i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki sistem pemerintahan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang juga ikut berpartisipasi dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) diperlukan perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang serba sentralistis, dimana pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan (Hartina,2009). Paradigma baru tersebut menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantungan dan bahkan menghilangkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, serta bisa memberdayakan daerah agar mampu berkompetisi baik secara regional/lokal, nasional maupun internasional. Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemerintah memberikan otonomi kepada daerah seluas-luasnya yang bertujuan untuk memungkinkan daerah mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan otonomi seluas-luasnya dan secara proporsional kepada daerah yang diwujudkan dengan adanya pengaturan, 1
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 menjadi langkah awal pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya. Kedua undang-undang ini menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Disamping kedua undang-undang tersebut, pemerintah juga mengeluarkan beberapa peraturan pelaksanaan yaitu diantaranya adalah : Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dan sekarang sudah direvisi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Keuangan Pemerintah yang memberikan definisi terhadap akuntansi pemerintahan daerah sebagai proses pencatatan pengelolaan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umum bersifat keuangan termasuk pelaporan-pelaporan atas realisasi dalam penyelenggaraan urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip ekonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2
Ditetapkan juga Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2006 sebagai kelanjutan peraturan pemerintah untuk memperbaiki sistem keuangan pemerintah daerah, agar : 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat perundang-undangan, efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat. 2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah yang pada dasarnya menurut Mardiasmo (2002) mengandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. 2. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah. 3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam periode satu tahun anggaran. Agar tujuan-tujuan dalam otonomi daerah dapat tercapai, pemerintah harus bertindak efektif dan efisien dalam mengelola keuangan daerahnya. Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya secara 3
ekonomis, efektif dan efisien, pemerintah dalam hal ini sangat membutuhkan informasi akuntansi manajemen, seiring dengan adanya paradigma baru organisasi pemerintahan yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat dan kepentingan publik. Berkaitan dengan keuangan daerah, masing-masing daerah dihadapkan pada permasalahan pengelolaan (manajemen) keuangan baik sisi penerimaan maupun pengeluaran/belanja daerah. Manajemen pengelolaan daerah merupakan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Untuk itu dalam merespon tuntutan yang semakin beragam tersebut pemerintah daerah perlu memiliki sistem manajemen keuangan publik yang handal. Hal ini sangat penting karena masalah buruknya manajemen keuangan publik telah mengakibatkan anggaran publik yang tidak efektif dan tidak efisien (seperti bocornya anggaran) dan kinerja pemerintah yang mengecewakan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan hanya bisa tercapai dengan pemanfaatan dana oleh pemerintah daerah yang benar-benar terarah untuk pelayanan publik yang optimal melalui proses penganggaran secara baik. Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumbersumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. 4
Anggaran pemerintah merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian pemerintah. Anggaran sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian mengindikasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui legislatif untuk dibelanjakan. Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja daerah, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat, dapat berperan sebagai pengendali terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah. Dalam siklus anggaran, yaitu pada persiapan dan penyusunan anggaran, dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Dimana penentuan taksiran ini dilakukan dengan proses estimasi. Dalam persoalan estimasi, terdapat faktor ketidakpastian (uncertainty) yang cukup tinggi (Mardiasmo,2002). Lemahnya perencanaan anggaran pada akhirnya akan memunculkan kemungkinan underfinancing (kekurangan dana) atau overfinancing (kelebihan dana) yang semuanya mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas unit kerja pemerintah. Anggaran sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar tidak terjadi bias atau penyimpangan. Penilaian kinerja terhadap lembaga/orang tidak hanya berlaku pada lembaga/orang yang berorientasi profit saja melainkan juga perlu dilakukan pada lembaga/orang non komersial. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui sejauh mana pemerintah menjalankan tugasnya dalam roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dengan menyampaikan laporan keuangan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan termuat 5
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Tolak ukur kinerja merupakan ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja yang ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan oleh masingmasing daerah. Menurut Mahsun (2006) pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek antara lain : 1) Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. 2) Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. 3) Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible). 4) Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung. 5) Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 6) Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. Perbaikan di segala bidang juga dilakukan untuk mengembangkan daerah. Usaha-usaha dalam mengembangkan daerah dilakukan pemerintah 6
