BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan produk, perusahaan dituntut untuk memikirkan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (sekunder). Oleh sebab itulah, kegiatan ekonomi dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. Persada, 2009), Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan memenuhi kebutuhan hidup adalah kewajiban bagi seluruh umat

BAB V PEMBAHASAN. bank syariah dengan bank syariah yang lain. 96 Maka dari itu bank harus

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

implementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. namun perkembangannya mulai marak pada dekade 90-an. Ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

Jawaban UAS PLKS 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dimana sektor ekonomi menjadi tolok ukur kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. maka berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Bank merupakan

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan secara cermat, karena upaya peningkatan kualitas jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi syariah merupakan ajaran yang mengedepankan nilai - nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profit merupakan sesuatu yang sangat vital bagi semua unit usaha (perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Lembaga-lembaga keuangan syariah berupa bank syariah

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha antar bank syariah yang semakin tajam dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di. yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, dalam sistem keuangan Islam lembaga-lembaga keuangan non bank yang diperlukan memiliki peran yang hampir sama. Perbedaannya terletak pada prinsip dan mekanisme operasional dengan menghapuskan sistem bunga, baik dalam mekanisme investasi (langsung ataupun tidak langsung dan pasar uang antar bank) praktek atau system bebas bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi konvensional menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin memperoleh layanan atau jasa perbankan tanpa harus melanggar larangan riba, karena dalam Islam riba merupakan sesuatu yang dilarang (Yusuf, 2007: 364). Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syari ah (LKMS) atau micro finance syari ah yang berbentuk badan hukum koperasi. Terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Sebagai lembaga keuangan syari ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi, maka BMT 1

mempunyai peranan penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat (Heri, 2003: 107). Perkembangan BMT di Indonesia sangat signifikan. Berkembangnya BMT tersebut tidak terlepas dari perkembangan kinerja dari BMT itu sendiri, pada tahun 2015 telah mencapai asset sebesar Rp 4,7 triliun, dan jumlah pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun (harianterbit.com). Sedangkan di Yogyakarta, BMT di kota Yogyakarta pada tahun 2015 juga terus tumbuh secara signifikan hingga mencapai Rp 900 miliyar. Nilai asset keseluruhan BMT sudah jauh lebih tinggi dibanding kondisi pada tahun 2011 yang hanya berkisar Rp 400 Miliyar (jogja.tribunnews.com). Dalam pengembangannya, lembaga keuangan syari ah khususnya pada BMT menghadapi sejumlah tantangan yang harus dihadapi dengan berbagai macam langkah strategi. Oleh karena itu, strategi bisnis sangat diperlukan untuk meningkatkan nasabah. Kenyataannya pelayanan yang baik pada akhirnya akan mampu memberikan kepuasan kepada nasabah, serta akan mampu untuk menarik image perusahaan sehingga citra perusahaan dimata pelangan atau nasabah terus meningkat pula (Kasmir, 2005: 2). Dalam pengelolaan bisnis, termasuk bisnis yang menerapkan prinsip syari ah memerlukan kinerja seorang marketing, karena marketing adalah ujung tombak dari suatu bisnis. Meskipun perusahaan telah berhasil menjualkan produk-produknya, tentu proses marketing harus terus berkelanjutan disertai dengan peningkatan-peningkatan kinerja marketing hingga peningkatan bisnis sampai pada optimalitasnya (Rivai, 2009: 182). 2

Seiring dengan kualitas pelayanan seorang marketer yang dapat memuaskan nasabah, perusahaan memiliki peluang untuk mendapatkan nasabah yang loyal. Pemahaman loyalitas nasabah sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksi atau pembiayaan ulangnya saja. Melalui sebuah kinerja diharapkan tidak hanya kepuasan saja yang akan didapatkan, melainkan melebihi dari kepuasan nasabah yaitu loyalitas nasabah. Ketika perusahaan mempunyai banyak nasabah yang loyal, hal ini akan mempermudah perusahaan dalam mengembangkan produk-produknya. Namun tidak jarang demi keuntungan, banyak yang nekat menggunakan cara-cara batil yang lepas dari nilai tauhid. Dalam hal ini mengakibatkan mereka jauh dari Allah, tidak mendapat berkah akhirnya mengantarkan mereka pada kehancuran (Hasan, 2009: 1). Dalam kondisi semacam itu menyadarkan kita bahwa etika dan moral dalam suatu bisnis menjadi suatu keharusan. Pada lingkungan bisnis yang tidak jarang mengabaikan etika merupakan sumber daya yang semakin langka bagi perusahaan. Tidak hanya langka, ia merupakan sumber daya yang bisa dipengaruhi menjadi komponen penting daya saing suatu perusahaan. Dari sinilah kemudian muncul paradigma baru dalam perusahaan, yang dilandasi oleh kebutuhan yang paling pokok dan yang paling dasar yaitu moral dan etika dalam bisnis. Inilah syari ah marketing (Kertajaya, 2006: 6). Kertajaya (2006: 25) mengartikan marketing atau pemasaran sebagai salah satu bentuk mualamah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan 3

syari ah. Sedangkan syari ah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang sesuai dengan nilai dan prinsip syari ah. Jadi dengan syari ah marketing, seluruh proses tidak boleh ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islami. Selama proses bisnis ini dapat dijamin atau tidak menyimpang terhadap prinsip syari ah, maka setiap transaksi apapun dalam pemasaran dapat diperbolehkan. Lain halnya dalam kegiatan pemasaran secara umum (konvensional) orientasi utamanya adalah mendistribusikan (menjual) barang atau jasa sebanyak-banyaknya demi mencapai target pendapatan (keuntungan) yang telah ditetapkan perusahaan. Bahkan terkadang pelaku bisnis yang berorientasi pada keuntungan semata seperti ini cenderung untuk melakukan berbagai cara, tanpa peduli apakah cara yang digunakan bertentangan atau menyimpang dengan ajaran agama Islam. Hal ini yang menjadi pembeda antara konsep pemasaran syari ah dengan konsep pemasaran konvensional. Dimana dalam suatu pemasaran syari ah tidak hanya berorientasi pada profit semata, melainkan juga berorientasi pada pertanggungjawabannya kelak kepada Tuhan (akhirat), sehingga cenderung untuk menggunakan cara atau proses yang selayaknya dibenarkan dalam agama Islam. Kertajaya (2006: 28) mengemukakan ada 4 karakteristik syari ah marketing yang menjadi panduan bagi pemasar yaitu: Pertama, Teistis (Rabbaniyah) merupakan salah satu ciri khas yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional karena sifatnya yang religius (diniyyah). Kedua, Etis (Akhlaqiyyah) merupakan seorang marketer selalu mengedepankan akhlak 4

(moral dan etika) dalam seluruh aspek kehidupannya. Ketiga, Realistis (Al- Waqi iyyah) yaitu seorang pemasar bekerja secara professional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan. Keempat, Humanistis (Al-Insaniyyah) diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal tersebut dapat dikatakan prinsip ukhuwah insaniyyah (persaudaraan antar manusia). Penerapan karakter dan prinsip-prinsip syari ah pada kinerja marketing, diharapkan akan memunculkan karakter bisnis berkinerja tinggi yang akan mampu memberikan kepuasan tidak saja kepada konsumennya namun kepada stakeholder lainnya. Dapat pula meningkatkan karakter spiritual bisnis yang mampu menjaga pada pelaku bisnis yang Islami hingga memunculkan keyakinan pada kepuasan yang diridhai Allah (Rivai, 2009: 183). Sebuah lembaga yang menjalankan prinsip syari ah adalah perusahaan yang tidak berhubungan dengan bisnis judi, riba, dan produk-produk haram. Namun, walaupun bisnis perusahaan tersebut tidak berhubungan dengan kegiatan bisnis yang diharamkan, terkadang taktik yang dipakai dalam memasarkan produk-produk mereka masih berhubungan dengan cara-cara yang tidak etis. Padahal gharar, zhulm (tidak adil) dilarang dalam syariat Islam. Oleh karena itu diperlukan lembaga-lembaga perbankan yang Islami sehingga umat Islam dalam penyaluran dananya sesuai dengan syariat Islam. BMT Bina Ihsanul Fikri merupakan salah satu lembaga keuangan yang dalam praktiknya melandaskan pada prinsip-prinsip syari ah. 5

BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) merupakan lembaga keuangan syari ah yang menitik beratkan pada pemberdayaan ekonomi kelas bawah yang didirikan dan dimiliki oleh masyarakat pada tahun 1996 di daerah Gedong Kuning Yogyakarta. Berikut adalah produk-produk yang ada di BMT Bina Ihsanul Fikri. Tabel 1.1 Produk-Produk di BMT Bina Ihsanul Fikri No. Nama-Nama Produk Penggolongan 1 Tabungan - Tabungan Wad diah - Tabungan Mudharabah Sumber: Profil BMT Bina Ihsanul Fikri, 2014 Jenis-Jenis Produk - Wad diah Amanah - Wad diah Dhomanah - Tabungan Umum - Tabungan Qurban - Tabungan Pendidikan - Tabungan Haji - Tabungan Walimah 2 Deposito Mudharabah 3 Pembiayaan - Murabahah - Musyarakah 4 Jasa Hiwalah Produk-produk yang terdapat di BMT Bina Ihsanul Fikri menunjukkan BMT Bina Ihsanul Fikri sudah menggunakan prinsip syari ah. Simpanan di BMT Bina Ihsanul Fikri (seperti yang terlihat pada tabel diatas) diantaranya tabungan wad diah yakni titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemilik atau anggota. Tabungan mudharabah yakni simpanan umum dimana BMT Bina Ihsanul Fikri memiliki kewenangan penuh untuk mengelolanya sesuai dengan prinsip syari ah. Deposito menggunakan sistem mudharabah yaitu simpanan yang jangka waktu pengambilannya sudah dipastikan. Sedangkan 6

produk pembiayaan BMT Bina Ihsanul Fikri diantaranya murabahah dan musyarakah. Murabahah yakni BMT dan nasabah menyepakati nilai nominal keuntungan atas suatu transaksi pembiayaan, disarankan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Sedangkan musyarakah yakni BMT dan nasabah menyepakati suatu nisbah atau prosentase bagi hasil atas usaha yang dijalankan, disarankan untuk pembiayaan yang digunakan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Pada produk jasa di BMT Bina Ihsanul Fikri yakni hiwalah, merupakan jasa talangan dana yang dibutuhkan sangat cepat sementara piutang nasabah ditempat lain belum jatuh tempo. Dalam perkembangannya BMT Bina Ihsanul Fikri secara umum dalam pertumbuhan jumlah penabung dan peminjam dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bukti-bukti peningkatan jumlah nasabah dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.2 Jumlah Penabung dan Peminjam Tahun 2008-2014 No Data 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Penabung 8.340 12.890 14.268 16.576 20.941 25.130 29.031 2. Peminjam 5.421 6.842 7.786 8.646 9.782 9.635 9.873 Jumlah 8.340 12.890 14.268 16.576 20.941 25.130 29.031 Sumber: Profil BMT Bina Ihsanul Fikri, 2014 Pada tahun 2013 jumlah nasabah penabung di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta sebanyak 25.130 orang, dan jumlah nasabah peminjam sebanyak 9.635 orang. Pada tahun 2014 jumlah nasabah penabung sebanyak 29.031 orang, dan jumlah nasabah peminjam sebanyak 9.873 orang. Peningkatan jumlah nasabah ini menunjukkan bahwa Trust (Kepercayaan) yang diberikan para nasabah kepada BMT Bina Ihsanul Fikri sangat besar. 7

Berikut diagram yang juga menunjukkan pertumbuhan jumlah penabung dan peminjam di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Penabung Peminjam Sumber : Profil BMT Bina Ihsanul Fikri, 2014 Gambar 1.1 Pertumbuhan Jumlah Penabung dan Peminjam di BMT BIF Diagram diatas menunjukkan pertumbuhan jumlah penabung dan peminjam di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Meskipun pada tahun 2013 pada nasabah peminjam sempat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun pada tahun 2014 jumlah nasabah peminjam kembali meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya kepuasan bagi nasabah dapat dilihat dari kualitas pelayanannya yang baik, terciptanya hubungan yang harmonis antara nasabah dengan BMT, kualitas produk yang dirasakan cocok dan dapat diterima baik oleh nasabah. Peneliti memilih nasabah pembiayaan karena dilihat dari jumlah nasabah pembiayaan yang meningkat dan nasabah pembiayaan lebih beragam dalam pemilihan produk, serta peneliti juga dapat mengetahui secara perinci aktivitas usaha apa saja yang dilakukan oleh para nasabah diberbagai sektor usaha. Yang menjadi permasalahan bagi peneliti adalah dengan kualitas pelayanan 8

seorang marketer yang dapat memuaskan nasabah, perusahaan memiliki peluang untuk mendapatkan nasabah yang loyal. Namun tidak jarang demi keuntungan banyak yang nekat menggunakan cara-cara yang batil. Dalam kondisi semacam itu menyadarkan bahwa etika dan moral dalam suatu bisnis menjadi suatu keharusan. Padahal diketahui marketing berbasis syari ah selalu mengedepankan akhlak mulia, selalu bersikap profesional, dan selalu mengedepankan ukhuwah Islamiyah. Dari pemikiran tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian dengan mengambil judul, IMPLEMENTASI KARAKTERISTIK SYARI AH MARKETING PADA KINERJA MARKETING DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPUASAN DAN LOYALITAS NASABAH PEMBIAYAAN (STUDI KASUS BMT BINA IHSANUL FIKRI CABANG REJOWINANGUN YOGYAKARTA). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi karakteristik syari ah marketing pada kinerja marketing BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Rejowinangun Yogyakarta? 2. Bagaimana implementasi kinerja marketing dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Rejowinangun Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan implementasi karakteristik syari ah marketing pada kinerja marketing BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Rejowinangun Yogyakarta. 9

2. Untuk mendeskripsikan implementasi kinerja marketing dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Rejowinangun Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis yaitu dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan berupa pengembangan ilmu yang berkaitan dengan lembaga keuangan syari ah dan sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan teori dan praktek tentang syari ah marketing dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah. b. Bagi BMT Bina Ihsanul Fikri dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi lembaga tersebut, serta sebagai bahan evaluasi kinerja dalam meningkatkan kualitas pelayanan BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Rejowinangun Yogyakarta melalui pendekatan syari ah marketing yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari ah dalam Islam. c. Bagi nasabah dapat mengetahui kinerja marketing berbasis syari ah dalam melakukan pelayanan. 10

E. Sistematika Pembahasan 1. Bagian Awal Terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar dan grafik. 2. Bagian Isi BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat rangkaian tentang tinjauan pustaka terdahulu yang relevan dan terkait dengan tema skripsi, yaitu artikel ilmiah, hasil penelitian, maupun buku. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan. BAB IV : GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, deskriptif responden dan data peneliti, uji validitas dan 11

reliabilitas, deskrispsi variabel penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran dan rekomendasi. 3. Bagian Akhir Dalam bagian terdiri dari daftar pustaka, dan daftar lampiran-lampiran. 12