PENGANTAR TUGAS PEMERINTAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PERGURUAN TINGGI DAN ILMUWAN PADA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN INDONESIA KE DEPAN 1 Paul Suparno, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

INTEGRASI PPR DALAM KURIKULUM 2013

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PEMBENTUKAN BANGSA: APLIKASINYA DALAM SEKOLAH 1 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KAITAN DENGAN WAWASAN KEBANGSAAN 1 Paul Suparno, S.J.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

MODEL PENDIDIKAN UNTUK MENCINTAI TANAH AIR Educare, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN. 01 Blulukan)

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

PENGEMBANGAN KARAKTER UNTUK ANAK ZAMAN SEKARANG 1

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

BE AMAZING TEACHERS. Lokakarya Yayasan Suaka Insan Suster SPC Jl. Danau Agung 13, Sunter, Jakarta, 22 Juli 2015 Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ridwan, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

RELASI GURU-MURID-BIDANG STUDI BAGI GURU SEJATI

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mata Kuliah Kewarganegaraan HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

PROCEEDINGS INTERNATIONAL SEMINAR

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hak dan Kewajiban Warganegara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin pemerataan kesempatan

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR): ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN DAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

tip.ub.ac.id Rumusan Hasil Workshop Peningkatan Daya Saing Global Lulusan PS Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Tekno

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

Transkripsi:

1 TANTANGAN DAN REKOMENDASI BAGI PEMERINTAH DALAM HAL PENDIDIKAN NASIONAL SETELAH PEMILU 2014 Disajikan pada Forum Diskusi dan Dialog FH Atmajaya Klender, 22 Januari 2014 Paul Suparno, S.J. PENGANTAR Ada dua persoalan besar yang masih menjadi PR bagi pemerintah dalam hal pendidikan nasional setelah pemilu 2014, terutama berkaitan dengan tugas pemerintah untuk (1) mencerdaskan bangsa dan (2) memperkuat kesatuan bangsa, Dua persoalan besar itu adalah soal (1) pemerataan pendidikan nasional, dan (2) peningkatan mutu atau kualitas pendidikan nasional. Kedua persoalan besar ini bila tidak ditangani secara menyeluruh, akan mengakibatkan pendidikan kita makin lemah dan anak-anak kita tidak dapat bersaing dalam percaturan global abad Asia, bahkan tidak dapat bertahan di negara sendiri. Selain itu kualitas moral yang tidak tinggi juga akan menghancurkan kesatuan dan kerukunan bangsa ini sendiri. TUGAS PEMERINTAH Salah satu tugas pemerintah adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan UUD 1945, alinea 1). Dalam UUD 1945 pasal 31 diungkapkan tugas pemerintah dalam hal mencerdaskan bangsa lewat menyelenggarakan pendidikan nasional seperti: Mengusahakan dan membeayai agar setiap warganegara mendapatkan haknya atas pendidikan ( 9 tahun); Mengusahakan sistem pendidikan yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, aklak mulia; Menyediakan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APND untuk kebutuhan pendidikan Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam UU Sisdiknas beberapa tugas itu ditekankan lagi: Ps 5: (1) setiap warga punya hak yang sama untuk peroleh pendidikan yang bermutu; (3) warga yang terpencil terbelakang berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Ps 6: wajib belajar dari 7 sampai 15 tahun;

2 Ps 11 (1): pemerintah dan pemda wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi; (2) pemerintah dan pemda wajib menjamn tersedianya dana guna pendidikan bagi setiap warga umur 7-15 tahun. PEMERATAAN PENDIDIKAN Persoalan utama dalam usaha mencerdaskan bangsa adalah mengusahakan pemerataan pendidikan bagi seluruh warga Negara. Setiap warga agar dapat mendapatkan pendidikan dan dapat memajukan kehidupannya ke depan. Dalam kenyataan belum setiap warga Negara menikmati pendidikan ini. Persoalan: Pendidikan belum merata di seluruh tanah air. Di beberapa daerah pinggiran dan pelosok masih banyak anak yang belum menikmati pendidikan layak karena tidak ada sekolah, sekolah tidak berjalan dengan baik, dan atau tidak ada guru yang membantu proses belajar di sekolah-sekolah tersebut. Masih ada sekitar 11,08% anak umur 7-15 tahun yang tidak sekolah (Data BKKBN 2011). Beberapa penyebabnya: Sistem otonomi daerah menjadikan daerah yang miskin dan tidak peka pada kebutuhan pendidikan, tidak mampu memajukan pendidikan di daerahnya. Mereka tidak mempunyai beaya dan juga tenaga pendidik yang mencukupi. Otonomi daerah menyebabkan proses penyebaran guru tidak merata. Di beberapa daerah kekurangan guru, sedangkan di beberapa daerah kelebihan guru dan calon guru, tetapi sulit disalurkan ke daerah yang kekurangan karena hambatan otonomi. Daerah yang kekurangan guru, mengalami proses pendidikan tidak berjalan dengan baik. Akibatnya anak tidak mengalami pendidikan sepeerti seharusnya. Bila ini diteruskan maka cita-cita mencerdaskan semua anak bangsa tidak akan tercapai. Usaha pemerintah Mengusahakan bantuan menyeluruh pendidikan seperti pembangunan sekolah; Tetapi masih terbentur pada otonomi daerah sehingga bantuannya tidak merata bahkan tidak dapat berjalan. Penyebaran guru tidak berjalan baik karena pusat tidak punya kuasa apapun.

3 Rencana sentralisasi urusan guru agar penyebaran dan peningkatan mutu guru terjamin; Program SM3T yang membantu kekurangan guru di daerah terpencil. BOS; sekolah gratis? Usulan Undang undang otonomi daerah yang menyangkut pendidikan perlu ditinjau kembali; terutama agar dimungkinkan pemerintah pusat campur dalam penyebaran guru dan pembangunan sekolah di daerah yang sulit. Pemerintah sungguh meneliti daerah yang pendidikannya lemah dan membantu peningkatan pendidikan dengan pengadaan sekolah, fasilitas, dan pengiriman guru. Perintah daerah membuka diri untuk menerima guru dari daerah lain, tidak hanya mementingkan orangnya sendiri yang sebenarnya tidak ada. Kerjasama pemerintah daerah dan pusat tentang pemerataan dan proses pendidikan di seluruh tanah air. Bantuan gratis untuk anak miskin dalam bersekolah harus terus dikembangkan. MUTU PENDIDIKAN Persoalan kedua yang besar dalam usaha mencerdaskan bangsa dan sekaligus menyiapkan orang-orang muda untuk nantinya rela membangun kesatuan bangsa Indonesia yang lebih baik adalah persoalan mutu pendidikan yang masih lemah. Mutu yang masih lemah ini menyangkut dua hal: (1) mutu ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dan (2) mutu dalam hal karakter atau moralitas hidup. Persoalan: Mutu pendidikan kita baik dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, serta moral masih dianggap rendah. Menurut firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Tempat pertama dan kedua diraih oleh Finlandia dan Korea Selatan. Indonesia (bersama Meksiko dan Brasil) berada di posisi terbawah. Menurut Pearson, negara-negara yang berhasil memberikan status tinggi pada guru dan memiliki budaya pendidikan. (BBC, 27/11/2012; Kompas, 27/11/2012) Mutu pendidikan juga tidak merata di seluruh tanah air. Di beberapa daerah mutu pendidikannya cukup baik, tetapi di daerah tertentu mutu pendidikan masih sangat rendah. Mutu pendidikan karakter/moral, yang sangat diperlukan dalam situasi saat ini, masih belum berjalan dengan baik. Padahal bila karakter dan moral anak bangsa

4 tidak semakin maju dan kuat, akan menjadikan mereka tidak dapat bersaing dalam pasar Asia dan globalisasi. Mutu moral dan karakter yang tidak kuat juga akan menjadikan bangsa Indonesia semakin lemah dan tidak punya daya tahan. Situasi kemerosotan moral/karakter Budaya pencotekan di semua lini pendidikan/sekolah; Budaya ketidakjujuran dalam proses belajar, mulai dari sekolah dasar sampai dengan program doktor; Konflik karena perbedaan; pemaksaan; Belum multibudaya, belum menerima perbedaan yang ada; Ini bahaya bagi persatuan Indonesia. Daya juang untuk sungguh menekuni bidangnya, sehingga sungguh kompetens, tidak sangat menonjol. Nilai kreativitas, inovatif, kritis, dalam belajar masih belum menonjol. Di masyarakat: budaya korupsi di dalam semua level kehidupan. Alasannya: Pendidikan masih kurang berfokus pada siswa. Siswa kurang diberi kebebasasn untuk berpikir kritis, menggali, menganalisis, berinovasi, dan melakukan sesuatu. Pendidikan masih terlalu menekankan hafalan dan bukannya pengalaman dan penggalian sendiri oleh siswa. Pendidikan karakter/ moral cukup lama hanya ditekankan dalam tulisan, dan bukan dalam praktek penghayatan. Anak kurang dilatih untuk melakukan nilai moral yang ditekankan. Misalnya, mereka diajarkan berbuat social, tetapi tidak dilatih melakukan tindakan social. Pendidikan terlalu menekankan pengetahuan, karena sekolah dan anak masih sangat menekankan UN. Maka praktek penghayatan karakter kurang mendapatkan tekanan. Pendidikan moral membutuhkan contoh real dari para orang tua dan masyarakat. Contoh tindakan baik ini sekarang agak sulit didapatkan oleh siswa, karena keluar dari sekolah mereka mengalami karakter lain yang dilihat dalam masyarakat seperti korupsi, ketidakjujuran, konflik, egoism kelompok, diskriminasi, dll. Dalam praktek anak juga mengalami konflik karena merasa yang harus baik itu hanya mereka, sedangkan bila orang dewasa tidak baik dibiarkan. Maka mereka menjadi berpura-pura juga. Guru kurang bermutu sehingga tidak mampu membantu siswa berkembang.

5 Kompetensi yang dibutuhkan di abad 21 ini Dalam bukunya 21 st Century Skills, Learning for Life in Our Times, Bernie Trilling dan Charles Fadel, menjelaskan pentingnya pengembangan ketrampilan yang dibutuhkan manusia pada abad 21: Critical thinking and problem solving- berpikir kritis dan penyelesaian persoalan Communication and collaboration Komunikasi dan kerjasama Creativity and innovation kreativitas dan pembaharuan. Digital literacy skills ketrampilan computer, digital. Ketrampilan itu harus menjadi ketrampilan lulusan kita, bila ingin dapat bersaing. Yang dibuat pemerintah dalam pendidikan Telah mulai menekankan pentingnya pendidikan karakter dan moral Misalnya menekankan 18 nilai karakter yang harus dipelajari siswa. Dalam kurikulum 2013, sangat sarat dengan nilai karakter dan moral serta ketakwaan yang ingin menitikberatkan pada pendidikan karakter. Pemikiran tentang pendidikan guru masa depan! Usulan Tekanan pendidikan harus lebih holistik, segi nilai karakter mendapatkan tekanan. Terutama dalam pendidikan dasar ditekankan: nilai keanekaragaman, hidup dalam kebinekaan, kejujuran. Pendidikan karakter harus melalui praktek, pembiasaan, dan bukan hanya lewat teori atau pengetahuan. Guru sendiri harus dapat menjadi contoh karakter, sehingga pendidikan karakter berjalan dengan baik. Kalau ingin mengajarkan nilai disiplin, maka guru harus juga berlaku disiplin dalam menngajar dll. Kalau mengajarkan kejujuran maka guru harus berlaku jujur pula. Pendidikan tidak dapat dilakukan hanya lewat sekolah, tetapi lewat orang tua dan masyarakat, maka orang tua dan masyarakat pun perlu membantu. Pemimpin pemerintah perlu menjadi contoh bukan sebaliknya contoh jelek bagi siswa. Media pun diharapkan membantu dengna menyajikan nilai yang baik sehingga anak dapat belajar; termasuk mengkritisi nilai yang kurang baik. Perhatian pemerintah ke depan tentang pendidikan harus lebih jelas. Dukungan presiden tentang guru dan pendidikan harus lebih jelas dapat didengar oleh anak anak dan guru serta warga pendidikan. Pendidikan guru ke depan harus lebih maju dan berkualitas lewat: pilihan calon mahasiswa yang sungguh berkualitas; lewat pendidikan yang bermutu;

6 lewat pengalaman lapangan yang sungguh menggigit. Model SM3T dapat didukung untuk menjadi salah satu alternatif yang baik. GURU??? Pendidikan yang holistik dan mengembangkan anak didik membutuhkan guru yang sungguh berkualitas dan mampu membantu siswa berkembang. Maka beberapa hal tentang peningkatan guru perlu mendapatkan perhatian seperti: Seleksi calon guru Proses pendidikan calon guru Karakter guru Profesionalitas guru. PENDIDIKAN TINGGI Kita punya PT begitu banyak, tetapi yang sungguh bermutu dan dapat bersaing dalam persaingan abad Asia dan globalisasi tidak banyak. Menjadi beban pemerintah untuk membantu agar PT-PT itu berkembang dan menjadi semakin bermutu. Agar PT sungguh berkembang, mereka yang kuat dan besar diberi otonomi untuk mengatur sendiri dirinya sehingga dapat berpacu dalam penelitian dan kerjasama dengan pihak manapun. PT yang masih lemah perlu dibantu agar pelan-pelan berkembang, sehingga mahasiswa mengalami pendidikan PT yang cukup baik. Juga di PT mahasiswa perlu dibantu untuk menjadi pribadi yang kreatif, inovatis, kritis, mau bekerjasama, bersemangat kesatuan, punya daya tahan dalam kesulitan, berkarakter tinggi. Acuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jeneral MR RI, 2002. UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Depdiknas RI, Jakarta, 2003. Menyiapkan Guru Masa Depan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Dikti, Kemdikbud, 2013. Bernie Trilling & Charles Fadel. 2013. 21 st Century Skills, Learning for Life in Our Times.