Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 Januari 2018 : 21-28

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)


Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1 Februari-Juli 2016: 63-68

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURANG USIA 6-48 BULAN TERHADAP STATUS GIZI DI WILAYAH PUSKESMAS SEI TATAS KABUPATEN KAPUAS

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN NASI TIM DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK MALNUTRISI USIA 1-2 TAHUN (Realitionship Between Granting Additional Food of Rice Team With Growth Developing Children Malnutrition Ages 1-2 Years) Lidia Widia, Ayu Yuni Fahrina Sibarani Email: Lidia_Cantika30@yahoo.com, Ayukimsanghwa01@gmail.com ABSTRACT According to the World Health Organization (WHO) 54% of infant and child mortality are associated with malnutrition. The purpose of this research is to know the relationship between Feeding Supplement of Rice Team with Child Growth Malnutrition age 1-2 years. This research method is analytic survey. The research design was cross sectional. This research data is obtained from primary data, in work area Puskesmas Mekarpura. Total sampling sampling technique. From the analysis results obtained P value 0.001 <0.05 so Ho is rejected so as to prove that there is a very close relationship between Feeding Supplement Rice Team with Child Growth Malnutrition age 1-2 years The conclusion of this study is that there is a very close relationship between Feeding Supplement Rice Team with Child Growth Malnutrition age 1-2 years. It is expected that mothers always bring their baby keposyandu so that the child's body weight can be monitored in every month. Keywords : Food Supplement, Growth, Malnutrition PENDAHULUAN Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDG s), sampai dengan tahun 2015 Indonesia harus menurunkan angka kematian balita dari 97/1000 kelahiran hidup, menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKABA saat ini 44/1000 KH. Artinya, kematian balita (0-59 bulan) masih tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) 54% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian balita dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada kematian (Depkes,RI 2010). Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi, penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara lain diare, tuberkolusis, campak, dan batuk rejan (wooping cough) (Supariasa, IDN 2012). Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari Status gizi balita yang di deteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat, jika berat badannya

selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya. Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus bila berat badan balita dibawah garis merah (BGM) (Depkes, RI 2000). Faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh (Depkes,RI 2010). Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Kondisi kecukupan gizi sangatlah berpengaruh pada kondisi kesehatannya secara berkesinambungan pada masa mendatang (Muaris, 2006). Menurut buku pedoman pelayanan anak gizi buruk, Penanggulangan balita gizi kurang dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) sedangkan balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai tatalaksana balita gizi buruk yang ada. Berdasarkan panduan penyelenggaraan PMT-P bagi balita gizi kurang (2011) makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi untuk pemulihan gizi. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Konsumsi makanan PMT- P yang adekuat juga akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita. Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau digunakan manusia supaya dapat hidup. Zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Karbohidrat, protein, dan lemak disebut makanan pokok karena banyak memberikan kalori. Zat-zat makanan ini mempunyai fungsi sebagai sumber energi atau tenaga, menyumbang pertumbuhanpertumbuhan badan dan mengganti selsel yang rusak atau aus, mengatur keseimbangan air, mineral dan asam basa di dalam cairan tubuh serta sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit atau imun dan antitoksin. Anak balita mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita (Sediaoetama AD, 2006). Tidak cukupnya zat gizi dalam tubuh, maka simpanan zat gizi berkurang dan lama kelamaan simpanan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolisme, terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan dan akhirnya memasuki ambang klinis. Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitan dimulai dari sakit ringan sampai sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada empat kemungkinan yaitu kematian, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditangani secara intensif (Supariasa IDN, 2002). World Health Organization (WHO) mencatat sedikitnya 23% balita di dunia mengalami berat badan yang rendah atau di bawah garis merah. Di negara Amerika Serikat jumlah balita dengan berat badan di bawah garis merah berjumlah 12,8% jumlah ini masih kecil dibandingkan negara Belanda. Di Negara berkembang jumlah balita yang mengalami berat badan di bawah garis normal yaitu sebanyak 26% (WHO, 2013).

Data yang di publikasikan pada tahun 2012 awal oleh SEANUTS (South East Asian Nutrition Surveys) survei yang dilakukan di 4 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam menyatakan bahwa gizi buruk masih merupakan masalah utama di Indonesia. Namun, obestias adalah masalah yang juga mulai muncul di negara ini. Secara langsung, gizi buruk dapat menyebabkan gangguan perkembangan pada anak yang dapat juga berakhir dengan kematian (1/3 dari seluruh kematian balita) sedangkan gizi lebih atau gemuk (obesitas) pada orang dewasa merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit terutama yang sifatnya dipengaruhi oleh gaya hidup (Depkes RI, 2013). Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 Balita. Untuk mencapai sasaran MDG s tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 2013 sampai 2015 (Riskesdas, 2013). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2013 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang terlihat meningkat yaitu sebesar 25,9%, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 17%, tahun 2010 sebesar 22,8% dan pada tahun 2007 sebesar 24,95% (Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, 2013). Data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kotabaru jumlah balita yang mengalami gizi kurang (BGM) sebanyak 602 (45,5%) balita pada tahun 2014 dan meningkat 719 (54,4%) balita pada tahun 2015.(Pelayanan Kesehatan bagian Gizi, Dinas Kesesahatan Kotabaru 2015) Sedangkan data Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru pada tahun 2014 balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14 (12,72%) balita, meningkat pada tahun 2015 sebanyak 24 (21,81%) balita dan pada bulan Januari Mei 2016 jumlah balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 31 (28,18%) balita.(puskesmas Mekarpura 2016 ) Masalah yang terjadi di Puskesmas Mekarpura pada tahun 2016 masih banyak balita mengalami malnutrisi karena pemberian makanan tambahan masih kurang diberikan pada balita oleh orangtua terkait kurang memahami jenis makanan tambahan. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Pemberian Makanan Tambahan Nasi Tim dengan Tumbuh Kembang Anak Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru. Tujuan dari penelitian ini yaitu : a). Mengidentifikasi pemberian makanan tambahan nasi tim di Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru. b) Mengidentifikasi tumbuh kembang anak malnutrisi di Puskesmas. Mekarpura Kabupaten Kotabaru. c). Menganalisis

adanya hubungan antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi usia 1-2 tahun di Puskesmas. Mekarpura Kabupaten Kotabaru. Hipotesa penelitian adalah 1). Tidak ada hubungan antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang balita malnutrisi usia 1-2 tahun di Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru 2). Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang balita malnutrisi usia 1-2 tahun di Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru. METODE PENELITIAN Waktu penelitian di mulai dari bulan Mei September 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru. Alasan peneliti mengambil penelitian tersebut karena, masih banyaknya anak usia 1-2 tahun yang mengalami Malnutrisi sebanyak 31(28,18%) anak,data dari bulan Januari Mei 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey analitik, yaitu peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara pemberian makanan tambahan Nasi Tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi di Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru dengan rancangan Cross Sectional yaitu pengumpulan data untuk variabel bebas dan terikat dilakukan secara bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari seluruh anak malnutrisi yang berusia 1-2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru yang berjumlah 31 orang. Teknik pengambilan data yang digunakan berupa data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data primer dalam penelitin ini yaitu, data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner tentang pemberian makanan tambahan nasi tim. Analisis penelitian menggunakan uji Chi- Square terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Distribusi berdasarkan Pemberian Nasi Tim di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru tahun 2016 Pemberian Nasi Tim Tidak Diberikan Frekuensi Persentase (%) (Orang) 15 48,4 Diberikan 16 51,6 Total 31 100 Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian dari 31 responden yang diteliti menunjukkan bahwa sebagian besar (51,6 %) dari responden diberikan pemberian makanan tambahan nasi tim dan hampir setengahnya (48,4%) dari responden tidak diberikan makanan tambahan nasi tim. 2 Distribusi berdasarkan Tumbuh Kembang Anak Malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru Tahun 2016. Tumbuh Kembang Frekuensi Persentase (%) (Orang) BB Meningkat 23 74,2 BB Tetap 8 25,8 Total 31 100 Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian dari 31 responden yang

diteliti menunjukkan bahwa sebagian besar (74,2%) dari responden yang berat badannya mengalami peningkatan sedangkan sebagian kecil (25,8%) dari responden yang berat badannya tidak mengalami kenaikan /tetap. 3 Distribusi Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Nasi Tim dengan Tumbuh Kembang Anak Malnutrisi wilayah kerja Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru Tahun 2016 Pemberia n Makanan Nasi Tim Tidak Diberika n 8 Tumbuh Kembang BB Total BB Mening Tetap kat N % N % N 25,8 7 Diberi 0 0 16 Total 8 25,8 23 2 2, 6 5 1, 6 7 4, 2 Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa distribusi antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tambahan nasi tim berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak malnutrisi, dimana pada ibu yang memberikan makanan tambahan nasi tim, seluruhnya mengalami berat badan yang meningkat. Sedangkan sisanya sebagian mengalami berat badan yang tetap. Sementara pada ibu yang tidak memberikan makanan tambahan nasi tim, hampir setengahnya mengalami berat badan tetap, dan sisanya sebagian besar mengalami berat badan 15 16 31 PV al ue 48,4 0,00 1 51,6 10 0 meningkat. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value 0,001 < α = 0,05 sehingga H 0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi. PEMBAHASAN 1. Pemberian Makanan Tambahan Nasi Tim Berdasarkan tabel 1 diperoleh informasi bahwa pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anaka malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura, menunjukkan bahwa sebagian besar (51,6%) dari responden mengalami berat badan yang meningkat dan hampir setengahnya (48,4%) dari responden mengalami berat badan yang tetap. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Nasi Tim adalah nasi lembek yang dimasak dengan cara ditim (ditaruh dalam mangkuk yg direbus di kuali atau panci bertutup). Biasanya nasi Tim dibuat untuk anak-anak kecil atau Balita (Kamus Besar Indonesia,2011). 2. Tumbuh Kembang Anak Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi bahwa tumbuh kembang anak malnutrisi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mekarpura menunjukkan bahwa sebagian besar (74,2%) dari responden yang mengalami berat badan meningkat sedangkan sebagian kecil (25,8%) dari responden yang mengalami berat badan tetap.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel. Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong,2008 ). 3.Hubungan Antara Pemberian Makanan Tambahan Nasi Tim dengan Tumbuh Kembang Anak Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan uji statistik menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan nasi tim berpengaruh pada tumbuh kembang anak malnutrisi, dimana pada ibu yang memberikan nasi tim, hampir seluruhnya (51,6%) mengalami berat badan yang meningkat. Sedangkan sisanya sebagian tidak memberikan nasi tim (48,4%) berat badan tetap. Sementara pada ibu yang memberikan nasi tim, (74,,2%) mengalami berat badan meningkat, dan sisanya sebagian (25,8%) mengalami berat badan tetap. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value 0,001 < α = 0,05 sehingga H 0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukurandan berat seluruh atau sebagian sel. Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong,2008 ). Penelitian yang dilakukan Agustine, A (2009) dengan judul Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT P) dan Karakteristik Balita dengan Status Gizi (BB/U) Balita Di Lima Puskesmas Kabupaten Indramayu Tahun 2009 dengan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan PMT-P di Lima Puskesmas Kabupaten Indramayu tahun 2009. Penelitian yang dilakukan Fitriyanti, F (2012) dengan judul Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012 dengan hasil Ada pengaruh terhadap makanan tambahan pemulihan (PMT-P) terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk. Penelitian yang dilakukan Salsabila (2009) dengan Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Kelurahan

Lamper Tengah Kota Semarang dengan hasil efektif meningkatkan pertumbuhan yang meliputi berat badan namun tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan pada balita malnutrisi usia 1-2 tahun. IMPLIKASI Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang sangat erat antara pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi usia 1-2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru. SARAN 1. Bagi Puskesmas Mekarpura Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk memperkecil kejadian anak yang mengalami malnutrisi. 2. Bagi Bidan Wilayah Puskesmas Mekarpura Kabupaten Kotabaru Diharapkan dapat memberikan KIE pada ibu untuk meminimalkan kejadian anak malnutrisi dengan cara memberikan penyuluhan yang dapat menghindari terjadinya malnutrisi seperti konsumsi gizi seimbang. 3. Bagi Organisasi IBI Diharapkan agar dapat meningkatkan pengawasan terhadap anggotanya khususnya tentang kejadian anak malnutrisi usia 1-2 tahun. 4 Bagi Dinas Kesehatan Kotabaru Diharapkan Dinas Kesehatan dapat membantu memberikan sarana dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. 5. Bagi Orang Tua Responden Diharapkan bagi ibu yang memiliki anak usia 1-2 tahun selalu membawa bayinya keposyandu agar perkembangan anak dan berat badannya dapat terpantau dalam setiap bulannya. 6. Bagi Institusi STIKES Darul Azhar Batulicin Diharapkan agar dapat menambah koleksi buku kesehatan terutama buku mengenai tumbuh kembang anak dan cara mengatasi anak yang mengalami malnutrisi. 7. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat meneliti tentang pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi usia 1-2 tahun dengan variable lain yang lebih luas dan spesifik dalam waktu lebih lama. 8. Bagi Pembaca Diharapkan ikan hasil penelitian ini untuk bahan belajar dan untuk menambah wawasan tentang kesehatan khususnya tentang pemberian makanan tambahan nasi tim dengan tumbuh kembang anak malnutrisi usia 1-2 tahun.

DAFTAR PUSTAKA Chintia, (2008). Cerdas Memberi Makanan Pendamping Bayi. http://pare ntingislami.wordpress.co m/2008/06/cerdas-dalammemberi-pola-makanan/ di akses tanggal 26 Mei 2016.. Depkes, RI (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Direktorat Bina Gizi Masyarakat : Jakarta. Dinkes Kabupaten Kotabaru (2015). Bidang Pelayanan Kesehatan bagian Gizi, Dinas Kesesahatan Kotabaru. Dinkes Kalimantan Selatan. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan : Kal-Sel. Kemenkes RI (2012). Standart Perhitungan Gizi Balita Di Indonesia. Badan Litbang RI : Jakarta. Kemenkes RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Puskesmas Mekarpura.(2016). Profil Puskesmas Mekarpura,Kecamatan Pulau Laut Tengah,Kabupaten Kotabaru. Salsabila (2009) dengan Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun di Puskesmas Kelurahan Lamper Tengah Kota Semarang. http:// jtptiain-gdl-s1-2006-istimunaja-1118- bab3_310-8 di akses tanggal 29 Mei 2016. Riskesdas (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Laporan Nasional 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta. Sediaoetama, Ahmad Djaeni (2006). Ilmu Gizi Untuk Maha Siswa dan Profesi di Indonesia. Jilid dua. Dian Ratna : Jakarta. Sulistyoningsih (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Graha Ilmu : Yogyakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman (2002). Penilaian Status Gizi. Edisi Pertama. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Wong, Donna Lestari (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik volume 1.