BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk di RS. Isu penting terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di RS yang berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, dan keselamatan bisnis RS terkait dengan kelangsungan hidup RS (Kemenkes RI., 2010). Isu di atas menjadi fokus perhatian, mengingat RS sebagai fasilitas pelayanan kesehatan perkembangannya sangat pesat, baik dari sisi jumlah tenaga dan pemanfaatan teknologi kedokteran. Kondisi demikian, berpotensi menimbulkan bahaya, yang disebabkan faktor biologi, kimia, fisik, ergonomi dan psikososial. Dampak dari faktor-faktor tersebut, dapat menimbulkan penyakit dan kecelakaan bagi pekerja, pasien, pengunjung, dan masyarakat di sekitar RS. National Safety Council (NSC) tahun 1988 cit. Depkes RI, (2007). melaporkan kecelakaan di RS, 41% lebih besar daripada kecelakaan di industri. Kasus kecelakaan tersering adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya. Menurut Charney (2010) di Amerika Serikat setiap hari, 9000 petugas kesehatan mengalami cedera saat kerja. Setiap 30 detik petugas kesehatan tertusuk jarum suntik. Lebih dari 2,5% terinfeksi HIV/AIDS, 40% - 60% terkena Hepatitis B dan C. 1
2 Berdasarkan hal tersebut, penyelenggaraan K3 di RS sangat penting, dan harus menjadi landasan kerja yang membudaya. Untuk membudayakannya diperlukan cara perbaikan yang berkesinambungan dengan melibatkan semua sumber daya yang ada. Pelaksanaannya harus diawali dengan komitmen dari semua pihak, seluruh karyawan dibekali pengetahuan dan kompetensi, manajemen membuka seluruh jaringan komunikasi, dan seluruh karyawan bertanggung jawab, disiplin, proaktif, serta memiliki motivasi sebagai pendorongnya (Triguno, 1996). Rumah Sakit X sebagai salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Kota Batam, telah mengantisipasi kemajuan tekhnologi dan dampak dari kemajuan tersebut, salah satunya dengan membentuk tim K3 Rumah Sakit. Harapannya tim K3 dapat mengelola K3 dan menanamkan nilai-nilai SMK3 ke dalam sikap dan perilaku kerja karyawan, sehingga seluruh karyawan dapat bekerja dengan rasa aman, nyaman, sehat fisik, mental maupun sosial. Karyawan dapat fokus bekerja, melayani pasien dengan penuh ketulusan, integritas dan profesional, mutu pelayanan RS meningkat, kepuasan meningkat dan keselamatan pasien terjaga. Namun, harapannya tersebut belum mewujud. Tim K3 yang dibentuk pada awal tahun 2012, aktivitasnya selama setahun itu, mencatat tiga kasus KAK akibat tertusuk jarum suntik, yang dilaporkan dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap. Tahun 2013, tim K3 belum menerima laporan KAK dan PAK secara tertulis dari instalasi-instalasi RS X. Pada saat peneliti melakukan observasi, dilaporkan secara lisan satu kasus tertusuk jarum suntik bekas dari bagian kebidanan, namun penanganannya kurang
3 optimal, karena prosedur alur pelaporannya kurang jelas. Selanjutnya, diinformasikan secara lisan dari poli Rehabilitasi Medik, selama tahun 2013, lebih kurang 22 orang karyawan baik medis maupun non medis, melakukan terapi rehabilitasi atas keluhan penyakit low back pain, upper back pain, spasme cervical, tenis elbow dan hernia nucleus purpose. Informasi tersebut belum dilaporkan kepada tim K3 RS X, karena karyawan bagian poli itu, kurang mengetahui, jika penyakit tersebut dapat dikatagorikan sebagai PAK atau KAK. Terkait pelayanan pasien diketahui dari Profil Rumah Sakit X pada tahun 2012. Salah satunya data kematian pasien: 1) Angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat atau Net Death Rate (NDR): 21%, (di atas Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit < 0, 24% (Depkes RI., 2008); 2) Angka kematian umum penderita keluar rumah sakit atau Gross Death Rate (GDR): 38%. Data kematian di atas tidak menutup kemungkinan dapat dikategorikan sebagai kejadian sentinel, merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius pada pasien (Depkes, 2011). Meskipun KTD pada pasien tidak selalu diakibatkan oleh sikap dan perilaku kerja rumah sakit (karyawan dan manajemen) dalam keseluruhan proses pelayanannya kepada pasien tersebut. Sikap dan perilaku kerja erat kaitanya dengan sebuah budaya, dapat digali melalui elemen budaya K3. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaiman, nilai-nilai budaya K3 mewujud ke dalam sikap dan perilaku karyawan Rumah Sakit X, kemudian wujud tersebut, diimplementasikan ke dalam sikap dan perilaku kerjanya untuk keselamatan pasien.
4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan pertanyaan penelitian: Bagaimanakah Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam implementasi Keselamatan Pasien Rumah Sakit X di Kota Batam? C. Tujuan Penelitian a. Mengetahui budaya K3 dalam implementasi Keselamatan Pasien Rumah Sakit X di Kota Batam. b. Mengetahui, implementasi Keselamatan Pasien terkait dengan budaya K3 Rumah Sakit X di Kota Batam. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Direktur Rumah Sakit X Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam pengelolaan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit X. 2. Bagi unit K3 Rumah Sakit X Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan bahan evaluasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit X. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, sekaligus mengaplikasikannya dalam situasi yang sesungguhnya.
5 E. Keaslian Penelitian 1. Singer & Baker (2007) melakukan penelitian Relationship of Safety Climate and Safety Performance in Hospital. Peneliti menguji hubungan antara iklim keselamatan dan kinerja di RS, menggunakan indikator keselamatan pasien. Rancangan penelitian cross-sectional pada 91 RS di Amerika. Perbedaan dengan penelitian ini adalah menggambarkan budaya K3RS dalam implementasi keselamatan pasien, menggunakan elemen budaya keselamatan dari IAEA, (1991). Rancangan penelitian studi kasus pada satu RS di Batam. 2. Gershon et al., (2000) melakukan penelitian Hospital Safety Climate and Its Relationship with Safe Work Practices and Workplace Exposure Incident. Peneliti mengembangkan alat iklim keselamatan yang simpel dan efektif untuk mengukur iklim keselamatan di RS. Data diambil menggunakan kuesioner pada 789 petugas di RS yang berisiko terpapar melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data diambil melalui wawancara pada manajemen dan petugas yang mengetahui permasalahan budaya K3 dalam implementasi keselamatan pasien pada satu rumah sakit di Kota Batam.