BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tentunya pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kehidupan manusia menuju ke arah yang lebih baik. Nyatanya seperti yang dijelaskan undang-undang di atas, bahwa bukan saja pendidikan yang bersifat pengetahuan atau hafalan yang menjadi modal yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat dan dunia kerja, tetapi pengembangan kepribadian yang baik dan keterampilan juga diperlukan. Bahasa Jepang termasuk salah satu keterampilan tersebut. Bahasa Jepang merupakan salah satu keterampilan bahasa asing yang memiliki peminat dengan jumlah yang cukup banyak di negara Indonesia. Membanjirnya peminat bahasa Jepang membuat lembaga pendidikan formal maupun non-formal berbondong-bondong melaksanakan pendidikan bahasa Jepang. Pendidikan bahasa Jepang dirasa perlu oleh beberapa kalangan masyarakat disebabkan karena banyaknya perusahaan Jepang yang menanam modal di Indonesia. 1
Berdasarkan hasil data survey dari pihak Japan Foundation jumlah lembaga belajar, pengajar, dan pembelajar bahasa Jepang dari tahun ke tahun di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 1998, jumlah lembaga belajar bahasa Jepang adalah 413 lembaga, dengan jumlah pengajar 1.159 orang, dan jumlah pembelajar 54.056 siswa. Kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 606 lembaga, dengan jumlah pengajar 1.702 orang, dan jumlah pembelajar 85.221 siswa. Dan pada tahun 2006 menlonjak menjadi 1.084 lembaga, 2.651 pengajar, dengan jumlah pembelajar mencapai 272.109 siswa (buletin triwulan Egao vol.ii/ no.4. Oktober 2009) Pengajaran bahasa Jepang umumnya ditujukan agar pembelajar mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jepang. Ada dua tuntutan dalam berkomunikasi, yaitu mampu berkomunikasi secara lisan dan mampu berkomunikasi secara tulisan. Akan tetapi saat proses pembelajarannya, banyak siswa yang menemukan kesulitan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang cukup sulit untuk dipelajari termasuk oleh orang Indonesia karena banyak beban yang harus di tempuh oleh pembelajar (Sutedi, 2009 : 34). Selanjutnya Sutedi (2009 : 34-35) mengemukakan bahwa, Hal-hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran antara lain perbedaan huruf, perbedaan struktur kalimat, perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulisan, dan kurangnya kesempatan untuk menggunakan bahasa Jepang, baik di dalam maupun luar kelas atau dalam kehidupan nyata. Masalah lainnya yang dihadapi adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan 2
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan sebuah kesenjangan antara pencapaian academic standard dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Dalam dunia pendidikan, pengetahuan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Terlebih memasuki millennium baru ini, kesadaran akan pentingnya pengetahuan semakin nyata dan meningkat. Modal pengetahuan dan intelektualitas lebih penting dari sekedar modal fisik yang dimiliki. Saat ini upaya untuk memperoleh pengetahuan semakin mungkin dan mudah karena di saat yang sama teknologi informasi pun sudah maju dan akan terus berkembang. Jadi, tidaklah berlebihan bila kita menyebut dunia yang kita jalani sekarang ini adalah era pengetahuan, knowledge era. Menurut Prasetya Irawan dkk. (2003) mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi. Maka, sebagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, seiring dengan perkembangan teknologi informasi tersebut, agar institusi pendidikan (sekolah) dapat terus bertahan dan mendapat apresiasi tinggi, institusi pendidikan juga harus berubah 3
menyesuaikan dan memperbaiki diri. Salah satu aspek yang harus diubah dan diperbaiki adalah proses belajar mengajar. Belakangan ini, pengelola institusi pendidikan menyadari pentingnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (learned centered). Pendekatan teacher centered sudah dianggap tertinggal dan perlu diubah. Hal ini dikarenakan pada pendekatan teacher centered proses pembelajaran berpusat pada pendidik dengan penekanan pada peliputan dan penyebaran materi, sementara siswa sendiri kurang aktif. Para siswa membutuhkan lebih dari sekedar pendekatan yang berpusat pada pendidik yang biasa diberikan. Mereka membutuhkan pendekatan yang memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan. Tidak akan banyak kecakapan yang mereka dapatkan bila partisipasi mereka minim dalam proses pembelajaran. Begitu pula halnya dalam pembelajaran Bahasa Jepang, agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang, perlu adanya upaya inovatif dalam proses belajar mengajar. Misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat kepada pembelajar (learned centered) seperti Contextual Learning, CIRC, dan Problem Based Learning. Upaya tersebut diatas, yaitu agar kegiatan belajar mengajar menjadi kegiatan yang menarik. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, model dan metode yang digunakan dalam belajar menjadi hal sangatlah penting. Berkaitan dengan metode mengajar, Djahiri (1985 : 28) mengemukakan bahwa : Guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode/cara atau pola dalam mencapai melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar sesuatu. 4
Dan guru pun harus menguasi metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik. Lebih lanjut Aziz Wahab (1986 : viii) mengemukakan bahwa Penggunaan model dan metode pengajaran yang tepat akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Dilatar belakangi dengan penjelasan tersebut Problem Based Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jepang. Untuk menguji sampai sejauh mana efektif atau tidak metode Problem Based Learning, maka penulis mengadakan penelitian yang diberi judul Efektivitas Metode Problem Based Learning dalam Pembelajaran Shokyuu Nihongo di SMA LABSCHOOL UPI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana kemampuan Bahasa Jepang siswa yang menjadi sampel penelitian sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning. b. Apakah terdapat perbedaan kemampuan Bahasa Jepang yang signifikan antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang tidak menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning? 5
c. Apakah metode Problem Based Learning efektif digunakan pada pembelajaran bahasa Jepang dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa? d. Sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran Bahasa Jepang dasar yang menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah mendeskripsikan : a. Kemampuan Bahasa Jepang siswa SMA yang menjadi sampel penelitian sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran mengguanakan metode Problem Based Learning. b. Adakah perbedaan kemampuan Bahasa Jepang yang signifikan antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang tidak menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning. c. Efektifitas metode Problem Based Learning pada pembelajaran bahasa Jepang dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. d. Respon siswa terhadap pembelajaran Bahasa jepang dasar dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning. 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata sebagai berikut: a. Mengetahui gambaran hasil belajar bahasa Jepang setelah menerapkan metode Problem Based Learning. b. Sebagai masukan dan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan Bahasa Jepang sehingga, mampu memberikan dampak dan kontribusi yang positif agar pembelajaran Bahasa Jepang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. c. Sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai Problem Based Learning. 1.5 DEFINISI OPERASIONAL 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara penyajian bahan pengajaran dalam suatu kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Danasasmita, 2009:26) Yang dimaksud dengan metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah serangkaian prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. 7
2. Problem Based Learning Dalam Amir (2009 : 21) Prof. Howard Barrows dan Kelson mengemukakan : Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Sedangkan Problem Based Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran instruksional yang membuat siswa mampu menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, mengembangkan pemikiran kritis dan analitis, memberi inisiatif atas materi pembelajaran, serta mencari sumber pembelajaran yang sesuai yang digunakan di kelas eksperimen. 1.6 HIPOTESIS PENELITIAN Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis kerja. Berdasarkan uraian masalah dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran bahasa Jepang dasar dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dengan metode pembelajaran ekspositori. 8
1.7 METODOLOGI PENELITIAN 1.7.1 Metode penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, sampel di desain menjadi dua kelompok. Yaitu, kelompok eksperimen dalam kelompok yang diberi perlakuan metode pembelajaran Problem Based Learning. Dan kelompok kontrol yang diberi pengajaran ekspositori. Hal ini dilakukan karena penulis ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dari metode Problem Based Learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa 1.7.2 Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini diadakan di SMA LABSCHOOL Universitas Pendidikan Indonesia. Beberapa alasan yang mendasari diantaranya adalah kemampuan yang diukur adalah hasil belajar siswa SMA. Siswa SMA khususnya kelas XI pada umumnya telah mampu untuk berpikir kritis dan mengambil tindakan dalam menyelesaikan masalah. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh apa yang terjadi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning.. Oleh karena itu maka, populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA LABSCHOOL UPI. Adapun sampel penelitian ini adalah dua kelas siswa XI yang diambil dengan menggunakan teknik random 9
yaitu kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 4. Dari dua kelas tersebut, satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas yang lain sebagai kelas control. 1.7.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Test Terdiri dari pre test dan post test. Pre test diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok control untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan post test digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kelompok control setelah pembelajaran dilakukan. 2. Angket Digunakan untuk mengetahui respons siswa kelompok eksperimen terhadap pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan metode Problem Based Learning terhadap peningkatan kemampuannya. 3. Lembar Observasi Digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang sikap siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara siswa 10
dengan guru dalam pembelajaran, dan interaksi antara siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya. 1.8 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah : BAB I Dalam hal ini peneliti menjelaskan latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, Hipotesis Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Pembahasan. BAB II Dalam bab ini peneliti menjelaskan tinjauan pustaka yang menyangkut teori, dan hasil penelitian terdahulu BAB III Dalam bab ini peneliti menjelaskan metode penelitian secara sistematis, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, populasi dan sample, dan rancangan eksperimen. BAB IV Dalam bab ini peneliti menjelaskan analisis data dan pembahasan. Hal ini menyangkut laporan eksperimen, analisis data dan interpretasi data. BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. 11