AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PACAR (Lawsonia Inermis L.) ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KECAPI (Sandoricum koetjape Merr.) Abstract

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.)

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

ABSTRACT. Key words: P. canencens Jack, Formulation, Antimicrobials, B. subtilis, S. aureus, P. aeruginosa, Str. Mutans ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TUMBUHAN PRINJAK (Aleurites moluccana (L.)) TERHADAP BAKTERI SALMONELLA THYPOSA DAN VIBRIO CHOLERA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

PROFIL KROMATOGRAFI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN LIBO (Ficus variegata Blume.)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

BAB III. METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS.)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

III. MATERI DAN METODE

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB III BAHAN DAN METODA

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

Koloni bakteri endofit

Keywords: Mahkota dewa folium, Antibacterials, Potential, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Kill Concentration (MBC)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

III. MATERI DAN METODE

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga (L.) Willd) Dan Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum Terhadap Candida albicans

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Transkripsi:

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur email: nurhidayatifebriana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini menggunakan mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans dan Malassezia furfur. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar, dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% untuk ekstrak metanol. Pada fraksi etil asetat dan n-butanol konsentrasi yang digunakan 10%, 20%, 30% dan 40% untuk kedua bakteri sedangkan konsentrasi 1%, 5%, 10%, 15% dan 20% untuk kedua jamur. Hasil penelitian aktivitas antimikroba yang memiliki daya bunuh terbesar pada ekstrak metanol pada konsentrasi 20% untuk Staphylococcus aureus, untuk Escherichia coli, Candida albicans dan Malassezia furfur pada konsentrasi 25%. Pada fraksi etil asetat untuk Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 30%, untuk Candida albicans dan Malassezia furfur pada konsentrasi 15%. Pada fraksi n- butanol untuk Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20%, untuk Escherichia coli pada konsentrasi 30%, untuk Candida albicans dan Malassezia furfur pada konsentrasi 20% dan 15%. Kata Kunci: Antimikroba, Langerstroemia Speciosa (L.) Pers PENDAHULUAN Tanaman bungur dapat ditemukan di hutan jati, baik di tanah gersang maupun di tanah subur hutan heterogen berbatang tinggi. Daun bungur mengandung senyawa saponin, flavanoid dan tanin (Dalimartha, 2001). Daun bungur sejak lama digunakan masyarakat untuk pengobatan kencing batu, kencing manis dan tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2001). Sampai saat ini belum banyak penelitian mengenai aktivitas antimikroba yang dimiliki oleh daun bungur. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, merupakan bagian terbesar dari flora normal manusia (Djide, 2008). Staphylococcus aureus bersifat patogen yang dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses (Entjang, 2003). Escherichia coli merupakan gram negatif berbentuk batang. Escherichia coli dapat menyebabkan diare, kram perut yang parah, dan demam (Djide dan Sartini, 2008). Candida albicans dianggap species jamur terpatogen dan menjadi penyebab utama kadidiasis. Candida albicans tumbuh sebagai ragi bertunas. Candida albicansdapat menyebabkan keputihan, menimbulkan rasa gatal pada kulit, dalam mulut biasanya terdapat bercak berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut sering menimbulkan nyeri(jawetz, 2005). Malassezia furfurmerupakan flora normal dan terdapat pada mukosa dan kulit. Jamur ini berupa kelompok sel bulat, bertunas dan berdinding sel. Malassezia furfur biasanya menyebabkan penyakit kulit yaitu panu (Jawetz, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak daun bungur terhadap mikroba 45

Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans, Malassezia furfur. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang diteliti adalah simplisia daun bungur. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan fraksinasi adalah metanol, n-heksan, etil asetat dan n-butanol. Mikroba uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans dan Malassezia furfur. Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA), NaCl sebagai pensuspensi mikroba uji, air suling sebagai pelarut ekstrak. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bejana maserasi, rotary evaporator (büchi rotavapor R- 200), waterbath (Wisebath), timbangan analitik (Mettler toledo AL204), cawan porselin, labu ukur, stirer, mikro pipet, tabung reaksi, autoklaf (All American), oven (Mammet), inkubator (Mammet), cawan petri, erlenmeyer, spoit injeksi (One Med ), botol pengencer dan alat penunjang lainnya. Prosedur Penelitian Pengujian aktivitas antimikroba, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi alat dan bahan yang digunakan dalam autoklaf pada suhu 121 C. Media pembenihan NA dan PDA disterilkan dengan autoklaf terlebih dahulu sebelum digunakan. Mikroba uji ditanamkan diatas permukaan agar miring yang telah memadat dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 37 C. Setelah 24 jam dilakukan pengenceran pada bakteri uji dengan ditambahkan NaCl 0,9% hingga didapatkan pengenceran bakteri uji 1 : 40 sedangkan untuk jamur uji didapatkan pengenceran 1 : 10. Aktivitas antimikroba ekstrak daun bungur dilakukan dengan metode difusi agar dengan menggunakan medium NA dan PDA. Suspensi bakteri dari pengenceran 1 : 40 sedangkan suspensi jamur dari pengenceran 1 : 10 sebanyak 0,02 ml dicampur dengan 10 ml medium NA dan PDA di dalam botol pengencer, digojog agar homogen kemudian dituang ke dalam cawan Petri. Ditunggu hingga medium padat. Paperdisc dicelupkan di dalam larutan uji ekstrak dan didiamkan beberapa saat, lalu diletakkan di atas permukaan medium NA dan PDA yang telah padat, dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kontrol negatif menggunakan paperdisc yang telah dicelupkan di dalam air suling sebagai pelarut ekstrak daun bungur. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan uji ekstrak daun bungur memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans, Malassezia furfur yang ditandai dengan adanya zona bunuh di sekitar paper disc. Kontrol negatif yang digunakan adalah air suling yang digunakan sebagai pembanding untuk membuktikan ada atau tidaknya aktivitas antimikroba pada ekstrak daun bungur. Pada kontrol negatif yaitu air suling tidak terbentuk zona bunuh di sekitar paper disc sehingga membuktikan bahwa ekstrak daun bungur memilki aktivitas antimikroba yang ada merupakan aktivitas dari ekstrak uji yang digunakan bukan pengaruh dari pelarut (air suling) yang digunakan. Pengujian aktivitas antimikroba yang digunakan pada ekstrak methanol untuk keempat mikroba konsentrasi uji yang digunakan yaitu 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Pada fraksi etil asetat dan n-butanol untuk bakteri uji konsentrasi yang digunakan yaitu 10%, 20%, 30% dan 40%, untuk jamur uji konsentrasi yang digunakan yaitu 1%, 5%, 10%, 15% dan 20%. 46

a b c d e f g h i j k l Gambar 1. Uji antimikroba ekstrak dan fraksi daun bungur terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans, Malassezia furfur. Ekstrak pekat metanol terhadap bakteri (a) Escherichia coli, (b) Staphylococcus aureus, (c) jamur Candida albicans, (d) jamur Malassezia furfur. Fraksi etil asetat pada bakteri (e) Escherichia coli, (f) Staphylococcus aureus, (g) jamur Malassezia furfur, (h) jamur Candida albicans. Fraksi n- butanol pada bakteri (i) Escherichia coli, (j) Staphylococcus aureus, (k) jamur Malassezia furfur, dan (l) jamur Candida albicans. Tabel 1. Data aktivitas antimikroba ekstrak metanol daun bungur Rerata Diameter Zona Bunuh (mm) Sampel Konsentrasi Staphylococcus Escherichia Candida Malassezia Uji aureus coli albicans furfur 10% 3,41 2,82 2,82 2,47 15% 4,15 3,34 3,67 3,44 Ekstrak 20% 5,34 3,87 4,11 3,39 Metanol 25% 4,36 4,13 6,08 3,55 30% 3,29 3,14 5,56 3,28 Kontrol negatif - - - - - 47

