BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan salah satu kegiatan khusus dari Universitas Udayana. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pendewasaan dan pemandirian manusia secara sistematis, agar siap menjalani kehidupan bertanggung jawab. Selain tujuan tersebut, berlangsungnya KKN PPM ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat sasaran, dimana tujuan dari program ini secara khusus adalah untuk mensinergikan pemberdayaan masyarakat dalam mengangkat potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Salah satu kegiatan khusus dari KKN PPM adalah program Kunjungan Keluarga (KK) Dampingan. Kegiatan KK Dampingan dilaksanakan pada beberapa keluarga yang terdapat di setiap dusun di Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Desa Bunga Mekar terdiri dari 7 dusun dan pada kegiatan KK dampingan ini penulis mendapat kesempatan untuk mendampingi salah satu keluarga di Dusun Pundukaha Kelod yaitu keuarga Ibu Suriani. Keluarga ibu Ketut Suriani merupakan keluarga kecil yang terdiri dari 3 orang yaitu bu ketut Suriani dan 2 orang anaknya. Ibu Ke. tut Suriani bekerja sebagai seorang buruh serabutan. Beliau adalah orang tua tunggal dari 2 anak lelakinya. Saminya meninggal 3 Tahun lalu karena sakit dan suaminya memiliki riwayat penyakit tuli. Lahan yang ditempati oleh keluarga ibu Ketut Suriani adalah lahan warisan milik almarhum suaminya. Namun keluarga Ibu Ketut Suriani baru mendapat program bedah rumah beberapa bulan lalu. Keluarganya memiliki lahan ladang terbentang sekitar 10are peninggalan suaminya namun, ibu Ketut Suriani hanya memegang fotocopyan dari surat tanah yang ia miliki karena sertifikat asli masih ada di urus oleh warga lainya. Beberapa waktu lalu 1
saya mendapatkan informasi dari kepala desa bahwa alasan nya hanya memegang fotocopyy sertifikat tanah adalah akibat terjadi penyelewengan kepemilikan surat tanah oleh mantan kepala desa setempat. Kedua anaknya masih sekolah yang pertama bernama I Ketut Agus putra masih duduk dikelas 2 SD no2 Sakti dan yang paling kecil bernama I wayan balik saputra yang masih TK. Dengn pakaian yang lusuh dan sobek kedua saudara ini sangat rajin membantu sang ibu mengangkut air untuk kebutuhan sehari hari dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Sang kakak ternyata juga mendapatkan rangking dikelasnya. Ni Ketut Suriani juga satu lahan tinggal dengan saudara ipar dari almarhum suaminya, namun hubungan mereka tidak akur sehingga NI Ketut Suriani yang berjuang sendiri untuk menafkahi kedua orang anaknya. Kegiatanya sehari hari adalah menunggu belas kasihan warga sekitar yang membutuhkan bantuan untuk pergi berladang maupun untuk membantu mencuci pakaian. Upah yang didapatkanya pun tidak seberapa, walaupun dia memiliki lahan sendiri namun hanya dibiarkan begitu saja tanpa ada pengolahan untuk tanaman tanaman. Identitas keluarga No. Nama Status Umur (Th) Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. I Ketut Suriani Kawin 36th Tamat SD Buruh serabutan Kepala keluarga 2 I wayan Balik Saputra Belum kawin 4th Masih Pelajar pelajar Anggota Keluarga (Anak) 3 I Ketut Agus Saputra Belum kawin 8 th Masih pelajar Pelajar Anggota Keluarga (Anak) 2
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga - Sumber Penghasilan Sumber penghasilan dari keluarga I Ketut Suriani berasal dari kerja serabutan kebun dan mencuci pakaian sesuai dengan panggilan warga. Keluarga ini dapat dikatakan keluarga kurang mampu. Penghasilan yang didapat I Ketut Suriani sebagai buruh serabutan hanyalah Rp. 20.000,00 sampai Rp.30.000,00 per kali panggilan dan panggilan tersebut tidak datang setiap hari. Kebutuhan makan sehari hari iya dapat dari beras raskin dan singkong yang ia tanam sendiri. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan penting iya harus menunggu babi satu satunya yang dimiliki harus dijual seperti sebelumnya ketika membayar baju sekolah ia harus menjual babi terlebih dahulu. I Ketut Suriani memiliki kebun singkong namun, hasilnya hanya digunakan untuk makan sehari-hari bukan untuk dijual. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga Keluarga I Ketut Suriani tergolong ke dalam keluarga kurang mampu karena beliau sendiri jarang berpenghasilan tetapi masih dapat memenuhi kebutuhan menutupi kebutuhannya sehari-hari secara paspasan, dimana tidak ada pengeluaran berbentuk SPP sekolah setiap bulannya (gratis). a. Kebutuhan Sehari- hari Untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari, biasanya keluarga ibu NI Ketut Suriani mengeluarkan uang rata-rata Rp. 3
10.000 saja. Untuk jajan dan bekal anak sekolah tidak ada sama sekali karena biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja sudah susah dan hanya mengandalkan beras raskin dan hasil kebun yang dihasilkan sendiri. Untuk biaya listrik sementara ini keluarga ibu NI Ketut Suriani belum bisa mengisi listrik karena tidak ada biaya dan awalnya listrik itu terisi ketika keluarga ini mendapatkan bedah rumah setelah habis hingga sekarang masih belum bisa terisi kembali. b. Kebutuhan Kesehatan Untuk masalah kesehatan, keluarga NI Ketut Suriani belum memiliki jaminan kesehatan. Hal tersebut terbukti ketika sang suami (alm.) mengalami sakit dan tidak memiliki biaya dan jaminan kesehatan untuk mengobatinya. Kendala transportasi dan biaya yang di miliki membuatnya hanya bisa pasrah ketika sang suami sedang sakit. Apalagi satu satunya alternatif pelayanan kesehatan yang bisa diterima hanyalah puskesmas yang berada di batununggul yang membutuhkan transportasi untuk menuju ke batununggul, selain itu transportasi laut dari Nusa Penida ke Pulau Bali untuk berobat. Namun untuk saat ini, keluarga ibu NI Ketut Suriani dalam keadaan sehat dan tidak memerlukan perhatian khusus untuk berobat, hanya saja perlu lebih diperhatikan kesehatan keluarga ibu NI Ketut Suriani karena tidak memiliki tempat untuk sanitasi dan air untuk keperluan sehari-hari. c. Kerohanian Untuk masalah kerohanian terutama dalam pengeluarannya menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp. 10.000. biasanya hanya mengandalkan apa yang ada dikebun tanpa membeeli bunga ataupun canang yang sudah jadi. 4
d. Sosial Dari segi sosial, pengeluaran keluarga Ni Ketut Suriani sebagiannya untuk acara di dusun penangkidan, seperti iuran upacara adat. 5