LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

dokumen-dokumen yang mirip
Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF OLEH USTAD MUHAMMAD NUR MAULANA DALAM ISLAM ITU INDAH PROGRAM TRANS TV SKRIPSI

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS KESANTUNAN TUTURAN DALAM VIDEO IKLAN LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL DARI TANAH HARAM KE RANAH MINANG KARYA UMMUKI: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Elok Puji Prayekti, Tindak Tutu Direktif Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Islam Al Hikmah Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU)

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Diajukan Oleh: SEPTIN ARIYANI A

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK. Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

OLEH: SURAHMAT NPM:

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN NASKAH DRAMA SEPASANG MERPATI TUA KARYA BAKDI SOEMANTO KAJIAN PRAGMATIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DENGAN MEMANFAATKAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

III. METODE PENELITIAN

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

FORMAT LAMPIRAN TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU KELAS DUA SD 138/I JANGGA BARU DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN A. :... B. :... C. :... D. :

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PEMBELAJARAN DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK SEKABUPATEN REMBANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

Transkripsi:

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31 KESANTUNAN DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SMP ANGGREK BANJARMASIN Haswinda Harpriyanti 1 1. Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP PGRI Banjarmasin haswinda.h@stkipbjm.ac.id (085251428080) ABSTRAK Kesantunan sangat penting dalam sebuah komunikasi dengan adanya kesantunan berbahasa akan menimbulkan keharmonisan dalam berkomunikasi, terlebih dalam tindak direktif, khususnya dalam proses belajar-mengajar. Kalimat direktif digunakan untuk menyatakan sebuah perintah. Dalam interaksi belajarmengajar di sekolah tuturan direktif lebih dominan digunakan oleh seorang guru karena di dalam proses belajar-mengajar guru lebih berkuasa dari pada siswanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Analisis data dilakukan dengan cara pengklasifikasian data, penafsiran data, dan pendeskripsian hasil tafsiran. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tindak tutur direktif dalam proses belajar-mengajar terbagi menjadi (a) permintaan (requestives), yang mencakup meminta, mengajak, memohon, mendorong, menekan; (b) pertanyaan (questions), yang mencakup bertanya, menginterogasi; (c) persyaratan (requirements), yang mencakup menuntut, mengarahkan, mengatur, mengintruksikan; (d) larangan (prohibitions), yang mencakup melarang dan membatasi; (e) persilaan (permisives), yang mencakup pemberian izin, membolehkan, mengabulkan, memberi wewenag; (f) nasihat (advisories), yang mencakup menasihati, memperingatkan, menyarankan. Kata kunci : Kesantunan, Direktif, belajar-mengajar PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan satu wujud yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik dari manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu pun kegiatan manusia yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Rafiek (2007: 49) menyatakan bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain. Bahasa dapat dikaji dari beberapa sudut dan memberikan pengertian khusus pada unsur-unsur bahasa yang berbedabeda dan pada hubungan-hubungan (struktur) yang membeda-bedakan pula. Dalam komunikasi tidak hanya menuntut penuturnya mempunyai penguasaan atas sistem bunyi dan bahasa, tetapi juga penguasaan atas kaidah sosial bahasa seperti kesantunan dalam bahasa. Lakoff dalam Chaer (2010: 46) mengatakan jika tuturan kita ingin terdengar santun ditelinga pendengar atau lawan tutur kita, ada tiga buah akidah yang harus dipatuhi. Ketiga buah kaidah 21

Harpriyanti. H / LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 11 No.2 (2016) 21 31 kesantunan itu adalah formalitas (formality), ketidaktegasan (hesitancy), dan persamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie). Ketiga kaidah itu apabila dijabarkan, maka yang pertama formalitas, berarti jangan memaksa atau angkuh (aloof); yang kedua, ketidaktegasan berarti buatlah sedemikian rupa sehingga lawan tutur dapat menentukan pilihan (option) dan yang ketiga persamaan atau kesekawanan, berarti bertindaklah seolah-olah Anda dan lawn tutur Anda menjadi sama. Dari teori di atas dapat disimpulkan sebuah tuturan dikatakan santun apabila tuturan tersebut tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan kepada lawan tutur, dan lawan tutur merasa tenang. Kesantunan tidak hanya digunakan dalam menyatakan informasi, perjanjian, keputusan, penjelasan, menyatakan selamat, meminta pengakuan, pendapat, dan keterangan tepai juga digunakan dalam fungsi direktif. Kesantunan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan tingkah laku sosial yang sopan, atau etiket, terdapat dalam budaya. Dalam hal ini Chaer (2010: 6) mengemukakan bahwa kesantunan berbahasa lebih berkenaan dengan substansi bahasanya, maka kesantunan bahasa lebih berkenaan dengan perilaku atau tingkah laku di dalam bertutur. Tuturan tidak hanya berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, tetapi dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan itu dapat diwujudkan oleh seorang penutur melalui tindak lokusi, tidak ilokusi, dan tindak perlokusi. Selanjutnya, Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima kriteria yakni, asertif, komisif, ekspresif, deklarasi, dan direktif. Direktif bertujuan untuk menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan memberi nasihat. Fungsi tuturan direktif berorientasi pada penerima pesan. Dalam hal ini, bahasa dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain, baik emosi, perasaan, maupun tingkah laku. Pemakainan kalimat direktif dapat digunakan di mana pun dan kapan pun tidak terkecuali di lingkungan pendidikan atau sekolah. Bahkan di lembaga formal inilah yang semestinya menjadi barometer pemakaian bahasa secara santun. Hubungan antara warga sekolah wajib menjaga kesantunan berbahasa dalam segala bentuk komunikasi khususnya dalam proses belajar-mengajar di sekolah tidak hanya antara siswa tetapi juga antar guru dengan siswanya, karena segala situasi dalam proses belajar-mengajar akan lebih efektif jika seorang guru mampu menggunakan bahasa dengan santun khusunya dalam fungsi direktifnya. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian kesantunan direktif guru bahasa Indonesia dalam proses belajar-mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin adalah untuk mendeskripsikan wujud kesantunan dan fungsi kesantunan direktif guru bahasa Indonesia dalam proses belajar-mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang berusaha menggambarkan sesuatu yang terjadi dengan apa apanya. Pendekatan yang 22

Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin digunakan terhadap kesantunan direktif guru bahasa Indonesia di SMP Anggrek Banjarmasin adalah pendekatan kualitatif. Kualitatif adalah pendekatan yang diharapkan mampu menghasilkan suatu uaraian mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic (Bogdan dan Taylor, dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 22-23). B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang menuturkan khususnya guru bahasa Indonesia yang sedang melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar di kelas. Tuturan yang diucapkan oleh guru tersebut merupakan salah satu data utama yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik penyimakan penggunaan bahasa. Pada teknik ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap di sebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap pengguanaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. (Mahsun, 2005: 92). D. Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan dari berbagai sumber, selanjutnya dilakukan analisis data yang dalam penelitian ini berupa tuturan yang terdapat pada rekaman proses belajar-mengajar di kelas khusunya di SMP Anggrek Banjarmasin. Untuk menganalisis data penelitian ini dilakukan dengan teknik pengklasifikasian data, penafsiran data, dan pendeskripsian hasil tafsiran. Penafsiran dilakukan setelah data dikelompokkan. Penafsiran dilakukan dengan cara menafsirkan makna yang terdapat pada tuturan yang dituturkan oleh guru bahasa Indonesia pada saat proses belajar-mengajar di kelas. Dengan memaksukkan teori kesantunan dan teori pragmatik pada bagian direktifnya. Setelah makna yang terdapat dirumuskan, tahap selanjutnya yaitu pendeskripsian makna tersebut dalam bentuk kata-kata. Untuk memudahkan pengklasifikasian dan penyajian hasil penelitian, peneliti menggunakan kode-kode berikut: Guru (G), Siswa (S). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Wujud Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin Bahasa yang digunakan guru bahasa Indonesia pada saat proses belajar-mengajar berlangsung di SMP Anggrek Banjarmasin banyak terdapat wujud kesantunan direktifnya yang dapat terbagi menjadi beberapa bagian, yakni (a) permintaan (requestives), yang mencakup meminta, mengajak, memohon, mendorong, menekan; (b) pertanyaan (questions), yang mencakup bertanya, berinkuiri, menginterogasi; (c) persyaratan (requirements), yang mencakup 23

