroorganisme yang bersifat irreversibel (tidak dapat hilang dengan pembilasan biasa), permukaannya mengandung matriks polisakarida dan terdiri dari bahanbahan yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat melekatnya biofilm (Rodney, 2002). Beberapa spesies bakteri jenis gram negatif dan gram positif yang ditemukan pada air yang melewati high-speed handpiece dan air/water syringe diantaranya : Legionella, Lactobacillus spp, Acinetobacter spp, Micrococcus spp, Staphylococcus spp, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, dan Streptococcus spp (James dkk, 2015). Bakteri opportunistik patogen seperti Pseudomonas bahkan dengan mudah berkembangbiak pada air meskipun air tersebut telah didistilasi dan telah diberikan desinfektan cair seperti : clorhexidine dan iodophors (Porteous, 2004). Terdapat beberapa kasus infeksi yang diakibatkan oleh bakteri pada air di DUWL, diantaranya infeksi bakteri Legionella yang menyebabkan penyakit pneumonia, kasus tersebut terjadi pada seorang wanita berumur 82 tahun yang berkewarganegaraan Italia. Kemudian terdapat juga kasus infeksi katup jantung

4 yang disebabkan oleh Micobacterium gordonae dan kasus cervical lyphadenitis yang disebabkan oleh Non-tuberculous mycobacterium spp (Laura dkk, 2014). Kualitas air dari dental unit sangat penting untuk diperhatikan, karena pasien dan operator selalu terekspos oleh air maupun aerosolnya di setiap kegiatan yang menggunakan komponen dental unit (Pankhurst dkk, 1998). Paling sedikit terdapat empat jalur penyebaran mikroorganisme melalui DUWL yang bisa menyebabkan infeksi pada pasien yang menjalani perawatan gigi, yaitu penyebaran melalui pembuluh darah yang terbuka saat prosedur pembedahan, kontak langsung dengan mukosa oral atau mukosa konjungtiva, penyebaran melalui saluran cerna, dan penyebaran melalui saluran napas (Barbeau, 2003). Semua prosedur dalam perawatan gigi yang menggunakan high-speed handpiece dapat menyebabkan timbulnya aerosol dan percikan cairan yang umumnya mengandung mikroorganisme patogen, sehingga banyak penelitian yang menegaskan tentang pentingnya mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada air di DUWL (James dkk, 2015). Air yang melalui handpiece tidak selalu memenuhi standar. Hal tersebut disebabkan karena ditemukannya koloni bakteri dalam jumlah yang melebihi batas dari ketetapan ADA, yaitu 200 CFU/ml (Barbeau, 2000). Air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dalam tingkat rendah, namun tetap beresiko terhadap beberapa kelompok pasien, diantaranya: pasien lanjut usia, pasien perokok, pasien dengan HIV+, pasien kanker, pasien diabetes dan pasien yang mengkonsumsi alkohol. Kelompok pasien tersebut memiliki sistem imun yang tidak stabil dan rendah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi apabila terpapar dengan air yang telah terkontaminasi oleh

5 mikroorganisme (Barbot dkk, 2012). Hasil dari beberapa studi epidemiologi juga menunjukkan bahwa kontaminasi air di DUWL berbahaya bagi pasien yang mengalami immunodefisiensi, pasien dengan kelainan sistem imun, pasien wanita yang sedang hamil dan pasien yang pernah menerima transplantasi organ dari orang lain (Fotedar, 2015). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat jumlah koloni dan spesies bakteri pada air yang dikeluarkan melalui highspeed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler pada DCU di RSGM Unand. 1.2. Rumusan Masalah 1. Berapa jumlah koloni bakteri yang terdapat pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas? 2. Apa saja spesies bakteri yang terdapat pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas? 3. Bagaimana perbedaan jumlah koloni dan spesies bakteri pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas?

6 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui berbagai jenis bakteri yang terdapat pada air di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas. 2. Untuk mengetahui apa saja spesies bakteri yang terdapat pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas. 3. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni dan spesies bakteri antara air pada high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting dilaksanakan karena: 1. Diketahuinya jumlah koloni dan spesies bakteri yang terdapat pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan

7 ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 2. Sebagai pengawasan munculnya bakteri yang berpotensi menyebabkan penyakit berbahaya yang terdapat pada air yang dikeluarkan melalui highspeed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler di dental unit Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 3. Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas air sesuai standar penggunaan air untuk dental unit pada kebijakan ADA di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 4. Sebagai acuan bagi rumah sakit gigi dan mulut dalam membuat kebijakan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 5. Dapat meningkatkan kewaspadaan semua elemen mulai dari pimpinan, dokter gigi, mahasiswa co-ass dan staf dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 6. Menjadi referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai jumlah koloni bakteri dan spesies bakteri pada air yang dikeluarkan melalui high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler sebagai wadah bagi bakteri

8 penyebab infeksi silang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas dan bagaimana tingkat perbedaan kontaminasinya. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas dengan melakukan penampungan air dari high-speed handpiece, water syringe, dan ultrasonic scaler yang diduga telah terkontaminasi dengan bakteri. Dental unit di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas berjumlah 38 unit. Satu dental unit akan diambil 3 sampel air yang masing-masing berasal dari high-speed handpiece, water syringe dan ultrasonic scaler. Setelah dilakukan penampungan, air tersebut akan dibawa ke Bagian Mikrobiologi UPTD. Laboratorium Daerah Sumatera Barat untuk penghitungan jumlah koloni dan identifikasi bakteri yang ada. Penelitian ini dilakukan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas.