BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tenaga fisik yang berat. Bentuk pekerjaan ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

untuk Mencegah Sakit Punggung

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri


BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

PENGARUH LATIHAN FLEKSI WILLIAM TERHADAP SKALA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGRAJIN UKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi

BAB I PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,baik

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan kesehatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun tujuan dari penyelenggaraan kesehatan kerja adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Upaya penyelenggaraan kesehatan kerja tersebut dilakukan secara menyeluruh melalui usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif (Efendi & Makhfludi, 2009). Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 164 yang menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan (IKAPI, 2009). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Hal ini dilaksanakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya (Buchari, 2007). Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja. Hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Namun, jika kapasitas kerja tidak baik, beban kerja yang terlalu berat, dan kondisi lingkungan kerja yang tidak kondusif, dapat mengakibatkan 1

2 seorang pekerja menderita gangguan atau Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Efendi & Makhfludi, 2009). Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2007, setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh PAK serta kecelakaan kerja. Data tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat 300.000 kematian yang terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja. Selain penyakit akibat kerja yang menyebabkan kematian, juga terdapat masalah kesehatan lain yang perlu mendapat perhatian antara lain ketulian, gangguan muskuloskeletal, gangguan reproduksi, penyakit jiwa, sistem syaraf dan sebagainya (Umami, Hartanti, & Dewi, 2009). WHO dalam Depkes RI (2007) melaporkan bahwa faktor risiko pekerjaan memberikan kontribusi pada kejadian beberapa penyakit antara lain penyakit punggung atau gangguan muskuloskeletal (37%), kehilangan kemampuan pendengaran (16%), penyakit paru obstruksi kronis (13%), asma (11%), kecelakaan (10%), kanker paru (9%), leukemi (2%). Gangguan muskuloskeletal adalah gangguan pada bagian otot rangka yang disebabkan karena otot menerima tekanan dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen, dan otot (Umami, Hartanti, & Dewi, 2014: 73). Hal tersebut menunjukkan bahwa berbagai bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot rangka dengan lokasi tersering pada pinggang (Depkes RI, 2007). Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah salah satu gangguan otot rangka yang paling sering dialami oleh masyarakat (Rogers, 2006: 30). NPB merupakan nyeri dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal

3 margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai (Smeltzer & Bare, 2005). Penyebab LBP yang paling umum adalah ketegangan otot atau postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya NPB adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif (Widyastuti, 2009). Prevalensi NPB setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Kejadian NPB di Amerika Serikat dilaporkan terjadi sekitar 15% sampai 45% setiap tahunnya dan angka kejadian terbanyak didapatkan pada usia 35-55 tahun (Vira, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri, Saftarina, dan Wintoko (2009) diperoleh hasil yaitu dari 42 pekerja pembersih kulit bawang, 24 diantaranya pekerja yang bekerja dengan posisi duduk dan mengalami NPB. Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) pada 36 pekerja batik tulis juga memberikan hasil yang sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk dengan keluhan NPB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zaki (2008) di Pulau Jawa dan Bali, ditemukan sebanyak 161 kasus NPB. Penelitian ini menunjukkan bahwa, responden yang melakukan aktivitas fisik berat (bekerja lebih dari lima jam) dalam jangka waktu yang lama memiliki risiko 2,03 kali untuk mengalami NPB dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan aktivitas fisik berat. Menurut Soewarno (2005) dalam penelitiannya pada pengrajin ukiran kelongsong peluru di Kabupaten Klungkung, didapatkan hasil yaitu seluruh responden yang

4 bekerja dengan sikap paksa (posisi kerja duduk dan membungkuk) mengalami keluhan pada pinggang. Bali sebagai daerah pariwisata mengakibatkan kebanyakan masyarakatnya bekerja disektor wiraswasta, salah satunya dengan menjual kerajinan tangan khas Bali seperti ukiran. Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten dengan industri kerajinan terbesar di Bali. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali tahun 2013, jumlah industri agro jenis komoditi industri kerajinan kayu di Kabupaten Gianyar yaitu 286 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5335 orang. Desa Batuan merupakan salah satu desa dengan kerajinan ukiran yang terkenal di Kabupaten Gianyar. Sebagian besar masyarakat di Desa Batuan bekerja sebagai pengrajin ukiran. Posisi kerja yang dilakukan oleh pengrajin ukiran di daerah Gianyar sebagian besar dengan sikap kerja paksa, yaitu sikap kerja membungkuk dengan lutut menekuk dengan menyentuh dada, sehingga terjadi iklinasi kepala, dan leher condong ke depan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Risyanto (2008), posisi kerja yang tidak ergonomis akan meningkatkan risiko terjadinya NPB. Posisi tersebut akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah. Sikap kerja paksa yang terlalu lama dapat menimbulkan keluhan atau gangguan pada sistem muskuloskeletal dan terjadi tekanan cukup besar pada

