5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi rimpang, kandungan kurkumin tanaman kunyit di bawah tegakan jabon, 3) Arsitektur perakaran pohon jabon. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, selama empat bulan dilaksanakan di Rumah Kaca Bagian Ekologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi rimpang, kandungan kurkumin tanaman kunyit di bawah tegakan jabon dan Arsitektur perakaran pohon jabon dilaksanakan di Dusun Tawakal RT/RW 01/ 05, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Analisis kurkumin dengan uji Spektrofotometri di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dan analisis bahan kimia serasah jabon dengan uji GC-MS Pirolisis di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (P3KKPHH) Gunung Batu, Bogor. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah tegakan jabon umur 3 tahun 9 bulan, rimpang kunyit varietas Turina-2, pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl), pupuk kandang, tanah dari lokasi agroforestri tanaman kunyit di bawah tegakan jabon dengan tekstur clay, daun (serasah) dan ranting jabon. Alat yang digunakan timbangan, blender, gelas ukur, kain halus (planel), jangka sorong digital, meteran, polybag ukuran 40 cm x 40 cm, plastik putih ukuran 40 cm x 60 dengan tebal 8 mm, garpu, toples plastik, kompas, pita ukur, bak plastik, haga hypsometer, Lux meter dan spherical densiometer. Rancangan penelitian ini terdiri atas: Rancangan Penelitian 1. Penelitian Pengaruh Alelopati Daun dan Ranting Jabon Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang dan Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit Penelitian disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial (dua faktor), dengan tiga ulangan, 12 kombinasi perlakuan, 36 satuan
6 percobaan, dan 72 satuan amatan. Faktor pertama ekstrak serasah jabon (D0) 0 g l-1, (D1) 3 g l-1, (D2) 6 g l-1, (D3) 9 g l-1, faktor kedua ekstrak ranting jabon (R0) 0 g l-1, (R1) 3 g l-1dan (R2) 6 g l-1. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Yijk = + αi + + (αβ)ij + ρk + Ԑ ijk Yijk = Pengamatan pada faktor daun taraf ke-i faktor ranting taraf ke-j dan kelompok ke-k αi = Pengaruh utama faktor daun = Pengaruh utama faktor ranting (αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor daun dan faktor ranting ρk = Pengaruh dari kelompok εijk Pelaksanaan Penelitian Penanaman Polybag ukuran 40 cm x 40 cm diisi tanah sebanyak 10 kg polybag-1. Tiap polybag ditanam satu rumpun kunyit berumur 18 minggu setelah tanam (MST). Polibag ukuran 40 cm x 40 cm dengan tanaman kunyit dimasukkan ke dalam kantong plastik putih berukuran 40 cm x 60 cm, bertujuan untuk menampung sisa ekstrak dan ranting jabon. Persiapan bahan ekstraksi Ranting dan serasah jabon diambil dari lokasi penelitian agroforestri. Ranting jabon dipotong kecil-kecil dengan panjang 0.5 cm kemudian dijemur hingga kadar airnya 10%. Potongan ranting digiling menjadi serbuk dengan ukuran 80 mesh, penggilingan dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakutas Kehutanan IPB. Serasah diambil tiap minggu, dibersihkan dengan aquades kemudian diblender hingga halus (Hilwan 1993; Walalangi 1994; Daryono 1998; Achmad dan Suryana 2009). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Bahan serbuk ranting dan hasil blenderan serasah direndam dengan aquades dingin selama 24 jam sesuai perlakuan. Perlakuan serasah adalah (D0) 0 g l-1, (D1) 3 g l-1, (D2) 6 g l-1, dan (D3) 9 g l-1, dan perlakuan ranting adalah (R1) 0 g l-1, (R1) 3 g l -1 dan (R2) 6 g l-1. Aplikasi ekstraksi Ekstrak serasah dan ranting jabon disaring menggunakan kain planel. Hasil saringan ekstrak disiramkan pada satuan amatan sebanyak 150 ml rumpun-1 sesuai perlakuan. Aplikasi ekstrak serasah dan ranting jabon dilakukan empat kali pada tanaman kunyit berumur 22 MST, 23 MST, 24 MST dan 25 MST.
7 2. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan, Produksi Rimpang, Kandungan Kurkumin Tanaman Kunyit di Bawah Tegakan Jabon Parameter pertumbuhan tanaman kunyit disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas: (J0) jabon tidak agroforestri, (J1) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, (J2) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1 sebagai pupuk anjuran pada cahaya penuh (Rahardjo dan Rostiana 2009), dan (J3) jabon agroforestri (ada kunyit dan diberikan pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg ha-1. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Yij = + τi + + Ԑ ij Yij = Pengamatan dosis pupuk ke-i dan kelompok ke-j τi = Pengaruh perlakuan dosis duduk = Pengaruh kelompok ulangan (blok) Ԑ ij Parameter produksi kunyit (bobot rimpang kunyit dan kandungan kurkumin) dianalisis menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial (dua faktor), yaitu: faktor pertama dosis pupuk (J1) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, (J2) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1 sebagai pupuk anjuran pada cahaya penuh (Rahardjo dan Rostiana 2009), dan (J3) pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg ha-1, faktor kedua umur panen (U1) umur 6 BST, (U2) umur 7 BST dan (U3) umur 8 BST. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez 2007). Yijk = + αi + + (αβ)ij + ρk + Ԑ ijk Yijk = Pengamatan pada faktor dosis pupuk taraf ke-i faktor umur panen taraf ke-j dan kelompok ke-k αi = Pengaruh utama faktor dosis pupuk = Pengaruh utama faktor umur panen (αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor dosis pupuk dan faktor umur panen ρk = Pengaruh dari kelompok εijk
8 Pelaksanaan Penelitian Persiapan bibit Rimpang kunyit induk dipotong empat bagian, rimpang anakan dipilih dengan berat 15-20 g, kemudian disemai dalam bak plastik yang berisi coco peat selama 30-45 hari. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan sore untuk menjaga kelembaban sehingga mata rimpang bertunas. Rimpang dengan tinggi tunas 5 cm sudah dapat dipindahkan ke lapangan. Persiapan lahan Gulma di bawah tegakan jabon berumur 3 tahun 9 bulan dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dicangkul sampai gembur dan dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 3.5 m. Tiap petak terdapat 4 pohon jabon yang memiliki rata-rata diameter batang 8.0-19.0 cm dan tinggi total pohon jabon 11.0-17.9 m. Penanaman Bibit kunyit ditanam dengan jarak 50 cm x 50 cm berjumlah 24 tanaman per petak. Pertumbuhan bibit kunyit tidak seragam sehingga masing-masing blok ditanam bibit kunyit dengan tinggi berbeda. Blok satu ditanam bibit kunyit dengan tinggi rata-rata 30.2 cm, blok dua rata-rata tinggi 10.4 cm dan blok tiga tinggi rata-rata 6.7 cm. Waktu penanaman bibit kunyit dilakukan secara hati-hati agar mata tunas tidak terpisah dengan rimpang kunyit (patah). Pemupukan Gambar 2 Tanaman kunyit (C. domestica) di bawah tegakan jabon A. cadamba) Pupuk kandang diberikan dua minggu sebelum penanaman kunyit dengan takaran 500 g lubang -1 (setara 20 ton ha -1 ). Pupuk SP-36 dan KCl diberikan bersamaan penanaman kunyit masing-masing perlakuan J1 3.75 g lubang -1 (setara 150 kg ha -1 ), perlakuan J2 5 g lubang -1 (setara 200 kg ha -1 ) dan perlakuan J3 6.25 g lubang -1 (setara 250 kg ha -1 ). Dosis pupuk Urea pada perlakuan J1 3.75 g lubang -1 (setara 150 kg ha -1 ), perlakuan J2 5 g lubang -1 (setara 200 kg ha -1 ) dan perlakuan J3 6.25 g lubang 1 (setara 250 kg ha -1 ) diberikan menjadi dua bagian pada umur 1 bulan setelah tanam (BST) dan 3 BST. Teknik pemupukan dengan cara dialur melingkari tanaman (Helmi et al. 2004).
9 Pemeliharaan Gulma dibersihkan untuk menghindari adanya kompetisi unsur hara dan air. Serasah, ranting, cabang jabon yang gugur di plot penelitian dibersihkan dan dilakukan pengamatan hama dan penyakit secara rutin. Pengendalian hama daun dengan cara mekanis, ulat tanah pengendalian dengan pemberian pestisida. 3. Arsitektur Perakaran Pohon Jabon Penggalian dilakukan pada lingkaran tegakan jabon sampai didapatkan akar horizontal. Panjang akar horizontal diukur dari batang utama sampai ujung akar dan ke dalaman akar horizontal dari permukaan tanah sampai ke akar horizontal. Tujuan penggalian akar adalah melihat arsitektur perakaran pohon jabon. Parameter pengamatan akar jabon adalah jumlah akar primer, panjang akar horinzontal dan ke dalaman akar horizontal. Pengamatan terdiri atas: 1. Parameter pertumbuhan jabon Pengamatan 1.1. Perhitungan Riap Pohon: Riap pohon dipakai untuk menyatakan pertambahan dimensi (diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total) pohon atau tegakan per satuan luas pada waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum penanaman kunyit sampai panen kunyit terakhir (umur 8 BST). Pendekatan perhitungan riap rata-rata berjalan (Susila 2010) rumus : dimana: CAI = riap rata-rata berjalan (current annual increment) D t = diameter (cm) atau tinggi pohon saat pengamatan (m) Dt-1 = diameter (cm) atau tinggi pohon sebelumnya (m) T = jarak waktu pengukuran (bulan) 1.2. Pengukuran Tajuk: Pengukuran luasan tajuk dilakukan dengan cara mengukur diameter tajuk menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan sebelum penanaman hingga panen kunyit terakhir (umur 8 BST). 1.3. Intensitas Naungan: Persentase penutupan tajuk diukur untuk menduga besarnya jumlah radiasi sinar matahari yang menembus sampai ke tanah. Pendugaan penutupan cahaya matahari oleh tajuk tegakan dilakukan dengan menggunakan alat sphericle densiometer (Supriyanto dan Kasno 2001), penghitungan dengan rumus: