dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUP[ATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2001 T E N T A N G PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN RUMAH SARANG BURUNG WALET

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2000

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG SRITI DAN ATAU WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PEMERINTAH KOTA PADANG

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENYERTAAN DOKUMEN PELELANGAN PROYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA SARANG BURUNG WALET

PERATURAN KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN TAMBAK DI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 44 TAHUN 2003 SERI A NOMOR 6

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG BARAT NOMOR 141.A TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II ACEH TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO. Nomor : 24 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN (RHH)

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN, PENGELOLAAN DAN PEMBINAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DI HABITAT ALAMI (IN-SITU) DAN HABITAT BUATAN (EX-SITU) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa Sumber Dalam Alam sarang Burung Walet merupakan salah satu potensi daerah yang pengusahaannya perlu diadakan pengaturan, selaras dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah; b. bahwa untuk menjamin kelestarian populasi, serta menjaga kesinambungan produksi sarang Burung Walet baik di habitat alami (in-situ) maupun habitat buatan (ex-situ), maka perlu adanya pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang intensif bagi para pengelola sarang Burung Walet; c. bahwa dalam rangka pengusahaan, pengelolaan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan atas sarang Burung Walet dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Barat (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3452); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keaneka-ragaman Hayati (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3556); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999, tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3803);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 ten-tang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah; 10. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04 PW 07.03 Tahun 1984 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 11. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 449/ KTPS- I/1999 tentang Pengelolaan Burung Walet Dihabitat Alami (In-Situ) dan Habitat Buatan (Ex-Situ); 12. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 859/ KPTS- II/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Persatuan Hasil Hutan Bukan Kayu. Memperhatikan : Keputusan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 25/KPTS/Dj-VI/1997 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarang Burung Walet di Habitat Alami Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN, PENGE-LOLAAN DAN PEMBINAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DI HABITAT ALAMI (IN-SITU) DAN HABITAT BUATAN (EX-SITU) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Lampung Barat. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD Kabupaten Lampung Barat adalah Badan Legislatif Daerah. 5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 6. Burung Walet adalah satwa liar yang tidak dilindungi, yang termasuk dalam marga Collacalia. 7. Pengelolaan Burung Walet adalah upaya pembinaan habitat dan populasi serta pemanfaatan Burung Walet dihabitat alami maupun habitat buatan.

8. Habitat Alami (In-Situ) Burung Walet adalah goa-goa alam, tebing/lereng bukit yang curam beserta lingkungannya sebagai tempat Burung Walet hidup dan berkembang biak secara alami, baik yang berada dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan. 9. Habitat Buatan (Ex-Situ) Burung Walet adalah bangunan sebagai tempat Burung Walet hidup dan berkembang biak. 10. Sarang Burung Walet adalah hasil produksi Burung Walet yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang dan bertelur serta menetaskan anaknya Burung Walet. 11. Pengusahaan Burung Walet adalah bentuk kegiatan pengambilan sarang Burung Walet dihabitat alami dan biatan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga sebagai salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan, pembinaan dan pengendalian habitat populasi Burung Walet di habitat alami dan habitat buatan. 12. Izin Pengusahaan adalah izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah terhadap seseorang, kelompok orang, atau badan usaha yang akan mengelola dan membudidayakan sarang Burung Walet. 13. Pembinaan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dalam mengawasi pengusahaan sarang Burung Walet dengan tujuan agar tetap terpelihara kesehatan tempat usaha, lingkungan dan kelestarian populasi serta kegiatan pemantauan hasil produksi. 14. Tim adalah petugas teknis pemeriksa tempat/lokasi usaha sarang Burung Walet yang terdiri dari beberapa unsur perangkat daerah. 15. Retribusi pembinaan usaha dan izin pengusahaan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa pembinaan, pelayanan pemberian izin dan daftar ulang izin pengusahaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap pengusahaan sarang Burung Walet. 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah Surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang. 17. Kas Daerah adalah kas Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat. BAB II OBJEK DAN SUBJEK Pasal 2 (1) Objek Izin adalah setiap pengelola dan pengusaha sarang Burung Walet yang dalam bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut : a. Pengambilan/mengelola sarang Burung Walet dihabitat alami dan habitat buatan b. Usaha budidaya burung pada lingkungan tempat Burung Walet hidup dengan tujua mendapatkan sarang burung (2) Subjek izin adalah Orang pribadi atau badan yang kegiatannya melakukan pengambilan dan atau pengusahaan sarang Burung Walet, serta pengusahaan budidaya Burung Walet dihabitat alami dan habitat buatan. (1) Lokasi sarang Burung Walet berada di: a. Habitat Alami (In-Situ) b. Habitat Buatan (Ex-Situ) BAB III LOKASI SARANG BURUNG WALET Pasal 3

(2) Sarang Burung Walet yang berada dihabitat alami meliputi: a. Kawasan Hutan Negara; b. Kawasan Konservasi; c. Goa alam dan atau diluar kawasan yang tidak dibebani hak milik perseorangan dan atau adat; (3) Sarang Burung Walet yang berada dihabitat buatan meliputi: a. Bangunan yang termasuk dalam klasifikasi A atau kategori I adalah Bangunanbangunan yang dibangun atau didirikan dengan tujuan peruntukannya untuk pengelolaan Burung Walet atau usaha budidaya sarang Burung Walet; b. Rumah/gedung yang termasuk dalam Klasifikasi B atau Kategori II adalah Bangunan gedung yang peruntukannya disamping untuk tempat tinggal juga untuk pengelolaan burung dan usaha budidaya sarang Burung Walet. BAB IV PENGUSAHAAN Pasal 4 (1) Pengusahaan sarang burung dilakukan dilokasi sarang Burung Walet (2) Tujuan Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung adalah untuk : a. Menjaga kelestarian habitat dan populasi Burung Walet b. Meningkatkan produktifitas sarang Burung Walet c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat BAB V PERIZINAN Pasal 5 (1) Setiap orang, badan yang akan membudidayakan sarang Burung Walet yang berada dihabitat alami dan dihabitat buatan dapat dikelola dan diusahakan atas izin Kepala Daerah (2) Untuk mendapatkan izin pengelolaan dan pengusahaan sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setiap orang atau badan mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan melampirkan : a. Proposal pengusahaan sarang Burung Walet; b. Rekomendasi dari Perangkat Daerah berdasarkan berita acara hasil pemeriksaan teknis/lokasi pengusahaan sarang Burung Walet; c. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan mengusahakan sarang Burung Walet, mentaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, maupun oleh Departemen Kehutanan; d. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan mengusahakan sarang Burung Walet, mentaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, maupun oleh Departemen Kehutanan; e. Khusus pengelolaan dan pengusahaan sarang Burung Walet dihabitat buatan harus dilengkapi Izin Gangguan (HO) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Pasal 6 Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dan ditaati sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) huruf e adalah : a. Tempat usaha tersebut harus mempunyai nilai estetik (memperhatikan lingkungan) beserta pekarangannya senantiasa harus dalam keadaan bersih dan ditanami tanaman penghijauan ; b. Mencegah timbulnya bahaya kebakaran dan menyediakan racun api; c. Pengusaha wajib menghindarkan segala sesuatu yang menimbulkan pencemaran lingkungan; d. Bagi usaha yang menggunakan mesin, senantiasa menjaga supaya mesin tidak mengganggu ketenangan dan menjaga jangan sampai menimbulkan keresahan masyarakat disekitarnya. BAB VI PENERBITAN IZIN Pasal 7 (1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah ini, Kepala Daerah dan atau Pejabat yang ditunjuk memerintahkan kepada Tim, untuk mengadakan penelitian dilapangan/tempat pengusahaan sarang Burung Walet; (2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara, yang merupakan kelengkapan persyaratan permohonan izin pengusahaan. Pasal 8 (1) Apabila telah memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya berkas per-mohonan, izin diterbitkan; (2) Izin diberikan dan ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; (3) Masa berlakunya izin selama 1 (satu) tahun, serta pengusaha harus melaporkan kegiatannya kepada pemberi izin setiap 3 (tiga) bulan sekali melalui Bagian Ekonomi. BAB VII DASAR PENGENAAN DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI DAN BANGUNANNYA Pasal 9 (1) Dasar pengenaan retribusi pengelolaan sarang Burung Walet pada Habitat Alami (In-Situ) yaitu : a. Nilai jual hasil panen/produksi sarang Burung Walet setiap panen ; b. Nilai jual sebagaimana dimaksud pada huruf (a) dihitung dengan mengalikan volume/produksi sarang Burung Walet setiap panen dengan harga pasar yang berlaku ; (2) Dasar pengenaan retribusi pengelolaan sarang Burung Walet pada habitat buatan (ex-situ) dikategorikan dalam :

a. Bangunan klasifikasi A atau kategori I - Bangunan dengan luas 0-100 m 2 Rp 150.000-, - Bangunan dengan luas 101-200 m 2 Rp 250.000-, - Bangunan dengan luas 201-300 m 2 Rp 375.000-, - Bangunan dengan luas 301 m 2 ke atas Rp 500.000-, - Setiap kelebihan 25 m 2 dikenakan biaya Rp 50.000-, b. Bangunan klasifikasi B atau kategori II - Bangunan dengan luas 0-100 m 2 Rp 125.000-, - Bangunan dengan luas 101-200 m 2 Rp 175.000-, - Bangunan dengan luas 201-300 m 2 Rp 250.000-, - Bangunan dengan luas 301 m 2 ke atas Rp 375.000-, - Setiap kelebihan 25 m 2 dikenakan biaya Rp 25.000-, Pasal 10 (1) Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual hasil panen sarang Burung Walet dihabitat alami (In-Situ) (2) Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar 6 (enam persen) dari Nilai Jual hasil panen sarang Burung Walet dihabitat buatan (Ex-Situ) BAB VIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 11 (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan; (2) Apabila pembayaran retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah Pasal 12 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas ; (2) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada pengusaha/pengelola sarang Burung Walet untuk menunda pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah retribusi yang belum dibayar. Pasal 13 (1) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan ; (2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB IX PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET Pasal 14 Untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga populasi Burung Walet, pengambilan/ pemanenan sarang Burung Walet, dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Masa panen dilaksanakan setelah anakan Burung Walet meninggalkan sarangnya b. Sarang Burung Walet sedang tidak berisi telur c. Dilakukan pada siang hari d. Tidak mengganggu Burung Walet yang sedang mengeram e. Pengambilan dan pemanenan sarang Burung Walet dilakukan dibawah pengawasan dan pengendalian Tim Pasal 15 (1) Hasil panen sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pasal 14 dilaporkan kepada Kepala Daerah untuk kepentingan pencatatan produksi / hasil daerah (2) Bentuk form laporan ditetapkan dan disiapkan oleh Kepala Daerah BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan, bimbingan teknis serta pengawasan terhadap pengusahaan sarang Burung Walet secara berkala (2) Lingkup kegiatan pembinaan dimaksud ayat (1) Peraturan Daerah ini, meliputi: a. Pengawasan kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi sarang Burung Walet b. Penanganan konservasi habitat, lingkungan serta penanganan limbah usaha c. Pengendalian populasi d. Pengawasan kondisi bangunan e. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang ada. BAB XI SANKSI PELANGGARAN Pasal 17 (1) Terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah ini, Kepala Daerah dapat memberikan sanksi berupa: a. Sanksi administrasi pencabutan izin; b. Penutupan sementara usaha dan atau penyegelan bangunan. (2) Ketentuan dimaksud ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan secara lisan dan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu.

BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. Pasal 19 Petugas pelaksana yang dengan sengaja melakukan tindakan yang nyata-nyata merugikan Pemerintah Daerah dan atau masyarakat, akan diambil tindakan sesuai Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB XIII PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerarh diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah (2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. Meminta keterangan dan menyita barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sidang berlangsung, dan meminta identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu unutk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Izin yang telah dikeluarkan oleh Kepala Daerah apabila batas waktu 1 (satu) tahun belum melaksanakan pengelolaan sarang Burung Walet pada habitat alami serta pada habitat buatan, belum mendirikan bangunan kepada pemegang izin pengusaha wajib mendaftarkan izin pengusahaan kembali. Pasal 22 Setiap pemindahtanganan izin pengusahaan dan pengelolaan sarang Burung Walet, terlebih dahulu harus mendapatkan izin Kepala Daerah. Pasal 23 (1) Setiap peralihan atas kepemilikan tanah dan izin pengusahaan sarang Burung Walet dihabitat buatan, wajib melaporkan kepada Kepala Daerah ; (2) Peralihan sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan retribusi sebesar 25% dari besar biaya izin pengusahaan yang berlaku pada saat terjadinya peralihan BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, setiap orang atau badan hukum yang telah mengelola dan mengusahakan sarang Burung Walet diwajibkan menyesuaikan perizinannya dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 25 Penyesuaian yang dimaksud Pasal 24 harus sudah diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sejak Peraturan Daerah ini diberlakukan. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur kemudian oleh Kepala Daerah

Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Barat. Disahkan di : Liwa Pada Tanggal : 30 Juni 2001 BUPATI LAMPUNG BARAT I WAYAN DIRPHA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2001 NOMOR 116