Harpriyanti. H / LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 11 No.2 (2016) 21 31 menuntut, mengarahkan, mengatur, mengintruksikan; (d) larangan (prohibitions), yang mencakup melarang dan membatasi; (e) persilaan (permisives), yang mencakup pemberian izin, membolehkan, mengabulkan, memberi wewenag; (f) nasihat (advisories), yang mencakup menasihati, memperingatkan, menyarankan. 1. Wujud Kesantunan Direktif Permintaan (requestives) Penarapan wujud kesantunan direktif permintaan yang mencakup meminta, mengajak, memohon, mendorong, menekan dalam proses belajarmengajar dapat dilihat seperti. [1] G : Baiklah, kalau begitu sebelum kita memulai pelajaran hari ini. Mari kita berdoa terlebih dahulu. S : Iya Bu. Konteks: (Tuturan di atas adalah tuturan antara guru dan siswa sebelum memulai pelajaran). Dalam tuturan [1] terlihat bahwa [G] telah menerapkan wujud kesantunan direktif yang termasuk dalam kategori wujud kesantunan direktif permintaan yang berupa ajakan. Dapat di lihat dari tuturan yang di tuturkan oleh guru Baiklah, kalau begitu sebelum kita memulai pelajaran hari ini. Mari kita berdoa terlebih dahulu. Kata baiklah dan mari dalam tuturan itu merupakan penanda kesantunan karena dengan adanya kata tersebut tuturan terasa menjadi lebih santun. Tuturan di atas sudah termasuk dalam wujud direktif permintaan dengan ditandai adanya kata ajakan mari. [2] S : Bagiannya ni pandir tarus. {siswa bersuara ketika guru sedang menjelaskan}. ( Mereka ini bicara terus ) G S1 S2 G : Nah, kerjakan tugas ja gen lah, tugasnya ada di halaman 27 di situ kalian tinggal menentukan haja lagi. ( Nah, kerjakan tugas saja ya, tugasnya ada di halaman 27 di situ kalian tinggal menentukan haja lagi. ) : Aduh, tugas lagi am. (Aduh, tugas lagi deh. ) : Iya Bu. Dikerjakan di buku latihan kah Bu? : Iya. Konteks: (Tuturan di atas adalah tuturan antara guru dan siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, yang mana tuturan itu meminta siswa untuk mengerjakan tugas pada buku LKS yang telah tersedia dikarenakan siswa yang selalu rebut ketika gurunya berusaha menjelaskan materi pelajaran). Dalam tuturan [2] terlihat bahwa [G] telah menerapkan wujud kesantunan direktif yang termasuk dalam kategori wujud kesantunan direktif permintaan yang berupa ajakan. Dapat di lihat dari tuturan yang di tuturkan guru Nah, kerjakan tugas ja gen lah, tugasnya ada di halaman 27 di situ kalian tinggal menentukan haja lagi. Kata ja gen lah dalam tuturan itu yang memiliki arti saja ya merupakan penanda kesantunan karena dengan adanya kata tersebut tuturan terasa menjadi lebih santun, 24

Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin sehingga walaupun ada siswa yang mengeluhkan dengan adanya pemberian tugas tetapi masih banyak siswa yang menuruti permintaan guru untuk mengerjakan tugas tersebut. Tuturan [2] tersebut sudah termasuk dalam wujud direktif permintaan ditandai dengan penggunaan kata kerjakan tugas ja gen lah (kerjakan tugas saja ya) itu sudah dapat menunjukan suatu permintaan yang jelas dari guru kepada siswa. 2. Wujud Kesantunan Direktif Pertanyaan (questions) Penarapan wujud kesantunan direktif pertanyaan yang mencakup bertanya, menginterogasi dalam proses belajar-mengajar dapat dilihat seperti. [6] G : Baiklah Abdurrahman. Apa itu pengumuman? S : Pengumuman terbagi dua. Konteks: (Tuturan di atas adalah tuturan antara guru kepada salah seorang siswa yang bernama Abdurrahman yang menanyakan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari pada hari itu). Dalam tuturan [6] terlihat bahwa [Guru] telah menerapkan wujud kesantunan direktif yang termasuk dalam kategori wujud kesantunan direktif pertanyaan yang berupa bertanya. Dapat di lihat dari tuturan yang di tuturkan guru Baiklah Abdurrahman. Apa itu pengumuman? Kata baiklah pada tuturan di atas merupakan penanda kesantunan yang membuat tuturan di atas terasa lebih santun ketika dituturkan dan dengan disertainya penyebutan nama siswa yakni Abdurrahman hal tersebut juga mempengaruhi tuturan yang dituturkan tentunya akan menjadi lebih santun. Pada tuturan [6] dikatakan wujud direktif pertanyaan karena ditandai dengan adanya kata tanya berupa apa sehingga tuturan tersebut membentuk tuturan pertanyaan yang tentunya menuntut sebuah jawaban dari lawan tuturnya. 3. Wujud Kesantunan Direktif Persyaratan (requirements) Penarapan wujud kesantunan direktif persyaratan yang mencakup menuntut, mengarahkan, mengatur, mengintruksikan, mengomando, mendikte dalam proses belajar-mengajar dapat dilihat seperti. [14] G : Tuliskan dulu nama, kelas di lembar jawaban kalian! Kalau ibu menulis di sini melihat lah? S : Silau. Konteks: (Tuturan di atas adalah tuturan guru yang ditujukan kepada siswa-siswanya ketika ingin memulai ulangan harian). Pada tuturan [14] [Guru] menunjukan wujud kesantunan direktif persyaratan. Dapat di lihat dari tuturannya Tuliskan dulu nama, kelas di lembar jawaban Kalian! Kalau ibu menulis di sini melihat lah? di tandai dengan kata dulu yang menunjukan syarat sebelum menuliskan soal ulangan harian siswa di minta untuk menuliskan nama dan kelas di lembar jawabannya masing-masing. Selain itu penggunan kata dulu juga dapat dikatakan sebagai penanda kesantunan pada tuturan [14] [Guru] tersebut karena dengan adanya kata dulu tuturan tersebut terdengar lebih bernilai santun. 25

Harpriyanti. H / LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 11 No.2 (2016) 21 31 [15] S : Badiaman ei. ( Tolong diam semua ) G : Tolong perhatikan ke depan! Konteks: (Tuturan di atas adalah tuturan guru yang ditujukan kepada semua siswanya agar bisa memperhatikan ke depan untuk mendengarkan penjelasan yang akan disampaikan). Pada tuturan [15] [Guru] menunjukan wujud kesantunan diraktif persyaratan yang berupa mengomando dapat di lihat pada tuturan Tolong perhatikan ke depan! penanda kesantunannya ditandai dengan adanya kata tolong dan dapat dikatakan sebagai persyaratan kategori mengomando karena dalam tuturan tersebut di tuturkan oleh [Guru] dengan tegas yang meminta semua siswanya untuk memperhatikan ke depan. 4. Wujud Kesantunan Direktif Larangan (prohibitions) Penarapan wujud kesantunan direktif persyaratan yang mencakup melarang dan membatasi dalam proses belajar-mengajar dapat dilihat seperti. [18] G : Hai, coba kata bungul jangan diucapkan. Belajar bahasa Indonesia kata yang baik digunakan. Kata yang tidak baik jangan dikeluarkan. Konteks: (Tuturan [18] adalah sebuah tuturan yang ditutrkan oleh guru kepada siswanya yang ketika saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung mengucapkan kata yang tidak sopan). Pada tuturan [18] yang dituturkan oleh [Guru] merupakan tuturan yang termasuk dalam wujud larangan dapat di lihat dari modalitas yang melekat pada tuturan tersebut yaitu kata jangan yang berarti melarang. Sehingga tuturan [18] tersebut sudah jelas termasuk dalam wujud direktif larangan. 5. Wujud Kesantunan Direktif Persilaan (permisives) Penarapan wujud kesantunan direktif persilaan yang mencakup memberi izin, mengabulkan dan member wewenang. [20] S : Bu, izin ke wc lah? (Bu, permisi ke toilet? ) G : Iya, silahkan. Jangan terlalu lama. S : Iya Bu. Konteks: (Tuturan tersebut adalah tuturan salah seorang siswa yang ingin meminta izin ke wc kepada guru yang sedang mengajar di kelas). Pada tuturan [20] [Guru] menunjukan wujud kesantunan diraktif persilaan yang berupa memberikan izin dapat di lihat pada tuturan Iya, silahkan. Jangan terlalu lama. Pada tuturan tersebut terdapat modalitas yang melekat yaitu penggunaan kata silahkan yang berarti mengizinkan siswanya untuk pergi ke toilet, sehingga tuturan [20] dapat dikategorikan ke dalam wujud kesantunan direktif persilaan. 26

Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin 6. Wujud Kesantunan Direktif Nasihat (advisories) Penarapan wujud kesantunan direktif nasihat yang mencakup menasihati, memperingatkan, mengusulkan, membimbing, dan menyarankan. [22] G : Yang menjawab lain ada? Jawabannya D. Nomor 25 jawabannya C. Nah, contoh-contoh soal yang seperti ini tolong kamu pahami betul. Perhatikan pertanyaannya, dipahami dulu baru memilih jawabannya. Nomor 26 jawabannya? S : B. G : Ya benar B, nomor 27? Konteks: (Tuturan [22] dituturkan oleh guru kepada siswa-siwanya ketika sedang membahas contohcontoh soal ujian semester). Pada tuturan [22] [Guru] menunjukan wujud kesantunan diraktif nasihat yang berupa memperingatkan, dapat di lihat dari tuturan Nah, contoh-contoh soal yang seperti ini harap kamu pahami betul. Perhatikan pertanyaannya, dipahami dulu baru memilih jawabannya. Tuturan tersebut memiliki makna seorang guru yang mengingatkan siswa-siswanya untuk lebih berhati-hati ketika menjawab soal-soal ujian agar tidak salah memilih jawaban. Dapat di lihat dari modalitas yang melekat yaitu adanya penggunaan kata harap sehingga tuturan [22] dapat dikategorikan ke dalam wujud direktif nasihat memperingatkan. [25] G : Semua halaman disebutkan tadi kamu baca yang harus kamu pelajari dan belajar itu dari sekarang bukan besok mau ulangan baru baca bukunya itu salah, dalam satu minggu ini ibu harap tidak ada lagi kegiatan yang tidak bermanfaat. Tiada hari tanpa belajar dalam minggu-minggu ini, kamu harus belajar tanpa membaca kamu tidak akan bisa menjawab soal, jadi Ibu harapkan kepada kalian supaya kamu benar-benar waktu digunakan dengan sebaik-baiknya jangan memikirkan ingin menyontek dengan teman. Sudah Ibu katakana walaupun dapat lima tapi hasil kerja kamu sendiri, kalau ulangan biasanya kaya itu. Jadi Ibu akhiri sampai di sini saja pelajarannya. Ingat kan pasan Ibu tadilah. S : Iya, Bu. Konteks: (Dituturkan guru pada saat proses belajarmengajar berlangsung). Pada tuturan [25] [Guru] menunjukan wujud kesantunan diraktif nasihat yang berupa menasihati, dapat di lihat dari tuturan [25] yang struktur kalimatnya memiliki makna menasihati siswa agar bisa memanfaatkan waktu belajar di rumah dengan sebaik-baiknya. Selain itu tuturan [25] tersebut ditandai dengan modalitas kata harap yang merupakan salah satu ciri dari wujud direktif nasihat. 27

Harpriyanti. H / LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 11 No.2 (2016) 21 31 B. Fungsi Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin Fungsi direktif dapat di bagikan menjadi beberapa kelompok diantaranya, (a) menyatakan fungsi perintah, (b) menyatakan fungsi larangan, (c) menyatakan fungsi persilaan, dan (d) menyatakan fungsi nasihat. 1. Fungsi Direktif Perintah Dalam fungsi direktif perintah bisa juga di wujudkan dalam kelompok permintaan dengan modalitas yang melekat seperti, ayo, coba, tolong dan hendaklah. [27] G : Ini tolong dihapuskan! (sambil menunjuk ke papan tulis). S : ( salah satu siswa maju dan menghapus papan tulis) Konteks: (Tuturan yang dihasilkan ketika guru meminta salah satu siswa yang berada di kelas untuk menghapus papan tulis). Pada tuturan [27] [Guru] menyatakan sebuah fungsi direktif perintah, dapat di lihat dari tuturan [27] Ini tolong dihapuskan! tuturan tersebut memiliki fungsi memerintah dapat dilihat dari modalitas yang melekat pada tuturan [27] yaitu adanya penggunaan kata tolong, sehingga tuturan itu menghasilkan sebuah tindakan dari salah satu siswa yang berada di kelas. 2. Fungsi Direktif Larangan Dalam menyatakan fungsi direktif larangan biasanya modalitas yang melekat pada tuturan adalah penggunaan kata jangan yang juga diikuti dengan partikel lah. [33] S : Huuu Huuuu.! G : Janganlah dibunyikan suaranya bersorak seperti itu, ini bukan sedang menonton pertandingan sepak bola, tapi kita ini sedang membahas contoh-contoh soal ujian. Konteks: (Dituturkan oleh guru yang marah ketika mendengar siswanya bersorak nyaring ketika belajar di kelas). Pada tuturan [33] [Guru] menyatakan sebuah fungsi direktif larangan, dapat di lihat dari tuturan [33] di atas tuturan tersebut memiliki fungsi melarang dapat dilihat dari modalitas yang melekat pada tuturan [33] yaitu adanya penggunaan kata jangan yang juga diikuti dengan partikel -lah, tuturan tersebut berfungsi melarang siswa yang mengeluarkan suara-suara bersorak nhyaring ketika belajar. Tuturan tersebut dihrapkan menghasilkan tindakan siswa agar menciptakan suasana belajar yang lebih tenang. 28

Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin 3. Fungsi Direktif Persilaan Dalam menyatakan fungsi direktif persilaan juga sejenis dengan melarang hanya saja, biasanya modalitas yang melekat pada tuturan adalah penggunaan kata silahkan, biarlah, diperkenankan, dan diizinkan. [35] G : Silahkan di buka bukunya sekarang. Konteks: (Dituturkan oleh guru kepada siswa pada saat ingin memulai pelajaran). Pada tuturan [35] [Guru] menyatakan sebuah fungsi direktif persilaan, dapat di lihat dari tuturan [35] di atas tuturan tersebut memiliki fungsi persilaan dapat dilihat dari modalitas yang melekat pada tuturan [35] yaitu adanya penggunaan kata silahkan tuturan tersebut berfungsi mempersilahkan semua siswa yang berada di kelas untuk segera membuka buku pelajaran karena pelajaran akan segera di mulai. 4. Fungsi Direktif Nasihat Dalam menyatakan fungsi direktif nasihat juga sejenis dengan mengijinkan hanya saja, biasanya modalitas yang melekat pada tuturan adalah penggunaan kata mari, harap yang juga kadang-kadang ayo, coba, hendaknya, dan hendaklah. [41] G : Nak oh, sayang berapa kali sudah Ibu menegur. Sudah lupa dengan nasehat Ibu hari-hari yang lalu, bicara terus. Coba, ibu berharap sekali kamu ini bisa benar-benar belajar, karna ini semua juga untuk kebaikanmu. Konteks: (Dituturkan oleh seorang guru kepada salah satu siswa yang terlihat tidak serius dalam mengikuti pelajaran). Pada tuturan [41] [Guru] menyatakan sebuah fungsi direktif nasihat, di lihat dari tuturan [41] Nak oh sayang berapa kali sudah Ibu menegur. Ini lupa sudah dengan pesanan Ibu nasehat Ibu hari-hari yang lalu, bicara terus. Coba, ibu berharap sekali kamu ini bisa benar-benar belajar, karna ini semua nantinya untuk kamu juga. dalam tuturan [41] modalitas yang melekat pada tuturan yaitu adanya penggunaan kata coba dan berharap. Tuturan [41] berfungsi menasihati siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran di kelas. A. Simpulan PENUTUP Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan pada tuturan guru Bahasa Indonesia dalam proses belajar-mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin ditemukan wujud kesantunan direktif yang terbagi (a) permintaan (requestives), yang mencakup meminta, mengajak, memohon, mendorong, menekan; (b) pertanyaan (questions), yang mencakup bertanya, berinkuiri, menginterogasi; (c) 29

Harpriyanti. H / LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 11 No.2 (2016) 21 31 persyaratan (requirements), yang mencakup menuntut, mengarahkan, mengatur, mengintruksikan; (d) larangan (prohibitions), yang mencakup melarang dan membatasi; (e) persilaan (permisives), yang mencakup pemberian izin, membolehkan, mengabulkan, memberi wewenag; (f) nasihat (advisories), yang mencakup menasihati, memperingatkan, menyarankan. Dalam hal ini, modalitas yang melekat dalam tuturan berbeda-beda disesuaikan dengan wujud tuturan yang dituturkan. Selaian wujud direktif pada tuturan guru Bahasa Indonesia juga di temukan fungsi direktif diantaranya, (a) menyatakan fungsi perintah, (b) menyatakan fungsi larangan, (c) menyatakan fungsi persilaan, dan (d) menyatakan fungsi nasihat. Dalam fungsi direktif diharapkan adanya tindakan dari lawan tutur sebagai tolak ukur mencapai efektivitas tujuan dari fungsi tuturan yang situturkan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan dapat disimpulkan dengan diterapkannya prinsip kesantunan dalam proses belajar-mengajar khususnya dalam tindak tutur direktifnya, hal ini sedikit banyak akan menentukan hasil belajar siswa dan tentunya akan menimbulkan keharmonisan dalam berkomunikasi. B. Saran Sesuai dengan hasil dan keterbatasan penelitian ini, saran yang dapat dikemukakan adalah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi penelaah atau peneliti kesantunan di masa yang akan datang untuk menambah referensi dan sebagai bahan perbandingan. Kesantunan direktif guru Bahasa Indonesia dalam proses belajar-mengajar belum terungkap secara keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikembangkan dengan metode dan teori dasar lainnya. DAFTAR PUSTAKA Basrowi. Dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Jumadi. 2005. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Jumadi. 2010. Wacana Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Prisma. Kridalaksana, Harimurti. 2008.Kamus Lingusitik Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geofferey. The Principles of Pragmatics. Terjemahan oleh M.D.D. Oka. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Srategi, Metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Edisi Revisi. 30

Kesantunan Direktif Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Belajar-Mengajar di SMP Anggrek Banjarmasin Moleong, Lexy J. 2002. Metodogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rafiek, Muhammad. 2007. Sosiologi Bahasa Pengantar Dasar Sosiolinguistik. Banjarmasin-Yogyakarta: FKIP PBSID Unlam dan PT. LKIS Pelangi Aksara. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma. Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo. Wijana, I Dewa Putu. & Rohmadi, Muhammad. 2009.Analisis Wacana PragmatikKajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Yule, George. Pragmatics. Terjemahan oleh Jumadi. 2006. Pragmatik. Banjarmasin: Unlam. 31