BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang layak serta terhindar dari berbagai masalah. Masalah yang dihadapi setiap orang sangat bervariasi dan rumit bila dikaji lebih mendalam, sehingga mereka harus berusaha untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Ada banyak cara yang sering dilakukan oleh manusia untuk mengatasi masalahnya, diantaranya dengan mencari orang lain untuk saling berbagi cerita dan masalahnya. Hal ini tidak terlepas dari kehidupan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha hidup dalam kebersamaan membentuk kelompok. Pada umumnya untuk mencapai kebersamaan dalam kehidupan berkelompok yang saling melengkapi, dibutuhkan sikap yang baik. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil keputusan, lebih - lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang jelas dalam mengambil keputusan, akan berdampak positif dalam mengatasi kesulitan yang dialami secara tegas dan benar dengan beberapa kemungkinan atau alternatif. Begitu pula sebaliknya, orang yang memiliki sikap yang tidak jelas dalam mengambil keputusan, akan berdampak negatif dalam mengatasi kesulitan yang dialami secara tegas dengan beberapa kemungkinan atau alternatif. Kemungkinan atau alternatif yang diambil telah dipikirkan akibat yang akan terjadi apakah menguntungkan atau merugikan tergantung pertimbangkan yang matang.
Sikap adalah sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir tetapi diperoleh dalam proses perkembangan individu melalui interaksinya dengan lingkungan. Dari lingkungan sikap itu dibentuk melalui pengamatan terhadap objek yang menjadi daya tarik. Proses interaksi individu yang senantiasa melibatkan objek tertentu mengakibatkan terbentuknya sikap tertentu dan dapat pula merubah sikap tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa proses pembentukan dan perubahan sikap adalah akibat dari terjadinya interaksi individu dengan objek. Sikap itu selalu menghubungkan individu dengan objek. Bila individu tidak mengadakan interaksi dengan objek dalam lingkungannya maka ia tidak mampu membentuk suatu sikap. Pada dasarnya apapun sikap seseorang yang ditampilkan sebagai respons terhadap objek selalu ada dua alternatif yaitu senang atau tidak senang, positif atau negatif yang akhirnya akan menjadi penentu bagi perilakunya. Sikap terbentuk selama individu itu berkembang dan dalam proses pembentukan sikap selalu dipengaruhi oleh macam-macam faktor baik yang berasal diri individu berupa motivasi dalam diri maupun yang berasal dari luar diri individu diantaranya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media massa, agama serta pendidikan di sekolah. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal menyediakan layanan konseling kelompok yang dilakukan oleh seorang konselor yang ahli dibidangnya dengan tujuan untuk membantu pengembangan pribadi siswasiswi seperti afeksi, wawasan, kognisi dan sikap yang objektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang termuat juga dalam UU No. 20 tahun 2003 stentang sistem pendidikan nasional, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan dapat terwujud. Bimbingan dan konseling adalah bagian integral dari sekolah yang turut mengambil bagian dalam tugas kependidikan dan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah adalah konseling kelompok. Layanan konseling kelompok ini bertujuan membentuk manusia muda yang mampu mengembangkan dirinya dengan mengandalkan kemampuannya, mengatasi masalah yang dialami serta membantu pemecahan masalah dalam hal ini afeksi, perilaku, kognisi dalam diri siswa-siswi berkaitan dengan keadaan dalam diri maupun lingkungan, serta memberikan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh siswa-siswi. Layanan konseling ini akan sangat membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya, baik di sekolah maupun di masyarakat apabila dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa. SMPK Sancta Familia merupakan salah satu sekolah yang menyediakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok ini sangat penting untuk dilaksanakan. Namun kenyataannya layanan konseling kelompok tidak mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa-siswi yang tergabung dalam konseling kelompok tidak dapat mengikuti kegiatan konseling kelompok dengan baik. Banyak diantara mereka yang menunjukkan berbagai sikap yang kurang mendukung kegiatan konseling kelompok. Data awal yang diperoleh peneliti melalui kegiatan pengamatan selama berada di
SMPK Sancta Familia Kupang, menunjukkan bahwa siswa-siswi pada kelas VIII di Sekolah SMPK Sancta Familia Kupang kurang serius dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok. Hal ini terbukti dengan sikap yang sering mereka tunjukkan seperti, bersikap masa bodoh terhadap masalah teman-temannya, tidak aktif dalam memberikan tanggapan terhadap masalah yang sedang dibahas, sering menggangu temannya, serta tidak punya keberanian dalam mengemukakan masalahnya. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SMPK Sancta Familia pada kelas VIII, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Sikap Siswa Terhadap Pelaksanaan Konseling Kelompok (Studi deskriptif kuantitatif pada Kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : a) Masalah umum Masalah umum penelitian ini untuk mengetahui : Bagaimana kecenderungan Sikap Siswa Kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang Tahun Pelajaran 2013/2014 Terhadap Pelaksanaan Konseling Kelompok? b). Masalah khusus Bertolak dari masalah umum tersebut, maka masalah khusus dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kecenderungan kognisi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok? 2. Bagaimana kecenderungan afeksi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok? 3. Bagaimana konasi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a) Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kecenderungan Sikap Siswa Kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang Tahun Pelajaran 2013/2014 Terhadap Pelaksanaan Konseling Kelompok. b). Tujuan khusus Sejalan dengan tujuan umum maka tujuan khusus penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui kecenderungan kognisi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok.
2) Untuk mengetahui kecenderungan afeksi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok. 3) Untuk mengetahui konasi siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok. 2. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat menyumbang informasi yang berguna bagi pihak - pihak sebagai berikut: a. Konselor Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan kegiatan konseling kelompok sekaligus meningkatkan kemampuan konselor dalam bidang konseling. b. Kepala sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk mengambil kebijakan dan pengawasan demi terciptanya penyelenggaraan layanan konseling kelompok di Sekolah. c. Siswa Siswa-siswi dapat memahami dan memanfaatkan layanan konseling kelompok sebagai sarana untuk membantu dirinya berkembang kearah pengenalan diri yang positif dan dapat membantu mengatasi masalahnya demi mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
d. Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi bagi peneliti dalam mengolah konseling kelompok dengan baik dan bermanfaat bagi siswa. D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Populasi dan sampel : Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang. 2. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014. 3. Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan April pada tahun 2014. 4. Variabel penelitian Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel. Dengan demikian rumusan variabel penelitian ini yaitu : Sikap siswa kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap pelaksanaan konseling kelompok. E. Penegasan Konsep Penegasan konsep adalah upaya untuk menjelaskan atau mendefenisikan secara lebih operasional istilah - istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini sehingga menjadi jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan interpretasi para pembaca. Istilah yang dijelaskan merupakan titik tolak atau
dasar berpijak bagi peneliti dalam merumuskan teori atau temuan - temuan dalam penelitian ini. 1. Sikap Thurstone dalam Aswar, (2012:5) mengatakan : Sikap sebagai afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek. Menurut Allport dalam Aswar, (2012:5) Sikap merupakan Semacam kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Menurut Backman dkk dalam Aswar, (2012:5) Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal pemikiran /kognisi (kognisi), afeksi (afeksi), dan kecenderungan bertingkah laku (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar. Berdasarkan pendapat para ahli tentang sikap, maka peneliti bersimpulan bahwa sikap adalah pemikiran/kognisi, afeksi dan kecenderungan bertingkah laku untuk melakukan suatu respon dengan cara tertentu baik positif atau setuju maupun dengan cara negatif atau tidak setuju. Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksudkan dengan sikap adalah suatu respon atau tanggapan siswa siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 berupa kecenderungan kognisi, kecenderungan afeksi dan konasi terhadap pelaksanaan konseling kelompok yang diperolehnya. 2. Konseling kelompok Menurut Winkel (1991:83) konseling kelompok merupakan Bentuk khusus dari layanan konseling yaitu wawancara konseling antara konselor
profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Ohlesun dalam wibowo, (2005:8) mengatakan : Layanan konseling kelompok merupakan pengalaman terpenting bagi orang - orang yang tidak memiliki masalah emosional yang serius. Gadza, dkk dalam Wibowo, (2005:8) mengatakan : Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antara pribadi yang terpusat pada pribadi yang dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi - fungsi seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Berdasarkan pendapat para ahli tentang konseling kelompok, maka peneliti bersimpulan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang yang tidak memiliki masalah emosional yang serius dengan melibatkan fungsi - fungsi seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksudkan dengan konseling kelompok adalah suatu proses wawancara konseling antara konselor profesional dengan siswa siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 yang tidak memiliki masalah emosional yang serius dengan melibatkan fungsi-fungsi seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. 3. Sikap siswa terhadap pelaksanaan konseling kelompok Dari uraian pengertian para ahli tersebut maka peneliti bersimpulan bahwa sikap siswa terhadap layanan konseling kelompok
merupakan respon atau tanggapan berupa kognisi, afeksi dan konasi yang diberikan oleh siswa-siswi kelas VIII SMPK Sancta Familia Kupang tahun pelajaran 2013/2014 terhadap masalah yang dialami oleh anggota kelompok yang tidak memiliki masalah emosional yang serius dengan melibatkan fungsi - fungsi seperti berorientasi pada kenyataan, saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukun