BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik diperlukan pengetahuan yang cukup luas antara lain mengenai sifat dasar, cara pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan. Pembangunan serta peningkatan elemen-elemen infrastruktur yang menunjang pembangunan Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat pada suatu bangunan yang mendapat perlakuan dalam hal perkuatan pada struktur beton nya. Keadaan ini sejalan dengan timbulnya beberapa permasalahan yang menyangkut struktur beton tersebut, antara lain : Kesalahan dalam perencanaan (misalnya : jumlah tulangan yang tidak mencukupi, kesalahan dalam memasukkan beban rencana, dll). Kesalahan dalam pelaksanaan (misalnya : jumlah tulangan yang terpasang tidak sesuai dengan rencana, mutu beton tidak sesuai dengan rencana, dll). Peningkatan beban hidup (misalnya : adanya peningkatan beban kendaraan, dll). Penurunan daya dukung akibat korosi tulangan (umumnya di daerah laut atau daerah aggressive).
Perubahan fungsi bangunan (misalnya : perubahan dari rumah tinggal menjadi gudang) atau adanya perubahan dari denah struktur (misalnya : penghilangan kolom, pembuatan lubang pada plat untuk tangga atau lift, dll). Ada beberapa metode yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, antara lain dengan memperpendek bentang dari struktur, menambah jumlah tulangan pada balok, memperbesar dimensi dari beton, atau pembongkaran serta penggantian dengan struktur bangunan baru. Metode penyelesaian di atas dianggap kurang efisien serta terdapat beberapa kendala yang dijumpai di lapangan, seperti : Waktu pelaksanaan yang lama (menunggu proses pengeringan dari material perkuatan hingga mampu memikul beban). Perlunya ruang kerja yang cukup luas sehingga harus menghentikan aktifitas yang ada. Perlunya alat bantu seperti penyanggah sementara. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang konstruksi khususnya teknologi bahan kini telah ditemukan metode baru dalam melakukan perkuatan, dengan ide dasarnya memberikan tulangan pada balok beton bertulang dari bagian luar, dengan menggunakan Fiber Reinforced Polymer (FRP).
I.2 Perumusan Masalah Dalam perencanaan struktur beton bertulang, diperlukan suatu kepastian tentang keamanan struktur terhadap keruntuhan yang mungkin terjadi selama umur bangunan. Salah satu keruntuhan yang cukup fatal dalam konstruksi balok beton bertulang adalah keruntuhan geser yang diakibatkan oleh kombinasi beban lentur, beban aksial, dan beban geser. Beban geser yang melebihi kapasitas penampang balok beton bertulang akan mengakibatkan retakan-retakan diagonal disepanjang balok beton tersebut. Jika balok tersebut tidak mempunyai jumlah tulangan transversal dan tulangan longitudinal yang cukup serta didetail dengan benar, retakan-retakan tersebut dapat terjadi lebih awal dan pada akhirnya akan berakibat terjadi keruntuhan yang tiba-tiba pada balok. Jadi salah satu hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam merencanakan maupun menganalisa suatu struktur beton betulang adalah kegagalan geser pada unit-unit struktur, karena kegagalan geser adalah keruntuhan getas yang berakibat fatal. Untuk meningkatkan kekuatan geser pada balok perlu dilakukan penelitian terhadap kekuatan geser, salah satunya penggunaan fiber reinforced polymer sebagai bahan alternatif untuk menambah kekuatan geser pada balok. Metode yang digunakan untuk menghitung konstribusi lembaran fiber reinforced polymer memang belum ada yang pasti dan belum adanya standar perencanaan yang tersedia terhadap balok yang diberi perkuatan.
I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi kontribusi lembaran serat woven carbon fiber dalam memikul gaya geser balok beton bertulang. 2. Menambah data base dan informasi penelitian yang sejenis. 3. Memberikan informasi fundamental terhadap mekanisme keruntuhan geser. I.4 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu dilakukan penelitian untuk meninjau kuat geser balok beton bertulang dengan menggunakan lembaran woven carbon fiber sebagai perkuatan terhadap geser. Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Mutu beton yang dipakai adalah K-250 (f c = 25 MPa) pada umur 28 hari. 2. Pengujian dengan membuat benda uji pada balok beton bertulang berukuran (15x20x130)cm dengan tulangan tarik, tulangan tekan dan tulangan geser minimum. 3. Standar pengujian dan pengolahan data dilakukan berdasarkan ASTM standard (pemeriksaan beton, pengujian kuat tekan, pengujian geser) dan SKSNI (mix design). 4. Analisa perhitungan dilakukan berdasarkan SNI 03-2847-2002.
I.5 Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian eksperimental di Laboratorium. Identifikasi karakteristik material adalah sebagai berikut : 1. Sifat-sifat material a. Baja tulangan polos Tulangan baja yang digunakan terdiri dari atas tulangan lentur Ø12 dan tulangan geser Ø6, produksi PT. Putra Baja Deli. b. Lembaran Serat carbon fiber Lembaran serat yang dipakai adalah woven carbon fiber dan perekat yang digunakan epoxy yang merupakan produksi PT. Sika Indonesia. Dan sifat mekanis serat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1. Sifat mekanis serat woven carbon fiber Data teknis Nominal Satuan Areal weight 230 gr/m2 Thickness 0.127 mm Fiber density 1.80 gr/cm3 Tensile strength 4900 N/mm2 Tensile E-modulus 230000 N/mm2 Sumber : PT.Sika Indonesia
c. Benda uji Dalam penelitian ini akan diuji kubus dan balok beton bertulang dengan mutu beton K-250. Variasi benda uji dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2. Variasi benda uji No. Pengujian Mutu beton 28 hari 1 Pengujian kuat tekan sampel kubus 15x15x15 cm Beton K-250 3 2 Pengujian kuat geser balok 15cm x 20cm x 130cm tanpa diberi perkuatan lembaran fiber reinforced polymer dengan tulang geser minimum 3 Pengujian kuat geser balok 15cm x 20cm x 130cm dengan diberi perkuatan lembaran fiber reinforced polymer dengan tulang geser minimum Beton K-250 2 Beton K-250 4 Jumlah 9 Tulangan geser yang dipasang merupakan tulangan praktis (lebih kecil dari persyaratan tulangan minimum) dan diaplikasikan pada semua balok uji. Hal ini dilakukan agar balok lemah dalam menahan geser. d. Variabel pengujian Semua balok kecuali balok kontrol diperkuat dengan lembaran serat woven carbon fiber yang arah seratnya tegak lurus terhadap sumbu longitudinal balok. Metode lilitan yang ditinjau adalah metode lilitan U.
Lebar serat woven carbon fiber digunakan 30 mm dengan jarak antar serat divariasikan dengan 100 mm dan 200 mm. Dengan memvariasikan jarak serat ini untuk mengetahui pengaruh jarak lembar woven carbon fiber terhadap kekuatan geser pada balok. e. Pelaksanaan pengujian dengan sistem pembebanan Balok-balok uji dibebani dengan pembebanan menggunakan alat kompres manual Jacking Hidraulic dengan kapasitas 25 ton. Sistem pembebanan dengan metode beban terpusat P yang diletakkan di tengah bentang. Level beban pada saat terjadinya retak geser pertama pada setiap balok uji dan pada saat terjadinya debonding / peeling off serat woven carbon fiber dari permukaan beton diukur. Semua perkembangan retak selama pengujian dimonitor.