BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Hanif,2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hilman Nuha Ramadhan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Sampai saat ini, matematika merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat memunculkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu pendapat, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. disiplin. Hal ini memberikan anggapan bahwa komunikasi dalam. komunikasi memiliki peranan penting bagi siswa antara lain dalam

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN. sangat berguna dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. konsep berkomonikasi, berintreraksi serta menerima informasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh: LAILATUL HIJRIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dan dalam upaya. memahami ilmu pengetahuan yang lainnya. Tujuan dari pendidikan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dan interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat rendah. Hasil penelitian Suryanto dan Somerset terhadap 16

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

BAB I PENDAHULUAN. hambatan tersebut akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan. mudah untuk menyampaikan suatu pendapat. Anak dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika lebih menekankan pada konsepsi awal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi. Mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dari beberapa hal yang diajarkan di sekolah, matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat dekat

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah bergeser,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan matematika sangat penting untuk di ungkapkan. Dalam. Gambaran anak anak dalam mengikuti pelajaran mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh NATALIA ERNAWATI NIM

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah disiplin ilmu yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran dan sumbangan matematika, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi sangat lambat, bahkan bisa jadi akan berhenti berkembang sama sekali. Karena perannya yang begitu besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dikatakan bahwa matematika adalah ratu dari ilmu pengetahuan. Pada salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu fisika, konsep limit, turunan, dan integral digunakan untuk menentukan hubungan antara jarak tempuh, kecepatan, dan percepatan suatu benda. Pada salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial, yaitu ekonomi, konsep persamaan garis digunakan untuk menentukan keseimbangan harga. Konsep turunan dan program linear digunakan untuk menetukan keuntungan maksimum yang dapat dicapai suatu perusahaan yang menjual barang atau jasa. Karena konsep-konsep dalam matematika banyak digunakan dalam berbagai cabang di ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial, pemahaman konsep matematika yang benar dan baik, akan memberikan keuntungan bagi siswa, terutama siswa di jenjang SMA. Keuntungan tersebut berupa kemudahan dalam proses memahami konsep-konsep yang ada di ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Sehingga, angka harapan peningkatan prestasi siswa di sekolah akan menjadi lebih tinggi. Penguasaan konsep-konsep dalam matematika dapat dicapai oleh siswa apabila guru telah mampu melaksanakan pembelajaran matematika sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, Pembelajaran matematika harus diwujudkan dalam bentuk proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam kondisi belajar matematika yang interaktif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa (Ramadhan, 1 : 2013). Dalam 1

NCTM (2000), pembelajaran matematika seharusnya mampu membuat peserta didik agar mengerti terhadap apa yang dipelajarinya, membelajarkan peserta didik, dan memberikan dukungan kepada peserta didik agar mampu belajar dengan baik. Pada kenyataannya, pembelajaran matematika pada saat ini masih belum sesuai dengan harapan. Seperti yang dilansir pada properti.kompas.com, Latief (2011) berpendapat bahwa pembelajaran matematika yang ada saat ini hanya menjadikan guru matematika yang membosankan. Selain itu, Iwan Pranoto, seorang pakar matematika dari Institut Teknologi Bandung (Latief, 2011) menyatakan...siswa Indonesia dengan profisiensi di bawah level dua sangat tinggi, mencapai 76,6 persen dari populasi. Juga tampak, jika dibandingkan dengan 2003, kondisinya hampir tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika yang sekarang tidak mampu mengangkat ke level dua atau lebih. Salah satu penyebab guru matematika membosankan, karena guru masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional sebagai senjata utama mereka dalam menjelaskan materi. Umumnya, pada model pembelajaran konvensional komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi rendah. Kemampuan komunikasi matematis yang rendah dapat mengakibatkan siswa kesulitan mengemukakan gagasan yang ada dalam pikirannya untuk menjawab pertanyaan dari guru, siswa lain, maupun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di lembar soal. Dalam model pembelajaran konvensional, guru mendominasi dan mengatur hampir seluruh kegiatan pembelajaran. Tugas siswa hanyalah duduk manis mendengarkan guru berceramah dan menjelaskan materi yang sedang dipelajari. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa diibaratkan sebagai gelas kosong yang siap diisi oleh guru. Model pembelajaran konvensional seringkali membuat siswa merasa bosan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan 2

pembelajaran di kelas. Siswa hanya diposisikan sebagai pendengar pasif yang harus mendengar dan merekam yang mereka dengar dari gurunya dalam tulisan di buku. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran matematika yang tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar pasif saja. Tapi juga sebagai seorang siswa yang diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapatnya dan didengar oleh guru dan rekan-rekannya. Belajar mendengar dan menghargai pendapat rekannya, memberikan komentar atau masukan atas pendapat rekannya, kemudian bersama-sama merangkum hasil diskusi bersama. Model pembelajaran yang kiranya tepat untuk membuat siswa tidak sekedar menjadi pendengar yang pasif dalam kegiatan belajar di kelas dan dapat memfasilitasi siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah penerapan model pembelajaran collaborative learning. Nizar (Nurbono: 2012) berpendapat bahwa collaborative learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota kelompok. Sedangkan, menurut Gunawan (Nurbono: 2012) collaborative learning bukan hanya sekadar bekerja sama dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh di dalam kelas. Proses tersebut harus meliputi : 1. Bagaiman cara guru berkomunikasi dengan murid dalam kaitannya dengan informasi yang akan diajarkan dan bagaimana guru menentukan kriteria penilaian tes? 2. Bagaimana cara murid berkomunikasi dengan guru dan dengan murid lainnya? 3. Apakah komunikasi yang terjadi di kelas adalah komunikasi dua arah atau tidak? 3

4. Apakah komunikasi yang terjadi mencakup bentuk tulisan, ucapan, dan peragaan? Berdasarkan uraian dari Gunawan (Nurbono: 2012), inti dari collaborative learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan aspek komunikasi secara utuh sehingga model pembelajaran collaborative learning dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk menginformasikan pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui tulisan atau suatu media. Komunikasi yang terjadi haruslah berjalan dua arah. Agar komunikasi yang terjadi tidak berjalan satu arah, pembawa pesan harus memikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima pesan. Sedangkan, komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus atau algoritma, atau strategi pemecahan suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam komunikasi adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesan dapat langsung secara lisan maupun tak langsung melalui tulisan atau media lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. (NCTM, 2000 : 348) berpendapat bahwa hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika adalah komunikasi. Sehingga, kemampuan komunikasi matematis sangat penting bagi siswa. Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Selain itu, tanpa kemampuan komunikasi matematis yang memadai, siswa akan kesulitan untuk menyamapaikan gagasan dan ide yang ada dalam pikirannya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis akan melakukan suatu penelitian 4

eksperimen dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Collaborative Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA Kelas X. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana respon siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran konvensional 2. Untuk mengetahui respon siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran collaborative learning D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis 5

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dalam mengembangkan model pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi banyak pihak untuk mengembangkan model pembelajaran Collaborative learning. 6