5 discus intervebralis sehingga dapat menimbulkan NPB (Radiawan, 2009). Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan slipped disc, tekanan yang berlebih menyebabkan kerusakan pada sisi belakang dan penekanan pembuluh saraf. Posisi yang salah juga dapat mengakibatkan pengrajin ukiran mengalami skoliosis. Hal ini terjadi karena pengrajin selalu memposisikan tubuhnya ke arah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal (Kusiyono, 2004). NPB apabila tidak dilakukan penanganan dengan baik akan berdampak negatif pada pekerjaan penderitanya. Diperkirakan dalam setahun, lebih dari 80 juta hari kerja produktif yang hilang karena gangguan kerja akibat NPB dengan kerugian finansial mencapai enam juta poundsterling pertahunnya (Zaki, 2008). Menurut Pratiwi, Setyaningsih, Kurniawan, dan Martini, (2009: 62) menyatakan bahwa dalam satu bulan rata-rata 23% pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama delapan hari karena NPB. NPB juga mengakibatkan penurunan produktivitas kerja sebesar 40%. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan suatu penanganan NPB yang tepat untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh perkerja. Penanganan tersebut juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap produktivitas kerja dari para pekerja. Penatalaksanaan NPB dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis. Secara farmakologis terdapat dua jenis obatobatan bebas yang disarankan untuk mengurangi NPB, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti inflamasi non steroid (OAINS). Asetaminofen dimetabolisme oleh hepar, apabila mengkonsumsi lebih dari 1000 mg setiap empat jam (dosis maksimal yang dianjurkan), maka hepar akan berisiko mengalami kerusakan. Hal

6 ini terjadi karena dosis lebih tinggi tidak memberikan efek anti nyeri tambahan dan akan memperberat kerja hepar. Penggunaan OAINS dalam jangka waktu yang lama (enam bulan atau lebih) akan berdampak buruk pada ginjal, sehingga pasien memerlukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal kerusakan ginjal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan jika penatalaksanaan NPB dengan terapi farmakologis memiliki efek samping apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama (Sa adah, 2013). Strategi utama untuk mengatasi keluhan muskuloskletal adalah tindakan non farmakologis, yang dapat dilakukan dengan cara exercise, memperbaiki postur tubuh, dan pengaturan nutrisi yang baik (Wulandari, 2005). Terapi non farmakalogis untuk mengurangi NPB dapat dilakukan dengan pemberian terapi pemanasan dalam (diatermi gelombang pendek, diatermi ultrasonik), elektroterapi, serta manipulasi atau traksi, sedangkan untuk memulihkan mobilitas lumbal, aktivitas fungsional, dan mengurangi nyeri diperlukan suatu program back exercise (Kurniawan, 2004). Berbagai metode back exercise telah dikembangkan, salah satunya adalah william s flexion exercise. Latihan Fleksi William merupakan suatu latihan yang ditujukan pada otot fleksor di daerah lumbosakral, khususnya muskulus abdominalis dan gluteus maksimus (Fisioterapi ID, 2011). Latihan ini meningkatkan stabilitas di daerah lumbal (mengurangi gaya kompresi pada sendi faset serta meregangkan (stretching) fleksor hip dan ekstensor lumbal), meningkatkan aliran darah ke kapiler, serta mengaktivasi pelepasan hormon endorfin dalam darah (Jiwa, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan Sa adah

7 (2013) yang berjudul Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching) terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah pada Lansia di Posyandu Lansia RW 2 Desa Kedungkandang Malang dapat disimpulkan bahwa latihan Fleksi William mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat nyeri punggung bawah pada lansia dengan nilai p < 0,05. Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Batuan, didapatkan bahwa Banjar Puaya adalah daerah dengan jumlah pengrajin terbanyak di Desa Batuan. Mayoritas penduduk di banjar ini bekerja sebagai pengrajin ukiran, yaitu sekitar 80%. Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 pengrajin ukiran, didapatkan data bahwa NPB merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh pengrajin. Di mana delapan orang pengrajin (80%) menyatakan selalu mengalami nyeri pada area punggung bawah yang terjadi saat bekerja. Upaya yang dilakukan pengrajin untuk mengatasi NPB adalah dengan melakukan istirahat, namun cara ini belum mampu menurunkan nyeri yang dirasakan pengrajin. Rata-rata jam bekerja efektif pengrajin ukiran dalam sehari adalah dua sampai delapan jam. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh latihan Fleksi William terhadap skala nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran di Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dibuatkan rumusan masalah yaitu: Adakah pengaruh latihan Fleksi William terhadap skala

8 nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran di Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Fleksi William terhadap skala nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada pengrajin ukiran (umur, pendidikan, dan lama bekerja dalam sehari). b. Mengidentifikasi skala nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran sebelum diberikan intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. c. Mengidentifikasi skala nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran setelah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. d. Menganalisis perbedaan skala nyeri punggung bawah pengrajin ukiran sebelum dan setelah diberikan intervensi pada masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. e. Menganalisis pengaruh latihan Fleksi William terhadap skala nyeri punggung bawah pada pengrajin ukiran setelah diberikan intervensi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

9 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan mengenai cara penanganan NPB yang dapat dilakukan di rumah secara mandiri guna mencegah penurunan produktivitas kerja pada pekerja khususnya pengrajin ukiran. b. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini dapat digunakan bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk mengembangkan program latihan Fleksi William bagi pasien nyeri punggung bawah serta dapat digunakan untuk menyusun SOP tentang pelaksanaan latihan Fleksi William pada pasien NPB. c. Bagi Praktisi Keperawatan Menjadi bahan pertimbangan dalam memilih modalitas terapi fisik yang bermanfaat bagi pemulihan aktivitas pasien dengan NPB. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya dalam perawatan NPB. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan latihan Fleksi William terhadap skala NPB pada pekerja.