PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM. (Artikel) Oleh: Yuliani

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

PENGARUH MEDIA MAKET DALAM MODEL STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM KELAS VII DI SMP NEGERI 11 BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

ANALISIS KESIAPAN BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA MATERI SEL KELAS XI SMA NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini berusaha

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

LESTARI OCTAVIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bertanya dalam kelas adalah aktivitas yang sangat penting dalam proses

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa sesuai dengan

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

TINGKAT KOGNITIF REVISI TAKSONOMI BLOOM PADA SOAL-SOAL DALAM BUKU TEKS MATEMATIKA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Telaga pada Semester Ganjil Tahun Ajaran Objek dalam

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi merupakan komponen penting karena membantu dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS XI SMA PGRI 6

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Transkripsi:

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE DAN TAKSONOMI BLOOM ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fitriyani NIM 130384205319 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Profil Pertanyaan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh Berdasarkan Question Category System for Science dan Taksonomi Bloom Fitriyani, Azza Nuzullah Putri, Trisna Amelia Pendidikan Biologi Email : Fitri.yani1053@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pertanyaan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan Question Category System for Science dan taksonomi Bloom. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data diperoleh melalui teknik analisis dokumen, observasi dan wawancara. Pada penelitian ini lebih ditekankan kepada hasil analisis dokumen yang berupa analisis pertanyaan siswa selama pembelajaran. Data dianalisis menggunakan rumus percentages correction (penilaian dengan persen). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pertanyaan siswa berdasarkan Question Category System for Science didominasi pertanyaan tertutup tipe berpikir konvergen dengan persentase rata-rata sebesar 53% dan tipe ingatan kognitif dengan persentase ratarata sebesar 45%, sedangkan pertanyaan siswa berdasarkan taksonomi Bloom didominasi pertanyaan tingkatan C2 (Pemahaman) dengan persentase rata-rata sebesar 45%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA belum mampu memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam konteks pemikiran yang lebih luas, khususnya pada materi sistem pertahanan tubuh. Kata Kunci : Pertanyaan, Sistem pertahanan tubuh, Question Category System for Science, taksonomi Bloom PENDAHULUAN Belajar pada hakikatnya ialah usaha atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk dapat melakukan sesuatu dan hasil kegiatan belajar berupa perubahan diri dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak melakukan sesuatu menjadi melakukan sesuatu, dan sebagainya (Hamdayana, 2016:28). Belajar merupakan suatu proses yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir (thinking skill). Keterampilan berpikir harus dapat dikembangkan, khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013:8) menyatakan bahwa proses pendidikan pada dasarnya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya secara rasional. Melalui proses berpikir, seseorang akan menggunakan akalnya untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupannya terutama dalam menyelesaikan masalah kehidupan sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikirnya. Cara berpikir siswa yang diharapkan lebih mengutamakan pada proses mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui interaksi siswa sebagai individu dengan lingkungannya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA atau sains, proses pembelajaran di sekolah tidak hanya

menekankan pada proses penanaman aspek pengetahuan tentang materi pelajaran. Pembelajaran IPA atau sains lebih memprioritaskan agar siswa dapat memperoleh pengetahuannya sendiri melalui penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep dan makna pembelajaran sains agar sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Terdapat 2 pengkategorian kemampuan berpikir dalam konteks pengetahuan, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Menurut Jufri (2013:64) menyatakan bahwa hasil belajar tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan sering disebut sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill), sedangkan analisis, sintesis, dan evaluasi dikelompokkan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Melalui 2 kategori kemampuan berpikir dalam konteks pengetahuan tersebut, akan memudahkan guru untuk mengetahui batas kemampuan berpikir siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, untuk melatih dan memperluas kemampuan berpikir siswa, guru harus memperlakukan siswa sebagai seorang pemikir. Proses berpikir dapat dilatih kepada siswa salah satunya melalui kegiatan bertanya. Bertanya adalah respon seseorang terhadap sesuatu yang kurang dipahami. Melalui poses bertanya seseorang akan mudah memperoleh informasi terkait hal-hal baru yang belum diketahuinya. Semakin sering siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir setiap siswa pada dasarnya tidak sama. Guru dapat mengetahui batas kemampuan berpikir siswa melalui beragam pertanyaan yang diajukan siswa. Isi pertanyaan yang diajukan siswa dapat menjadi penentu sampai dimana tingkat kemampuan berpikirnya. Beragam isi pertanyaan yang diajukan siswa akan berkaitan dengan jenis-jenis pertanyaan. Pertanyaan dapat dikategorikan dalam berbagai jenis pertanyaan, salah satunya berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom yang mencakup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Pertanyaan berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom dapat menggambarkan sampai dimana tingkat perkembangan intelektual siswa dari tingkatan rendah sampai ke tingkat tinggi. Selain klasifikasi pertanyaan berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom, pertanyaan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Question Category System for Science. Question Category System for Science merupakan sistem kategori pertanyaan untuk sains yang digunakan pertama kali oleh seorang ahli bernama Blosser. Tingkatan berpikir berdasarkan pertanyaan pada Question Category System for Science terdiri atas 4 tipe pertanyaan, yaitu ingatan kognitif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir evaluatif. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 6 Tanjungpinang, diketahui bahwa SMA Negeri 6 Tanjungpinang merupakan sekolah yang memiliki prestasi sangat baik di bidang non akademik, namun prestasi di bidang akademik kurang berkembang khususnya di bidang IPA atau sains. Kurangnya kemampuan akademik siswa SMA Negeri 6 Tanjungpinang di bidang IPA atau sains salah satunya dapat disebabkan kurang berkembangnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini membuat peneliti tertarik mengetahui lebih mendalam kemampuan berpikir siswa di sekolah tersebut, terutama pada siswa kelas XI IPA untuk materi biologinya. Kemampuan berpikir siswa akan diamati melalui pertanyaan yang diajukan siswa selama proses pembelajaran. Sebagian besar materi biologi kelas XI IPA sifatnya abstrak, sulit dan luas cakupannya. Salah satu materi yang pembahasannya cukup luas dan erat dengan bidang kesehatan adalah materi sistem pertahanan tubuh. Materi sistem pertahanan tubuh merupakan materi biologi yang membahas mengenai pola makan

agar sistem kekebalan selalu terjaga, berbagai upaya agar terhindar dari virus dan bakteri yang menyerang sistem kekebalan, serta menjaga kekebalan tubuh dengan rutin melakukan imunisasi, atau vaksinasi. Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian dengan judul Profil Pertanyaan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh Berdasarkan Question Category System for Science dan Taksonomi Bloom. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Tanjungpinang yang berlokasi di Senggarang. Pelaksanaan penelitian dimulai pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017 di bulan Mei-Juni 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2015:73). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang yang berjumlah 1 kelas. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan nonprobability sampling jenis purposive sampling. Menurut Mulyatiningsih (2012:11) bahwa purposive sampling digunakan apabila sasaran sampel yang diteliti telah memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak mungkin diambil sampel lain yang tidak memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan. Jumlah subjek penelitian sebanyak 23 siswa. Data primer dalam penelitian ini berupa pertanyaan siswa secara lisan dan tertulis selama kegiatan pembelajaran biologi di kelas, hasil observasi kegiatan pembelajaran di kelas, serta hasil wawancara guru biologi dan siswa kelas XI IPA. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan rumus percentages correction (penilaian dengan persen). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengelompokkan pertanyaan siswa berdasarkan Question Category System for Science Dari 78 pertanyaan (lisan maupun tertulis) yang diajukan siswa kelas XI IPA selama 2 kali pertemuan, pertanyaan siswa berdasarkan Question Category System for Science didominasi oleh pertanyaan tertutup (tipe ingatan kognitif dan tipe berpikir konvergen) dengan persentase pertanyaan tipe ingatan kognitif sebesar 45% dan persentase pertanyaan tipe berpikir konvergen sebesar 53%. Tidak terdapat satupun pertanyaan yang tergolong pertanyaan terbuka tipe berpikir evaluatif (lisan maupun tertulis) selama 2 kali pertemuan. Persentase rata-rata pertanyaan siswa selama 2 kali pertemuan berdasarkan Question Category System for Science dapat dilihat pada gambar 1. 45% 53% IK BK BD BE Pertanyaan Tertutup Gambar 1. Persentase rata-rata pertanyaan siswa selama 2 kali pertemuan berdasarkan Question Category System for Science 2. Pengelompokkan pertanyaan siswa berdasarkan taksonomi Bloom QCSS IK = Ingatan Kognitif BK = Berpikir Konvergen BD = Berpikir Divergen BE = Berpikir Evaluatif 2.6% 0% Pertanyaan terbuka Dari 78 pertanyaan (lisan maupun tertulis) yang diajukan siswa kelas XI IPA selama 2 kali pertemuan, pertanyaan siswa berdasarkan taksonomi Bloom didominasi oleh pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) dengan persentase sebesar 45%. Tidak terdapat satupun pertanyaan yang tergolong pertanyaan tingkatan C5 (sintesis) dan C6 (evaluasi), baik secara lisan maupun tertulis selama 2 kali pertemuan. Persentase rata-rata pertanyaan siswa selama 2 kali pertemuan berdasarkan taksonomi Bloom dapat dilihat pada gambar 2.

24% 45% C1 C2 C3 C4 C5 C6 LOTS Gambar 2. Persentase rata-rata pertanyaan siswa selama 2 kali pertemuan berdasarkan taksonomi Bloom 3. Hasil observasi proses pembelajaran Observasi ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran biologi yang terjadi di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang. Adapun aspek-aspek yang diamati berupa materi atau sub materi biologi yang sedang dipelajari, jumlah siswa yang hadir di kelas, strategi, metode, model dan media pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar biologi, jumlah siswa yang aktif selama pembelajaran biologi di kelas (aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaan, aktif mengemukakan pendapat, dan aktif memberikan kesimpulan), serta bentuk pertanyaan yang diajukan siswa secara lisan selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi selama 2 kali pertemuan pada sub materi berbeda, guru biologi kelas XI IPA tidak menggunakan strategi dan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang masih sangat konvensional, yaitu ceramah dan kegiatan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam menunjang proses pembelajaran, yaitu hanya menggunakan media berupa papan tulis. Untuk tingkat keaktifan siswa di kelas sangat kurang sekali. Jumlah siswa yang aktif hanya sekitar 10% dari 23 orang siswa yang ada di kelas. Tidak ada satupun siswa yang aktif berpendapat dan memberikan kesimpulan dalam kegiatan pembelajaran. Hanya ada 2-3 orang siswa yang aktif bertanya secara lisan. 4. Hasil wawancara 6.4% 24% taksonomi Bloom 0% 0% HOTS Wawancara terhadap guru Biologi dan siswa kelas XI IPA dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi siswa saat pembelajaran biologi di kelas, mendapatkan informasi mengenai rata-rata kemampuan siswa kelas XI IPA dalam mengikuti pelajaran biologi, serta mendapatkan gambaran pertanyaan yang biasa diajukan siswa dalam pembelajaran biologi di kelas. Kesimpulan dari proses wawancara yang telah dilakukan pada guru biologi kelas XI IPA diantaranya, berdasarkan indikator mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi diketahui bahwa tingkat kesiapan belajar siswa secara psikis (semangat dan konsentrasi belajar) tergantung pada jadwal jam pelajaran biologi, sedangkan kesiapan secara secara materiil (ketersediaan buku biologi) sangat kurang. Sebagian siswa hanya memiliki buku LKS dan buku panduan atau buku cetak biologi siswa peroleh dengan meminjam di perpustakaan. Sebagian siswa tidak pernah membaca buku terlebih dahulu sebelum pelajaran biologi, ada siswa yang menjawab akan membaca buku ketika akan ujian saja atau saat mood (suasana hati) siswa sedang baik. Berdasarkan indikator mengenai kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran biologi dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran biologi tergolong sedang. Berdasarkan indikator mengenai keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran biologi dapat diketahui bahwa banyaknya siswa aktif bertanya saat pembelajaran biologi hanya ±3 orang siswa dan siswa biasanya aktif mengajukan pertanyaan di akhir pembelajaran. Indikator mengenai hubungan antara pertanyaan siswa dengan kecerdasan siswa dalam pembelajaran biologi, dapat diketahui bahwa pertanyaan yang diajukan siswa dalam pembelajaran biologi berhubungan dengan tingkat kecerdasan siswa dan siswa yang cenderung mengajukan pertanyaan ialah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan sedang atau di bawah rata-rata. Siswa pintar justru jarang bertanya. B. Pembahasan 1. Analisis pertanyaan berdasarkan Question Category System for Science

Dari 78 pertanyaan (lisan maupun tertulis) yang diajukan siswa kelas XI IPA selama 2 kali pertemuan pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan Question Category System for Science, pertanyaan didominasi dengan pertanyaan tertutup tipe ingatan kognitif dan tipe berpikir konvergen. Persentase ratarata pertanyaan tertutup tipe ingatan kognitif sebesar 45%, sedangkan persentase rata-rata pertanyaan tertutup tipe berpikir konvergen sebesar 53% (gambar 1). Hasil penelitian ini didukung dengan proses wawancara yang telah dilakukan dengan guru biologi yang mengajar di kelas XI IPA, bahwa rata-rata pertanyaan yang biasa diajukan siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya sebatas pertanyaan tingkatan pengetahuan, belum mengarah pada pertanyaan dalam konteks yang lebih luas, seperti pertanyaan analisis, hipotesis, dan sebagainya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadhani (2013:1) yang menyatakan bahwa pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang didasarkan pada perkembangan intelektual dan gender, pertanyaan siswa didominasi dengan pertanyaan tertutup tipe berpikir konvergen. Pertanyaan tipe ingatan kognitif banyak diajukan siswa kelas XI IPA umumnya merupakan pertanyaan yang menanyakan fakta, rumus, dan aspek lainnya yang menghendaki ingatan melalu proses pengetahuan dan hafalan. Sementara itu, pertanyaan tipe berpikir konvergen merupakan pertanyaan yang berbentuk analisa dan proses integrasi atau mengingat data, serta melibatkan ide-ide seperti proses membandingkan, membedakan dan menjelaskan. Pertanyaan tipe ingatan kognitif dan tipe berpikir konvergen digolongkan ke dalam pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang hanya mempunyai jawaban pasti dan terbatas, sehingga pertanyaan ini tidak dapat menunjukkan adanya proses berpikir yang telah berkembang. Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa persentase rata-rata pertanyaan terbuka tipe berpikir divergen selama 2 kali pertemuan pada materi sistem pertahanan tubuh hanya sebesar 2,6%, sementara itu tidak terdapat satupun pertanyaan yang tergolong pertanyaan terbuka tipe berpikir evaluatif. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Husna dan Sanjaya (2015:126) bahwa siswa lebih banyak mengajukan pertanyaan konvergen dibandingkan dengan pertanyaan divergen meskipun telah menggunakan media pembelajaran berupa komik pendidikan sains. Penelitian ini telah membuktikan bahwa sebagian besar siswa hanya memiliki kemampuan mengajukan pertanyaan konvergen dan hanya siswa tertentu yang mampu mengajukan pertanyaan terbuka tipe berpikir divergen. 2. Analisis pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom Hasil penelitian yang telah dilakukan dari 78 pertanyaan siswa yang baik secara lisan maupun tertulis yang diperoleh selama 2 kali pertemuan pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan taksonomi Bloom menunjukkan bahwa pertanyaan didominasi oleh pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) dengan persentase sebesar 45%. Sejalan dengan proses wawancara yang telah dilakukan pada guru biologi di kelas XI IPA yang mengatakan bahwa umumnya siswa kelas XI IPA bertanya dengan pertanyaan tingkatan pengetahuan, jarang yang mengajukan pertanyaan tingkatan analisis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2014:1) yang menyatakan bahwa kualitas pertanyaan yang dimunculkan siswa kelas XI IPA, baik laki-laki maupun perempuan didominasi pertanyaan dimensi kognitif pemahaman (C2). Pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) merupakan pertanyaan yang meminta untuk menjelaskan makna, menginterpretasi fakta, dan memprediksi sesuatu. Pada pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) tidak lagi menanyakan definisi dan halhal yang bersifat faktual seperti pertanyaan tingkatan C1 (pengetahuan), melainkan menanyakan hubungan antar fakta dan proses mengekstrapolasi (melihat makna yang tersirat dan membuat asumsi tentang konsekuensi dari

suatu kejadian). Meskipun demikian, pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) masih tergolong pertanyaan dengan tingkatan berpikir lebih rendah (Lower Order Thinking Skill). Tidak ada satupun pertanyaan siswa yang tergolong pertanyaan tingkatan C5 (sintesis) dan tingkatan C6 (evaluasi). Hasil data ini didukung dengan proses wawancara yang telah dilakukan pada guru biologi kelas XI IPA yang mengatakan bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 belum mampu mengajukan pertanyaan dalam tingkatan yang lebih tinggi, seperti analisis, hipotesis, dan sebagainya. Rata-rata siswa kelas XI IPA mengajukan pertanyaan pada tingktan pengetahuan saja. Pertanyaan tingkatan C5 (sintesis) merupakan bentuk pertanyaan meminta untuk merangkum berbagai komponen atau unsur sehingga menjadi sesuatu yang baru, sedangkan pertanyaan tingkatan C6 (evaluasi) merupakan bentuk pertanyaan yang meminta untuk memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materi. Kedua tingkatan pertanyaan ini tergolong pertanyaan dengan tingkatan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skill). Hanya ada sebagian siswa yang telah mampu membuat pertanyaan tingkatan C4 (analisis). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2, bahwa untuk pertanyaan tingkatan C4 (analisis) selama 2 kali pertemuan berada pada persentase rata-rata sebesar 24%. Pertanyaan tingkatan C4 (analisis) merupakan pertanyaan yang meminta untuk membedakan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan (menemukan sudut pandang, nilai atau maksud dibalik materi pelajaran). Pertanyaan tingkatan C4 (analisis) digolongkan sebagai pertanyaan dengan tingkatan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skill). Jika dibandingkan dengan pertanyaan tingkatan C4 (analisis), lebih sedikit siswa yang mampu mengajukan pertanyaan tingkatan C3 (aplikasi), yaitu hanya sebesar 6,4% (gambar 2). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathianihayati dkk (2016:30) yang menyatakan bahwa pertanyaan kognitif siswa untuk tingkatan C3 (aplikasi) hanya sebesar 6,6% sementara presentasi pertanyaan kognititf untuk tingkatan C4 (analisis) sebesar 13,2%. Pertanyaan tingkatan C3 (aplikasi) merupakan pertanyaan yang meminta untuk menggunakan informasi, kaidah, metode, atau konsep yang telah dimiliki untuk menjelaskan atau memecahkan masalah pada situasi baru. Masih banyak siswa yang belum mampu memunculkan pertanyaan pada tingkatan C3 (aplikasi). Dari hasil analisis pertanyaan siswa berdasarkan Question Category System for Science dan taksonomi Bloom dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab pertanyaan siswa yang didominasi pertanyaan tertutup untuk Question Category System for Science dan pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) untuk taksonomi Bloom. Berdasarkan proses wawancara terhadap guru biologi kelas XI IPA diperoleh informasi bahwa siswa yang cenderung mengajukan pertanyaan ialah siswa yang memiliki tingkat kecerdasan sedang atau di bawah rata-rata, siswa pintar justru jarang bertanya. Hal ini dapat menjadi penyebab mengapa kebanyakan pertanyaan siswa masih didominasi pertanyaan tertutup tipe berpikir konvergen dan pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan baik pada guru maupun siswa, sebagian besar siswa kelas XI IPA tidak memiliki buku biologi. Buku yang disediakan perpustakaan sekolah hanya cukup untuk sebagian siswa kelas XI IPA. Siswa yang tidak dibekali dengan buku pelajaran biologi akan kesulitan memunculkan pertanyaan dalam pembelajaran. Menurut Lailatul dkk (2015:2) buku pelajaran merupakan salah satu sumber pengetahuan dan menentukan keberhasilan pendidikan para siswa dalam menuntut pelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran biologi di kelas XI IPA, guru biologi hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Penggunaan model dan

media pembelajaran yang sesuai dan menarik dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga akan muncul beragam pertanyaan yang tidak hanya mengarah pada pertanyaan-pertanyaan dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Cholifah dkk (2013:11) menyatakan bahwa indikator media pengajaran yang digunakan guru adalah 59,33% kategori kesulitan yang cukup tinggi, mengingat media pengajaran merupakan salah satu poin penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Indikator kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi juga dapat menjadi penyebab rendahnya tingkatan pertanyaan yang diajukan siswa. Hal ini dibuktikan dengan proses wawancara yang telah dilakukan pada sebagian siswa kelas XI IPA. Sebagian besar siswa kelas XI IPA tidak pernah membaca buku terlebih dahulu sebelum pelajaran biologi dipelajari di kelas. Pada dasarnya kesiapan siswa untuk membaca buku terlebih dahulu sebelum pembelajaran biologi dipelajari akan membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikirnya. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis profil pertanyaan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan Question Category System for Science dan taksonomi Bloom, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pertanyaan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan Question Category System for Science didominasi dengan pertanyaan tertutup tipe berpikir konvergen dan tipe ingatan kognitif, sedangkan pertanyaan terbuka tipe berpikir divergen dan berpikir evaluatif masih sangat terbatas. 2. Pertanyaan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang pada materi sistem pertahanan tubuh berdasarkan taksonomi Bloom didominasi dengan pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman). Pertanyaan tingkatan C2 (pemahaman) digolongkan pertanyaan dengan tingkatan berpikir lebih rendah (Lower Order Thinking Skill), sedangkan untuk pertanyaan dengan tingkatan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skill) masih sangat terbatas. B. Implikasi Pertanyaan siswa yang diajukan selama pembelajaran biologi dapat menggambarkan batas kemampuan berpikirnya. Isi pertanyaan yang diajukan siswa dapat menjadi penentu sampai dimana tingkat kemampuan berpikirnya (kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi). Ini mengimplikasikan bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi masukan khususnya bagi pendidik untuk mengukur sejauh mana kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan dengan melihat dan mengamati profil pertanyaan yang dimiliki siswa. C. Saran Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Tanjungpinang mengenai profil pertanyaan siswa berdasarkan Question Category System for Science dan taksonomi Bloom dapat dikemukakan beberapa saran, di antaranya: 1. sebaiknya sebagai seorang pendidik, guru harus melatih siswa agar mampu memunculkan pertanyaan-pertanyaan kognititf tingkat tinggi, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 2. sebagai seorang pendidik, guru hendaknya memberikan peluang lebih banyak bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Tidak hanya diakhir proses pembelajaran saja siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, karena semakin sering siswa bertanya, maka akan semakin berkembang kemampuan berpikirnya. 3. profil pertanyaan siswa yang diukur dapat lebih dikembangkan, sehingga tidak hanya berdasarkan Question Category System for Science dan ranah kognitif taksonomi Bloom, namun juga dapat menggunakan taksonomi Bloom revisi.

DAFTAR PUSTAKA Cholifah, S., Hendri, W., dan Deswati, L., 2013, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Mengungkapkan Pertanyaan pada Proses Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP Bunda Padang, FKIP Universitas Bung Hatta, http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php, 05 Februari 2017. Fathianihayati, A., Hidayati, S., Yuliati, 2016, Ragam Pertanyaan Siswa MAN Yogyakarta III dalam Pembelajaran Biologi Berdasarkan Perbedaan Pokok Bahasan, 5(7), 27-37 http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pb io/article/download/4629/4296, 15 April 2017. Hamdayana, J., 2016, Metodologi Pengajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta. Husna, H. N., dan Sanjaya, Y., 2015, Analisis Pertanyaan Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Ilmiah Menggunakan Komik Pendidikan Sains, 7(2),121-126, http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusai ns/article/view/1610/2188, 10 Juli 2017. Jufri, W.,H.A., 2013, Belajar dan Pembelajaran SAINS, Pustaka Reka Cipta, Bandung. Lailatul, H., Rosyidatun, E, S., dan Miranto, S., 2015, Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester 1 Berdasarkan Literasi Sains, 7(1), 1-10, http://download.portalgaruda.org/article.php, 11 Juli 2017. Mulyatiningsih, E., 2012, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, Alfabeta, Bandung. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2013, https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/permendikb ud70-2013kd-strukturkurikulum-smk- MAK.pdf, 10 Maret 2017. Rahmadhani, Y., 2013, Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, http://repository.upi.edu/1595/, 10 Februari 2017. Sukmadinata, N. S., 2015, Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Yuliani, 2014, Analisis Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Taksonomi Bloom, FKIP Universitas Lampung, Lampung, http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jbt/artic le/viewfile/7491/4405, 17 Februari 2017.