Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : FITRIAWATI

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB III METODE PENELITIAN

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan


Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

EKARINA MARIANA

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

DAFTAR PUSTAKA. Boediardja, A. S., dkk., Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonetion University

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J. 210 050 022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor lingkungan dan kebiasaan hidup seharihari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit (Faulkner, 2008). Menurut Dwi (2008), penyakit yang dapat berkembang pada keadaan lingkungan yang padat penduduk dan personal hygiene yang buruk antara lain; diare, disentri, penyakit cacingan, poliomyelitis, hepatitis A, kolera, thypoid, leptospirosis, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan skabies. Menurut Cakmoki (2007), skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui bekas alas tidur atau pakaian. Menurut Kenneth dalam Kartika (2008), laporan kasus penyakit skabies di berbagai belahan dunia masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas hygiene pribadi yang kurang baik.

Penyakit skabies dapat ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja (Sungkar dalam Kartika 2008). Penyakit skabies tersebar luas di seluruh dunia terutama pada daerah-daerah yang erat sekali kaitannya dengan lahan kritis, kemiskinan serta rendahnya sanitasi. Sebanyak 300 juta orang per tahun di dunia dilaporkan terserang skabies (Wardhana 2006). Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. (Meyer dalam admin, 2008). Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaranh agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2007). Image yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa pondok pesantren merupakan tempat kumuh, kondisi lingkungannya tidak sehat, dan pola kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinya sering kali kotor, lusuh dan sama sekali tidak menunjang pola hidup yang sehat. Beberapa sifat buruk yang susah sekali

ditinggalkan oleh para santri terlebih pada santri putra yaitu kebiasaan tidur hingga lupa waktu dan pola hidup kotor karena malas bersih-bersih. Penyakit skabies sering sekali ditemukan pada pondok pesantren karena anak pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren (Handri, 2008). Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit skabies kepada orang lain apabila para santri dan pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun personal hygiene. Sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi penyebaran penyakit skabies salah satunya adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ini. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dan pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dimana tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah agar masyarakat, kelompok atau individu dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu tindakan keperawatan yang mempunyai peranan yang penting dalam memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Keberhasilan penderita dalam mencegah penularan penyakit skabies pada orang lain sangat ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam menjaga kebersihan diri. Oleh karena itu selama pengobatan dan perawatan diperlukan tingkat perilaku yang baik dari penderita. Perilaku penderita skabies dalam upaya mencegah prognosis yang lebih buruk dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuannya tentang penyakit ini. Pengetahuan dan perilaku penderita yang buruk akan menyebabkan kegagalan dalam tindakan penanggulangan penyakit scabies (Notoatmodjo, 2008). Apabila skabies tidak segera mendapat pengobatan dalam beberapa minggu maka akan timbul adanya dermatitis yang diakibatkan karena garukan. Rasa gatal yang ditimbulkan terutama pada waktu malam hari, secara tidak langsung akan mengganggu kelangsungan hidup para santri terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukan pada siang hari seperti dalam proses belajar akan ikut terganggu. Selain itu, setelah klien smbuh akibat garukan tersebut akan meninggalkan bercak hitam yang nantinya juga akan mempengaruhi harga diri klien seperti merasa malu, cemas, takut dijauhi teman dan sebagainya (Kenneth dalam Kartika, 2008). Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo, pada tahun 2008 tercatat ada 122 santri dengan perbandingan santri putri sebesar 37,7% (46 orang) dan santri putra 62,3% (76 orang). Dimana untuk kamar tidurnya terdapat 5 lokal bagi santri putri dan 3 lokal untuk santri putra. Luas kamar perlokal ± 48 m 2 dan dihuni oleh ± 25 santri. Populasinya secara