Tabel 2. Data aktivitas antimikroba fraksi etil asetat daun bungur pada mikroba Rerata Diameter Bunuh (mm) Terhadap Mikroba uji Sampel Uji Konsentrasi Staphylococcus aureus Escherichia coli Candida albicans Malassezia furfur 10% 3,33 2,58 - - 20% 4,98 5,10 - - 30% 5,71 6,03 - - 40% 4,38 3,93 - - Fraksi Etil 1% - - 0,25 1,36 Asetat 5% - - 2,67 2,76 10% - - 4,08 2,70 15% - - 4,13 4,20 20% - - 3,60 3,57 Kontrol Negatif - - - - - Hasil pengujian dari aktivitas antimikroba ekstrak methanol dan fraksi daun bungur dapat dilihat pada Gambar 1. Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Bungur Data yang menunjukkan zona bunuh yang terbentuk dari hasil aktivitas Ekstrak metanol daun bungur pada mikroba uji dapat terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan aktivitas zona bunuh ekstrak metanol terdapat perbedaan besarnya daya bunuh untuk masingmasing konsentrasi ekstrak metanol daun bungur diduga disebabkan perbedaan besarnya kandungan zat aktif pada masing-masing konsentrasi. Pada pengujian ini digunakan metode difusi sehingga kemungkinan pada konsentrasi yang cukup besar yang berarti semakin pekat zat aktif akan mempengaruhi penyerapan zat aktif melalui paperdisc dimana semakin tinggi konsentrasi penyerapan zat aktif pun berkurang, dengan peningkatan konsentrasi ini dapat terjadi perubahan ph, dimana pada ph tersebut terjadi pertumbuhan mikroba yang optimum sehingga daya bunuh ekstrak uji pun menurun. Selain itu penurunan daya bunuh kemungkinan disebabkan karena ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak kasar yang kelarutan senyawa antimikroba banyak belum maksimal, sehingga aktivitasnya tidak maksimal pula. Aktivitas antimikroba yang memiliki zona bunuh terbesar untuk bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20%, untukescherichia coli, Candida albicans dan Malassezia furfurpada konsentrasi 25%. Aktivitas Fraksi Etil Asetat Daun Bungur Data yang menunjukkan zona bunuh yang terbentuk dari hasil aktivitas fraksi etil asetat daun bungur pada mikroba uji dapat terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan aktivitas zona bunuh fraksi etil asetat terdapat perbedaan besarnya daya bunuh untuk masing-masing diduga karena jumlah zat dalam ekstrak yang terlarut optimal sehingga proses difusi ke media agar juga maksimal. Hal ini menyebabkan daya bunuh fraksi terhadap bakteri uji semakin kuat. Sedangkan terjadinya penurunan grafik diduga karena zat antimikroba mengalami penurunan atau kejenuhan sehingga berperngaruh terhadap kemampuan dalam membunuh mikroba uji. Kejenuhan disini maksudnya yaitu zat antimikroba berada pada titik paling 48

optimum dalam memberikan efek aktivitas dalam membunuh mikroba sehingga zona yang dihasilkan menurun tidak sebesar zona yang dihasilkan pada konsentrasi sebelumnya.terjadinya kejenuhan pada ekstrak dan fraksi diduga karena adanya pengaruh dari metabolit sekunder yaitu golongan flavanoid, tanin, dan saponin yang terdapat pada konsentrasi tersebut sehingga mempengaruhi kerja dari fraksi. Aktivitas antimikroba yang memiliki zona bunuh terbesar untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 30%, untuk Candida albicans dan Malassezia furfurpada konsentrasi 15%. Aktivitas Fraksi n-butanol Daun Bungur Data yang menunjukkan zona bunuh yang terbentuk dari hasil aktivitas Ekstrak n-butanol daun bungur pada mikroba uji dapat terlihat pada Tabel 3. Sampel Uji Fraksi n-butanol Kontrol Negatif Rerata Diameter Bunuh (mm) Terhadap Mikroba uji Konsentrasi Staphylococcus aureus Escherichia coli Candida albicans Malassezia furfur 10% 2,56 2,68 - - 20% 4,56 3,60 - - 30% 4,12 4,09 - - 40% 3,75 3,67 - - 1% - - 0,51 1,31 5% - - 2,41 2,17 10% - - 3,12 3,29 15% - - 3,64 3,77 20% - - 5,43 3,61 - - - - Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan aktivitas zona bunuh fraksin n-butanol terdapat perbedaan besarnya daya bunuh untuk masing-masing konsentrasi diduga disebabkan oleh kecepatan difusi zat aktif. Pada umumnya, diameter zona bunuh cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak, hal ini terjadi pada jamur Candida albicans semakin tinggi konsentrasi semakin besar pula zona bunuh yang terbentuk.tetapi hal ini tidak pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Malassezia furfur terjadi penurunan zona bunuh hal ini diduga karena zat antimikrobamengalami penurunan atau kejenuhan sehingga berperngaruh terhadap kemampuan dalam membunuh mikroba uji. Kejenuhan disini maksudnya yaitu zat antimikroba berada pada titik paling optimum dalam memberikan efek aktivitas dalam membunuh mikroba sehingga zona yang dihasilkan menurun tidak sebesar zona yang dihasilkan pada konsentrasi sebelumnya. Aktivitas antimikroba yang memiliki zona bunuh terbesar untuk bakteri Staphylococcus aureuspada konsentrasi 20%, untuk Escherichia coli 30%, untuk Candida albicans dan Malassezia furfurpada konsentrasi 20% dan 15%. 49

KESIMPULAN Ekstrak metanol, fraksi etil asetat dan n-butanol daun bungur (Langerstroemia speciosa (L.) Pers) memiliki aktivitas antimikroba dalam membunuh pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans dan Malassezia furfur. DAFTAR PUSTAKA 1. Dalimartha Setiawan. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. PT.Pustaka Pembangunan Nusantara: Jakarta 2. Djide, N dan Sartini. 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin: Makasar 3. Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung 4. Jawetz. E., J. Melnick, L. Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Terjemahan Huriati dan Hartanto. Penerbit Buku KedokteranEGC: Jakarta 50