melalui berbagai program dengan upaya mengembangkan efektifitas dan efisiensi program serta pengalokasian sumber-sumber pada aktivitas yang menambah nilai bagi publik. Dengan sistem akuntansi yang baik, kualitas suatu anggaran daerah akan dapat tercapai. Pemerintah daerah sebagai pihak yang bertugas menjalankan roda pemerintahan, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Munawir (2004:2) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut. Selain itu, laporan keuangan merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya (Harahap,2002:7). Laporan keuangan pada dasarnya adalah laporan pertanggungjawaban pimpinan atau manajer perusahaan, karena laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dalam pemerintah daerah, laporan keuangan menjadi sumber informasi utama untuk mengambil kebijakan dan keputusan dalam pemerintahan, dan juga sebagai informasi bagi pihak luar pemerintah seperti perusahaan, bank, investor, maupun calon investor. Kepentingan pengguna laporan keuangan berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan dari pengguna laporan keuangan 7
tersebut. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali. Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) yang independen yang terlebih dahulu mendapatkan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pada Bab III Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah setidaktidaknya terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Neraca; c. Laporan Arus Kas; dan d. Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan daerah memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran. Kemudian dilakukan analisa terhadap perkembangan laporan keuangan untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah dan melihat kemampuan atau tingkat kemandirian daerah. Analisis laporan keuangan berkaitan dengan hal apakah pemerintah daerah dapat melaksanakan suatu evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan keuangan daerah yang akan menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam satu 8
periode tahun anggaran. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan yang menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Sebagai kota kedua terbesar di Sumatera Barat, Kota Bukittinggi juga dikenal sebagai Kota Perdagangan dan Kota Wisata. Hal ini ditunjukkan oleh kontribusi Sektor Perdagangan, Akomodasi dan Transportasi di dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bukittinggi. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan Kota Bukittinggi selama 3 (tiga) periode yaitu tahun 2013-2015, dapat dilihat bahwa Sektor Perdagangan menyumbang sebesar 32,32%, sedangkan Sektor Akomodasi dan Transportasi sebesar 15,38% dari total PDRB tahun 2013. Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2014 dan 2015 PDRB Kota Bukittinggi mengalami peningkatan pada Sektor Perdagangan masingmasing sebesar 32,71% dan 32,80%. Sedangkan pada sektor Akomodasi dan Transportasi sebesar 15,48% dan 15,71% dari total PDRB tahun 2014 dan 2015. Selain itu, Kota Bukittinggi selama tiga tahun berturut-turut mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) (www.bukittinggikota.go.id/berita, 14 Desember 2016). Hal ini menunjukkan Kota Bukittinggi telah meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan cara mencapai kesehatan fiskal daerah, pengelolaan keuangan secara menyeluruh dan perbaikan pelayanan publik. 9
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan pengkajian mendalam pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) untuk melihat kinerja pemerintah dalam mengelola sumber daya keuangan daerah sehingga dapat menilai kemampuan pemerintah sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan. Selain itu, dapat diketahui apakah kinerja pemerintah daerah telah sesuai dengan tujuan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Maka penulis tertarik melakukan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Analisis Varians dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015? 2. Bagaimana Analisis Pertumbuhan dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015? 3. Bagaimana Analisis Rasio Keuangan dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penulis melakukan penelitian dalam tiga periode tahun yang diteliti yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. 10
D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Analisis Varians dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015. 2. Untuk mengetahui Analisis Pertumbuhan dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015. 3. Untuk mengetahui Analisis Rasio Keuangan dari Laporan Keuangan Kota Bukittinggi tahun 2013-2015. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis mengenai analisis laporan keuangan pemerintah daerah dan sebagai salah satu proses bagi penulis untuk semakin meningkatkan keterampilan dalam penelitian dan pembuatan karya tulis ilmiah. 2. Bagi pemerintah daerah, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait dalam pencapaian kinerja keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi. 3. Bagi pihak lain, melalui hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. 11
F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi dengan judul Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi tersusun dalam lima bab. Penulis akan menyajikan uraian singkat yang akan dibahas pada masing-masing bab yang dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang tulisan ini. BAB I Pendahuluan. Pada bab ini menjelaskan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II Kerangka Teoritis. Pada bab ini menjelaskan kajian teori yang berkaitan dengan penelitian serta konsep yang relevan dalam membahas permasalahan yang telah dirumuskan. Bab ini berisi antara lain Keuangan Daerah, Laporan Keuangan Daerah, Kinerja Keuangan Daerah, Penelitian yang Relevan dan Kerangka Berpikir. BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini menjelaskan paparan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Bab ini berisi antara lain Desain Penelitian, Sumber Data Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian dan Teknik Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini diuraikan tentang Gambaran Umum Kota Bukittinggi, Penyajian Data Penelitian dan Analisis Data Penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Kemudian, disajikan keterbatasan serta saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 12