2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tertuang dalam konstitusi negara bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan yang dirumuskan oleh para pahlawan pada saat meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan tersebut mengandung arti bahwa Indonesia harus mempunyai kemauan untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya. Untuk mencapai tujuan nasional haruslah didorong dan didukung oleh berbagai aspek kehidupan, salah satu aspek kehidupan yang mempunyai kontribusi besar dan dapat diselaraskan dengan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan sejatinya akan merubah perilaku seseorang, baik dari tingkahlaku, pemikiran ataupun tindakan. Melalui perubahan tersebut maka seseorang akan mengerti dan memahami apa yang seharusnya diperbuat. Menurut Sofhian (2011, hlm. 6) pendidikan dapat diartikan segala proses perubahan sikap dan perilaku individu atau kelompok individu melalui pengayaan pengetahuan dan penguatan keasadaran. Dari titik ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan hanya akan dapat memberi pengaruh berupa perubahan atau pendewasaan sikap dan perilaku bagi seseorang ketika segala pengetahuan yang didapatkan pada proses tersebut berubah menjadi kesadaran. Secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal yang perlu kita sadari bahwa melalui usaha secara terencana dengan tujuan yang jelas maka akan dihasilkan warga negara yang berkompeten dan berkualitas. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan sebagaimana tertulis :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab Dari fungsi dan tujuan yang ada, bahwa pendidikan yang seutuhnya dapat membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan membantu dirinya untuk menjadi manusia cerdas serta mampu mewujudkan tujuan bangsanya. Salah satu displin keilmuan yang selaras dengan dasar konstitusi negara Indonesia adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pasal 37 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum : isi kurikulum setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan tinggi wajib memuat (a) Pendidikan Agama; (b) Pendidikan Kewarganegaraan dan (c) Bahasa. Pernyataan tersebut menandakan bahwa hanya ada 3 muatan wajib dalam setiap jenjang pendidikan, dilihat dari keagaaman atau spiritual untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa akan diisi oleh Pendidikan Agama, dilihat dari pembentukan ahlak yang mulia dan menjadi warga negara yang baik bertanggungjawab akan dibahas dalam PKn dan dilihat dari komunikasi antar warga negara akan disampaikan oleh Bahasa. Secara subtatantif dan pedagogis PKn didesain untuk mengembangkan warganegara yang cerdas dalam seluruh jalur dan jenjang pendidikan, serta sudah menjadi bagian inheren dari implementasi pendidikan nasional Indonesia dalam lima status : 1. Sebagai mata pelajaran disekolah; 2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi; 3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru; 4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Ganeswara (2008, hlm. 1) Dari lima status yang tertulis dapat disimpulkan bahwa PKn sangat erat kaitannya dalam mengembangkan pendidikan di setiap jenjangnya. Sejalan dengan

paradigma baru yang menyebutkan, PKn (Civic Education) sebagai salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor value based education dengan kerangka sistemik sebagai berikut : 1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berahlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab; 2. Secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic despotition, dan civic skill) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks susbtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara; 3. Secara programatik, menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara. Budimansyah, 2003 (dalam Komalasari, 2010, hlm. 265) Berdasarkan pada pandangan yang membahas tentang PKn yang begitu fundamental kiranya warga negara dalam hal ini adalah siswa harus diberi asupan konsep-konsep pendidikan kewarganegaraan sejak dini, menimbang banyak hal positif yang termuat didalamanya. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) konsep pemahaman ini disampaikan sebagai suatu mata pelajaran yang harus diterima oleh siswa dari seorang guru. Melalui guru mata pelajaran maka segala hal yang berkaiatan dengan PKn akan ditransformasikannya lewat suatu proses pembelajaran di kelas. Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Merujuk pada pendapat Komalasari bahwa melalui kegiatan pembelajaran maka siswa atau warga Negara sebagai subjek yang akan mengikuti proses pembelajaran yang dirancang dari awal perencanaan sampai dengan hasil

pembelajaran diharapkan mampu mencapai standar kompetensi yang sudah ditentukkan. Namun disisi lain terdapat permasalahan yang timbul dalam pembelajaran PKn disekolah. Berdasarkan hasil kajian dari penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai mata pelajaran PKn, ini terlihat ketika mengikuti proses pembelajaran sebagian besar siswa bersikap pasif serta siswa lebih bersifat pasif dengan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan yang aktif dalam pembelajaran hanya guru saja Oktafia (2014, hlm. 2). Sama halnya dengan Awaliah (2014, hlm. 1) yang menyebutkan bahwa model pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan tidak bervariasi sehingga menyebabkan pemahaman siswa sangat rendah. Begitupun dengan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B SMPN 26 Bandung dapat dikatakan partisipasi belajar siswa tergantung kepada guru yang menyampaikan, apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah, selain itu kondisi siswa yang masih dalam masa transisi dari bangku Skolah Dasar (SD) naik satu tingkat ke SMP meraskan kesulitan dalam menerima materi ajar, oleh karenanya kepiawaian seorang guru sangat dituntut dalam permasalahan ini. Seperti yang dipaparkan oleh Karawati (2010, hlm. 4) : Salah satu jawaban yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan perbaikan sistem pembelajarannya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru dituntut untuk menyajikan pelajaran dengan kemasan menarik yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bagaimanapun substansinya. Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan, statergi, metode, teknik dan model pembelajaran yang kekinian yang mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Sebagaimana Sudjana dalam Hayati (2001, hlm. 6) menyebutkan partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional partisipasi

merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain : 1) Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan keterampilan membuat translation. 2) Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial, dan faktor-faktor sosial. 3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan. 4) Kebutuhan meliputi, kebutuhan approach (mendekatkan diri), avold (menghindari), kebutuhan individual. 5) Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, mian dan perhatian (Sudjana dalam Hayati, 2001, hlm. 16). Terdapat pula pandangan Hanif (2010) bahwa tinggi rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari keadaan atau aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan tinggi jika lebih dari 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan sedang jika 40% - 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan rendah jika kurang dari 40% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian partisipasi belajar siswa harus mendapat perhatian khusus dari seorang guru, karena keberhasilan pembelajaran dapat diukur melalui partisipasi belajar siswa. Untuk itu guna meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMPN 26 Bandung kali ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran word square. Menurut Laurance Urdang (1986) dalam skripsi Ekawijana (2011) word square is a set of work such that whenarranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang disusun saat di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Menurut Mujiman (2007) mengatakan model pembelajaran word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat di identifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dilapangan terdapat banyak penelitian yang menggunakan konsep pembelajaran kekinian yang serupa yakni dengan mengkolaborasikan konsep konsep pembelajaran cooperative learning. Seperti yang telah dilakukan Sulastri (2012) hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dari

penggunaan model pembelajaran word square dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab di kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas control, penelitian lain dilakukan oleh Bakti Raja (2012) yang dapat dideskripsikan bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Serta Sri (2012) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian terdahulu, sangatlah jelas bahwa model pembelajaran ini memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar utamanya dalam proses pembelajaran yang efektif serta menyenangkan, dapat menarik minat dan partisipasi belajar siswa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara siswa dan guru. Berangkat dari latar belakang tersebut penulis merumuskan judul penelitian Implementasi Model Word Square Dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari paparan pada latar belakang terdapat identifikasi masalah yang paling utama yaitu partisipasi belajar siswa akan sangat tergantung kepada guru yang menyampaikan materi ajar pada saat proses pembelajaran, apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah. Begitupun kondisi siswa yang baru saja mengalami masa transisi dari SD naik ketingkat SMP banyak siswa yang merasakan kesulitan untuk memahami konsep pembelajaran PKn di kelas VII SMP oleh karenanya untuk menghasilkan kualitas, partisipasi pembelajaran yang bagus maka seorang guru sangat dituntut dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovasi.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang penelitian, penulis merumuskan secara umum bagaimana implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun secara operasional peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung? 2. Bagaimana proses pelaksanaaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung? 3. Bagaimana peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square? 4. Bagaimana hambatan dan kendala dalam mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa kelas VII-B? D. Tujuan Penelitiaan Adapun tujuan yang hendak ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian yang akan dilakukan, diantaranya : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan/ partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model word square. 2. Tujuan Khusus Berikut tujuan khusus dari penelitian yang akan dilakukan adalah :

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa. b. Mengetahui deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square. c. Mengetahui peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. d. Mengetahui hambatan dan kendala yang ditemui selama mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII-B. E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran di era modern, juga diharapkan mampu menjawab semua permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di sekolahan. 2. Manfaat Praktis Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, utamanya pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti : a. Bagi Peneliti Secara garis besar penulis menaruh harapan bahwa dengan melakukan penelitian pembelajaran PKn ini, pelaksanaan pembelajaran akan dikemas secara lebih menarik sehingga hasil pembelajaran siswa akan jauh lebih baik mengingat, partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan sebuah keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi ajar. b. Bagi Guru Penelitian ini akan membantu guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan sebagai masukan yang membangun umumnya untuk semua guru dalam melihat situasi dan kondisi

pendidikan saat ini serta dapat memberikan peluang besar bagi guru dalam mengembangkan mata pelajaran PKn. c. Bagi Siswa Ketertarikan siswa untuk belajar mata pelajaran PKn akan semakin meningkat dan berdampak pada tingkat partisipasi belajar sehingga materi atau konsepkonsep pembelajaran akan mudah ditangkap dan dipahami. d. Bagi Sekolah Dapat dijadikan pedoman bagi sekolah khususnya dalam meningkatkan standarisasi pelaksanaan proses pembelajaran yang solutif. F. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika dari penelitian yang berjudul Implementasi Model Word Square dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung) adalah sebagai berikut : 1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi. 2. BAB II kajian pustaka atau landasan teoritis mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung). 3. BAB III metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung). 4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan hasil penelitian yang membahas mengenai, implementasi model word square

dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung). 5. BAB V adalah kesimpulan dan rekomendasi.