umum pada anak usia 12-16 tahun. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan terdapat 48 santri putra yang terkena skabies. Para santri tersebut mengatakan bahwa mereka terkena penyakit skabies setelah mereka tinggal di Pondok. Dari hasil wawancara singkat yang peneliti lakukan terhadap beberapa santri putra, mereka mengatakan jika pada pagi hari sudah mandi maka pada sore hari mereka tidak mandi lagi, ada juga yang mengatakan kalau mandi tidak menggunakan sabun mandi, dan sehabis mandi handuk yang sudah mereka pakai jarang dijemur dibawah sinar matahari, mereka juga mengatakan memakai handuk tersebut secara bergantian dengan temanteman yang lain, begitu juga dengan alas tidur dan selimut, kamar tidur para santri juga terlihat berantakan dan kotor, pakaian tersebar dimana-mana serta buku-buku tidak tertata dengan rapi. Selain itu, sikap dari pengurus pondok terhadap santri yang terkena skabies selama ini jika luka gudik pada santri sudah parah atau jika sudah timbul nanah mereka baru dibawa periksa ke Puskesmas. Disamping itu peneliti juga mendapatkan bahwa 8 dari 10 santri yang dikaji secara acak tidak mengetahui tentang penyakit skabies, penyebab timbulnya penyakit skabies, cara pencegahan penularan dan cara perawatan luka akibat penyakit ini. Berdasarkan gambaran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies terhadap perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies terhadap perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies terhadap perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren Al- Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui sikap responden dalam pencegahan penularan penyakit skabies antara kelompok I (kelompok eksperimen) dengan kelompok II (kelompok kontrol) sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. b. Mengetahui perubahan sikap penderita penyakit skabies pada kelompok eksperimen dalam pencegahan penularan penyakit

skabies pada santri sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies di Pondok Pesantern Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. c. Mengetahui sikap responden pada kelompok I (kelompok eksperimen) antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. d. Mengetahui sikap responden pada kelompok II (kelompok kontrol) antara sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. e. Mengetahui perbedaan sikap penderita antara kelompok I (kelompok eksperimen) dengan kelompok II (kelompok kontrol) dalam pencegahan penularan penyakit skabies antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan Dapat menambah informasi tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan-perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren.

2. Bagi Pesantren Dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan pengetahuan dan masukan dalam rangka melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit skabies. 3. Bagi Santri Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam upaya meningkatkan personal hygiene masing-masing individu dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit skabies dan cara pencegahan supaya tidak menular ke santri yang lain. 4. Bagi Peneliti Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan di Program Studi Ilmu Keperawatan dan merupakan wawasan yang dapat menambah ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pada kulit. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penyakit skabies telah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan peneliti belum ada penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain: 1. Nugraheni (2008), pengaruh sikap tentang kebersihan diri terhadap timbulnya skabies (gudik) pada santriwati di Pondok Pesantren Al- Muayyad Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional, pengujian hipotesisi dengan menggunakan chi kuadrat. Hasilnya didapatkan bahwa sikap tentang kebersihan diri berpengaruh signifikan terhadap terjadinya skabies dengan x 2 hitung sebesar 69,863 (p < 0,005). 2. Nur (2004), perbedaan angka kejadian skabies antar kelompok santri berdasar lama belajar di Pesantren. Jenis penelitian ini adalah epidemiologi analitik dengan pendekatan cross sectional, pengujian hipotesis menggunakan teknik chi kuadrat. Hasilnya didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan angka kejadian skabies yang bermakna antar kelompok santri berdasar lama belajar di pesantren. 3. Purwaningtyas (2002), pengaruh penyakit kulit (skabies) terhadap perubahan konsep diri penderita di Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kebonsari, Wilayah Kerja Puskesmas Ciptomulyo, Sukun, Malang. Jenis penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data questionery, analisa data dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyakit kulit (skabies) terhadap perubahan konsep diri penderitanya. 4. Herryanto (2004), model peningkatan hygiene sanitasi Pondok Pesantren di Kabupaten Tangerang. Survei awal secara cross sectional dilakukan pada 12 Pondok Pesantren dengan 400 responden pada tahun 2004 untuk mengetahui data kesakitan, perilaku hygiene perorangan, kondisi lingkungan pondok pesantren serta upaya yang

telah dilakukan oleh pihak pengelola Pondok Pesantren dan Dinas Kesehatan Kabupaten (Puskesmas) untuk meningkatkan derajat kesehatan santri. Hasil penelitian menunjukkan responden (santri) kelompok usia 14 16 tahun terbanyak (40,3%) dan berjenis kelamin laki-laki (52,3%). Angka kesakitan TB paru klinis (1,3%), ISPA (44,1%), diare (10,5%), skabies (12,3%), Tinea versicolor (4,0%), Tinea cruris (16,0%), dermatitis lain (18,5%), Morbus Hansen (Leprae) 0,6%. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaanya dapat dilihat pada subyek, tempat dan hal-hal yang diteliti tentang penyakit skabies yaitu tentang angka kejadian skabies, pengetahuan dan sikap penderita skabies, perubahan konsep diri pada penderita skabies serta peningkatan hygiene sanitasi di Pondok Pesantren. Selain itu, dari penelitian-penelitian di atas belum ada yang melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies. Sedangkan pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies terhadap perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo.