BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu pertanggungjawaban keuangan secara akuntabel dan transparan, oleh karena itu Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 tahun 2003 yang berisi tentang Keuangan Negara dalam pasal 8 yang menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiscal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Selain itu, dalam Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri laporan 1
keuangan badan layanan umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing sedangkan dalam Undang-undang No. 1 pasal 7 menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan Sistem Akuntansi Pelaporan Keuangan Negara yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Keuangan Negara tersebut maka perlu diatur Tatacara Pelaksanaan Sistem Akuntansi oleh Departemen Keuangan dan oleh Instansi pada Kementrian Negara/Lembaga, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan telah membuat suatu sistem akuntansi yang disebut sebagai SAPP (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat) yang dibagi menjadi dua kerangka umum yakni Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan Departemen Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga yang akan dilaksanakan di Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) pada tingkat Kantor/Satker, Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) pada tingkat Kantor Wilayah, Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E) maupun Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) pada tingkat Kantor Pusat Kementerian Negara/Departemen/Lembaga. Tujuan dari Tatacara Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi Instansi pada Kementerian Negara/Lembaga adalah untuk memberi petunjuk umum dalam menyelenggarakan Akuntansi Pemerintah Instansi pada Instansi di tingkat 2
Kantor/Proyek, Kantor Wilayah, Eselon I dan Kantor Pusat Kementerian Negara/Lembaga, serta pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan, serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Dalam bulan Juni 2003 BAKUN telah menerbitkan program (software) tentang Sistem Informasi Akuntansi Instansi pada Kementerian Negara/Lembaga dimana program ini diharapkan dapat menggantikan prosedur lama yang manual dan memerlukan tenggang waktu yang relatif lama. Program tersebut awalnya disosialisasikan di instansi instansi tertentu di lingkungan departemen keuangan yaitu salah satunya Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan tersebut mensosialisasikan kepada instansi-instansi pemerintah yang ada, salah satunya adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Namun, penerapan Sistem Akuntasi Instansi ini baru mulai dilakukan pada awal Mei tahun 2005 hingga saat ini sehingga penulis tertarik untuk mencoba menganalisa pertanggungjawaban pengelolaan laporan keuangan negara melalui program baru ini apakah pelaksanaan melalui system ini sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang diharapkan. Penulis mencoba untuk menganalisa pertanggungjawaban laporan keuangan negara melalui penerapan program baru ini dengan mengambil lokasi pada Badan Tenaga Nuklir Nasional dengan memberikan judul 3
Analisis Pertanggungjawaban Pengelolaan Laporan Keuangan Negara melalui Sistem Informasi Akuntansi Instansi pada Badan Tenaga Nuklir Nasional. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah : Apakah pertanggungjawaban pengelolaan laporan keuangan negara yang diterapkan melalui sistem informasi akuntansi instansi sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Keuangan No.59/PMK.06/2005? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa pertanggungjawaban pengelolaan laporan keuangan negara melalui sistem informasi akuntansi instansi pada Badan Tenaga Nuklir Nasional. 4
Manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam penulisan atau dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Badan Tenaga Nuklir Nasional Penelitian ini diharapkan menjadi suatu sumbangan pikiran baik berupa bahasan maupun saran sebagai bahan pertimbangan yang berguna bagi Badan Tenaga Nuklir Nasional. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan mengenai system informasi akuntansi instansi dan mendorong kreativitas penulis dalam melakukan penelitian selanjutnya. 5