PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA 08010009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2013
PENGARUH PENBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) Oleh Fatma Riza, Mulyati, dan Novi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: fatmariza@gmail.com Abstract Fertilizer is a materials used to repairing fertility of farm land. Target of fertilization to adding availibility element of hara in farm land so plant grow and expand well and maximal productive. Chaff ash, chickenrun fertilizer, cow shed fertilizer, and sheep fold fertilizer are organic fertilizer that can repaire nature of farm land so that can improve beans productive. This research have been done at June July 2013. To the purpose of this research to know the influence of organic fertilizer for increasing the beans (Phaseolus vulgaris L.) production. The research used the Randomized Complete Block Design (RCBD) with 5 treatments and 5 replication. The treatment are A= control, B= chaff ash, C= chickenrun fertilizer, D= cow shed fertilizer, E= sheep fold fertilizer. The result of research analysed with RCBD at 5% and 1%. Beans productive the perceived is amount of beans and wet wight of beans. The result of research show that organic fertilizer using organic fertilizer of chaff ash 150 gram/plant, chickenrun fertilizer 150 gram/plant, cow shed fertilizer 150 gram/plant, and sheep fold fertilizer 150 gram/plant do not giving influence to amount of beans and wet weight of beans. Key words: Organic fertilizer and beans PENDAHULUAN Salah satu sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah buncis. Buncis banyak dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga maupun industri pengolahan makanan yang membutuhkan dalam jumlah kecil maupun besar. Selain dikonsumsi di dalam negeri, buncis merupakan produksi ekspor ke Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk ekspor bermacam-macam, dalam bentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan ada pula yang berbentuk biji kering (Pitojo, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten 50 Kota (2013), pada tahun 2009 produktifitas buncis di daerah Kecamatan Payakumbuh mencapai 8,57 ton/ha. Kemudian pada tahun 2010 produktifitas buncis mengalami sedikit penurunan menjadi 8,21 ton/ha. Kemudian pada tahun 2011 produktifitas buncis mengalami penurunan lagi menjadi 7,57 ton/ha. Pada tahun 2012 produktifitas buncis mengalami penurunan yang signifikan menjadi 6,15 ton/ha. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan produktifitas tanaman buncis ini, antara Lain dengan cara intensifikasi, yaitu dengan penggunaan bibit unggul, perbaikan cara bercocok tanam, dan penanganan pasca panen yang baik. Bentuk usaha lainnya untuk meningkatkan produksi pertanian seperti tanaman buncis ini adalah tidak terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur. Pupuk yang dapat digunakan pada umumnya adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Dalam dunia pertanian saat ini kita sering menggunakan bahan kimia, baik sebagai pupuk maupun pestisida. Penggunaan bahan kimia menimbulkan dampak negatif seperti gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan pertanian secara organik terutama pemupukan (Ismawati, 2003 dalam Yani 2009). Pupuk organik adalah pupuk yang sudah mengalami penguraian dengan bahan baku utama sisa makhluk hidup seperti darah, tulang, kotoran, serta sisa tumbuhan atau limbah rumah tangga. Keberadaan bahan organik dalam tanah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui fisika, kimia, dan biologi tanah.
Penggunaan pupuk organik seperti abu sekam padi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang kambing, semuanya berasal dari limbah pertanian dan limbah peternakan yang harus ditanggulangi secara baik. Penggunaan pupuk organik sangat penting peranannya dalam memperbaiki struktur tanah dan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan dapat merangsang aktifitas mikroorganisme tanah (Yani, 2009) Peluang penggunaan pupuk organik dimasa yang akan datang semakin besar disebabkan oleh beberapa hal antara lain semakin mahalnya harga pupuk anorganik dan semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan pupuk anorganik terhadap kesehatan manusia. Pertanian secara organik bisa dikatakan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia sehingga aman dipakai. Pemberian pupuk organik pun telah diakui sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kesuburan tanah karena dapat memperbaiki kondisi kimia, fisik, dan biologi tanah (Ismawati, 2003 dalam Yani 2009). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penberian pupuk organik terhadap produksi tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.). METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan petani di Kenagarian Taeh Baruah, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota dari 1 Juni-31 Juli 2013. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, gunting pemotong, ember plastik, meteran, timbangan, gergaji, hand spayer, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih buncis varietas Lebat-3, abu sekam padi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, tali rafia, bambu, label, dan insektisida. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Parameter yang diukur adalah jumlah polong dan bobot basah polong. Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk organik terhadap produksi tanaman buncis (Phaeolus vulgaris L.) tipe merambat varietas Lebat-3 yang parameternya meliputi jumlah polong dan bobot basah polong, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1: Rata-rata jumlah polong dan bobot basah polong dengan pengaruh pemberian pupuk organik terhadap tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) Perlakuan Jumlah polong Bobot basah A B C D E Berdasarkan analisis uji statistik pada pemberian pupuk organik terhadap tanaman buncis menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong dan bobot basah polong tanaman buncis. Hal ini diduga karena unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang relatif sama, sehingga jumlah polong dan bobot basah polong buncis yang terbentuk tidak jauh berbeda. Hasil produksi yang didapatkan pada penelitian ini lebih baik bila dibandingkan dari hasil yang diperoleh petani di Kecamatan Payakumbuh, berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten 50 Kota. Hasil tanaman buncis yang diperoleh dalam penelitian lebih 123,0 1,11 128,8 1,16 129,8 1,17 125,4 1,11 127,6 1,12 126,92 1,14 tinggi yaitu 7,04 ton/ha, sedangkan yang didapatkan petani yaitu 6,15 ton/ha. Jenis pupuk organik yang baik untuk pemupukan tanaman buncis adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang ayam karena pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan memiliki struktur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman yaitu memudahkan air meresap dari permukaan tanah, mendukung kehidupan makro dan mikro organisme sehingga siklus nutrisi lebih lancar (Sutedjo, 2010).
KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dan hasil uji statistik yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa jumlah polong dan bobot basah tanaman buncis dengan menggunakan pupuk organik menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis Teknik Budidaya & Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. Pemerintah Kabupeten 50 Kota, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan. 2012. Buku Statistik Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012. Pitojo, S. 2008. Benih Buncis. Kanisius, Yogyakarta. Sutedjo, M.M 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Yani, N.A. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Produksi Mentimun (Cucumis sativus L.). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang.