BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga


BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Kemudian Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Perkembangan UMKM ini tidak lepas dari peran pemerintah sebagai regulator yang mengadakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009. Kredit Usaha Rakyat (KUR) kredit/ pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR menurut kementrian koperasi dan usaha kecil menengah adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank, Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data dari Kementrian Negara dan Koperasi (Kemennegkop) total plafon yang telah disalurkan oleh perbankan nasional per Agustus 2009 mencapai Rp 15,3 triliun namun jumlah tersebut hanya mencapai 57% dari total plafon yang di rencanakan pemerintah. Dengan kata lain masih terdapat kelonggaran tarik (termasuk kredit yang sudah diangsur) sebesar 43%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum disalurkan secara efisien

oleh perbankan dikarenakan berbagai faktor. Secara nasional penyaluran KUR banyak diarahkan kesektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 55% dari total penyaluran KUR diikuti dengan penyaluran ke sektor pertanian sebesar 27% dan sektor lain-lain sebesar 9%. Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilakukan melalui Bank yang sudah ditunjuk langsung oleh Kementrian Negara dan Koperasi (Kemennegkop). KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana yang telah dipercayakan oleh masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan yang sangat penting sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Dana tersebut disalurkan oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya. Berdasarkan pasal 1 Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut standar akuntansi keuangan No. 31 tahun 2009 (revisi tahun 2000), Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam

bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Menurut peraturan bank Indonesia No.10/19/2008 menjelaskan Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional. Oleh karena itu perbankan mempunyai peranan dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Namun keputusan bank menyalurkan kredit mempunyai banyak risiko. Risiko tersebut yang diterima oleh sebuah bank adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan dan tidak menguntungkan bank. Risiko yang dapat dialami perusahaan perbankan adalah risiko operasional, risiko kematian, risiko kesehatan, risiko teknologi, risiko pasar, risiko perubahan tingkat bunga, dan risiko kredit. Sebagai pihak yang menyalurkan dana pihak ketiga kepada masyarakat yang membutuhkan dana maka bank akan berupaya memaksimalkan potensi tersebut. Bank akan berupaya memaksimalkan kesempatan untuk menyalurkan dana yang telah dihimpun untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Pemberian kredit yang maksimal akan sangat baik bagi bank terutama dalam peran bank menyalurkan kredit bagi masyarakat. Namun demikian pemberian kredit yang dilakukan bank harus dianalisis dengan teliti agar kredit yang telah diberikan dapat dikembalikan sesuai aturan dan perjanjian yang disepakati. Pemberian kredit harus menerapkan prinsip kehati-hatian ( prudential banking principle) sebab kredit yang disalurkan tersebut akan menyimpan risiko yang biasa disebut dengan risiko kredit.

Salah satu dari risiko-risiko yang dapat dialami perusahaan adalah risiko kredit. Pengertian risiko kredit menurut Frianto Pandia,S (2008) adalah : risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam yang tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Sesuai peranan perusahaan perbankan, bank bertugas menyalurkan kredit ke masyarakat yang membutuhkan dana dan atas kredit yang disalurkan tersebut maka bank akan mendapat bunga sebagai pendapatan. Apabila kredit berjalan lancar, maka pendapatan bunga ini menghasilkan lebih dari separuh pendapatan bank (Fredic S Mishkin, 2010). Menurut Luh Gede Meydianawathi (2007) mengungkapkan risiko kredit ini berkaitan dengan faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal seperti debitur yang tidak mampu membayar pinjaman, keadaan ekonomi di negara. Sedangkan faktor internal dapat diukur dengan jumlah dana pihak ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), non performing loan (NPL),dan return on assets (ROA). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah pangsa pasar dana pihak ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank secara indvidu. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Adapun dana pihak ketiga diperoleh dengan menjumlahkan giro, tabungan dan deposito (Bambang Sudiyatno dan Jati suroso,2010). Penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat resiko bank. Tingginya rasio Capital dapat melindungi nasabah, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank (Werdaningtyas, 2002). Non performing loan (NPL) juga merupakan faktor internal yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank mewakili kualitas aset bank. Masalah yang bersumber dari

kredit bermasalah memang membuat bank berhati hati dalam memberikan kredit ke debitur. Kemudian faktor internal lain yang digunakan dalam mengukur tingkat kesehatan bank mewakili tingkat profitabilitas adalah ROA. ROA sudah sering digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas b seberapa optimal aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit Ratio (LDR) antara 80% hingga 110%. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Besar-kecilnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Penelitian mengenai Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan hasil yang berbedabeda. Penelitian yang dilakukan Suyono (2005), Merkusiwati (2007) memperlihatkan hasil bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Dalam dunia usaha tidak sepenuhnya kegiatan perusahaan akan berhasil. Begitu juga dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pihak perbankan juga mungkin mengalami

resiko kegagalan atau tidak lancarnya pembayaran kredit oleh debitur, dalam dunia perbankan peristiwa tersebut biasa di sebut dengan dengan kredit macet (non performing loan). Hal ini mampu mempengaruhi kinerja bank, semakin besar tingkat kredit macet yang di alami bank maka akan menyebabkan menurunnya potensi keuntungan yang akan diperoleh bank dikarenakan harus menyiapkan cadangan kerugian kredit bermasalah. Oleh sebab itu maka Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL adalah 5%. Sehingga jika bank mampu menekan tingkat NPL di bawah 5% maka potensi keuntungan perusahaan akan meningkat. Jumlah di Indonesia pada saat Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, jumlah UMKM di Indonesia saat ini mencapai sekitar 55 juta dengan menyerap 97 persen tenaga kerja, jumlah tersebut mencakup semua sektor bisnis. Menurut I Made Rajiv Permadi (2009) menyatakan bahwa tingginya kredit yang disalurkan bank pada sektor UMKM akan mampu meningkatkan pertumbuhan jumalah UMKM di Indonesia begitu juga sebaliknya bahwa pertumbuhan jumlah UMKM akan mampu meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan perbankan. Luh Gede Meydianawathi (2006) mengungkapkan bahwa Dana Pihak Ketiga, Return On Aset dan Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Sedangkan untuk Net Performing Loan berpengaruh negatif dan signifikan. Himaniar Triasdini (2010) dalam penelitiannya menunjukkan NPL mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja, sedangkan CAR dan ROA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Irma Anindita (2011) menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan pada penyaluran kredit hal tersebut berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Fitri Kaidar (2012) yang menyatakan bahwa LDR tidak berpengaruh pada penyaluran kredit. Berdasarkan uraian singkat yang diungkapkan di atas yang mengindikasikan bahwa bank dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah karena dipengaruhi faktor eksternal dan internal perbankan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN UMKM, DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (Studi Kasus Pada Bank Nasional Yang Ditunjuk Pemerintah Sebagai Bank Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) periode 2008-2012) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasikan masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Apakah pertumbuhan jumlah UMKM berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha rakyat? 2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha rakyat? 3. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap jumlah kredit usaha rakyat? 4. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha rakyat? 5. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha rakyat? 6. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha rakyat?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui, diantaranya : 1. Pengaruh pertumbuhan jumlah UMKM tehadap jumlah kredit usaha rakyat. 2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penyaluran jumlah kredit usaha rakyat. 3. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap penyaluran jumlah kredit usaha rakyat. 4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran jumlah kredit usaha rakyat. 5. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran jumlah kredit usaha rakyat. 6. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap penyaluran jumlah kredit usaha rakyat. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pertumbuhan UMKM, Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Assets (ROA) dengan jumlah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sekaligus kesempatan bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan masukan untuk kemajuan perusahaan terutama dalam penilaian jumlah penyaluran KUR dan kebijakan-kebijakan yang mendukungnya untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih baik.

3. Bagi Pemerintah (regulator) Sebagai bahan masukan, alat analisis, dan pertimbangan yang dapat digunakan dalam mengevaluasi program atau kebijakan yang telah diterapkan supaya menghasilkan regulasi yang lebih baik lagi. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan bukti sebagai pembuktian mengenai ada atau tidaknya pengaruh jumlah perkembangan KUKM, DPK, LDR, CAR, NPL dan ROA dalam jumlah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis mengadakan penelitian dengan mengambil data laporan keuangan tahunan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia atau pada website www.idx.co.id melalui situs Komite Kredit Usaha Rakyat Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian www.komite-kur.com, www.kemengkop.go.id dan www.sentraukm.com Adapun penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai dengan selesai.