BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan dewasa ini dihadapkan kepada masalah-masalah yang mendasar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

SKRIPSI S-1 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika.

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dewasa akan mempengaruhi kehidupan masing-masing. keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

Rata-rata UN SMP/Sederajat

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB 1 PENDAHULUAN. menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guru, strategi pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim

Skripsi Oleh : Nanik Ramini NIM K

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yaitu dengan menempuh proses pembelajaran. juga dikembangkan seperti dibuatnya metode-metode baru dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan kualitas

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. agar memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. melahirkan generasi-generasi bangsa yang berintelektual.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dan menentukan kemajuan suatu bangsa. Dengan kata lain pendidikan merupakan tumpuan utama dalam menghadapi era globalisasi. Saat ini sistem pendidikan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai cara telah dikenalkan serta digunakan dalam proses belajar mengajar dengan harapan pengajaran guru akan lebih berkesan dan pembelajaran bagi murid akan lebih bermakna. Sejak beberapa tahun belakangan ini teknologi informasi dan komunikasi telah banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan satu tujuan mutu pendidikan akan selangkah lebih maju seiring dengan kemajuan teknologi. Perangkat komputer mampu menyajikan teknologi multimedia yang dapat menampilkan teks, suara, gambar, grafik dan animasi sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera dalam pembelajaran yaitu pendengaran, penglihatan dan sentuhan. Penggunaan multimedia seharusnya mampu membantu pembelajaran sehingga lebih bermakna (Munir, 2010:176). Berdasarkan hasil penelitian Schade (Munir, 2010:232), pembelajaran dengan menggunakan alat bantu seperti televisi, dapat meningkatkan daya ingat sekitar 25-30%. Pada penelitian lain, Kulik, Bergert dan Wiliam telah mengkaji daya tarik komputer dalam proses pembelajaran terhadap 48 siswa dan hasilnya 1

2 menunjukkan bahwa 39 siswa memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan metode tradisional. Dengan multimedia diharapkan siswa dapat menyerap informasi secara cepat dan efisien. Proses belajar mengajar seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi itu menjadi sulit diajarkan dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkongkritkan sesuatu yang abstrak. Silberman (2010:25) Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38 persen. Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan hingga 200 persen ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa kata! Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40 persen ketika media visual digunakan untuk mendukung presentasi lisan. Sebuah gambar barangkali tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata saja. Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga sebagian siswa lebih menyukai satu cara penyampaian ketimbang cara yang lain. Dengan menggunakan keduanya, kita memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe siswa. Namun demikian, belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu. Penggunaan media visual bertujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa. ICT dalam hal ini komputer dengan dukungan multimedia dapat

3 menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinier, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Selain penggunaan media yang tepat dalam proses pembelajaran juga diperlukan model pembelajaran yang tepat pula agar meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan inovasi inovasi pembelajaran yang memungkinkan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan saya selama melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SMA YAS BANDUNG, secara umum pola pengajaran di sekolah masih bersifat teacher centered, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru sebagai sumber informasi. Ini membuat suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik. Siswa memang menjadi pendengar yang baik dan peniru yang tekun tetapi kurang aktif dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam kenyataannya di sekolah, sementara ini terdapat kecenderungan pendidik menggunakan metode konvensional yang menitikberatkan pada peran guru, kegiatan pembelajaran masih di dominasi oleh peran guru sebagai pengajar bukan sebagai fasilitator belajar sehingga interaksi antara guru dengan siswa apalagi siswa dengan siswa jarang terjadi. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang kurang interaktif (Wahyono,2008:29). Dengan pola pembelajaran seperti ini, ternyata hasil belajar yang diperleh siswa masih belum memuaskan. menurut Darmawan (Masluhatun,2007:4) pembelajaran konvensional bila tidak dikemas dengan baik tidak akan menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran konvensional, gurulah yang lebih mendominasi proses

4 pembelajaran, guru lebih aktif dengan maksud untuk membantu siswa supaya lebih aktif dan dapat menguasai materi pelajaran sehingga hasil belajarnya lebih baik. Tetapi kenyataannya cara mengajar tersebut meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga kurang bisa meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran yang berakibat pada pasifnya peran serta siswa dalam proses pembelajaran. Metode ceramah akan membuat siswa menjadi pasif karena system pembelajaran satu arah yang hanya terpusat pada guru (Maslahatun, 2006:4). Pada proses pembelajaran ini, kejenuhan belajar siswa akan meningkat karena aktivitas yang dilakukan siswa hanya mendengarkan sajian materi yang diberikan oleh guru. Oleh Karena itu, diperlukan usaha agar dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami pelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berasal dari dua arah yaitu dari guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Suherman (2003:2) yang mengemukakan bahwa dalam pembelajaran lupakanlah tradisi guru sebagai pemain dan guru sebagai sutradara. Biarkan siswa mengembangkan potensinya. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa siswa harus dibiasakan dengan pembelajaran yang mengarahkan segala potensi siswa agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mandiri, serta kreatif. Menurut Ausebel (Agus Suprijono, 2010:22), belajar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu belajar dengan menerima (reception learning) dan belajar melalui penemuan (discovery learning). Belajar dengan menerima merupakan salah satu kebiasaan siswa yang kurang baik dan pada akhirnya hanya tergantung

5 pada penghafalan hasil akhir. Siswa jarang memahami proses dan konsep yang dilalui dalam mencapai hasil akhir tersebut. Pembelajaran melalui penemuan, biasanya siswa akan lebih paham dan mengerti akan proses serta konsep yang menjadi hasil akhir dari suatu permasalahan yang dihadapi sehingga siswa belajar lebih bermakna (meaningful learning). Siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar melakukan, belajar menjiwai, dan belajar bagaimana seharusnya belajar, serta belajar bersosialisasi dengan sesama teman. Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi seperti menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). Dipilih model pembelajaran TPS karena model pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir secara mandiri kemudian bekerja sama dengan teman sebangku untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan TPS siswa dapat berfikir sendiri sesuai dengan kemampuannya, mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang ada dan mempunyai kebebasan dalam mengeluarkan pendapat. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think Pair Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2010:57). Di sini guru meminta siswa berbagi kepada seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Jika siswa sudah

6 dapat menjelaskan dengan baik suatu materi pada siswa lain, maka dapat dikatakan siswa tersebut sudah dapat menguasai materi. Strategi ini juga dapat memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lain (Silberman, 2010:183). Adapun beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share mampu meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut: Penelitian model pembelajaran Think Pair Share yang dilakukan oleh Andrew M. Tyminski dan rekan-rekannya tentang cara untuk mendukung pengembangan komunikasi anak usia dini di dalam kelas, menunjukkan bahwa strategi Think pair Share dapat membuat pembelajaran anak-anak menjadi produktif (Tyminski, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh M Iqbal dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep ekosistem dari hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan antara kelas eksperimen (Think-Pair-Share) dan kelas kontrol (konvensional) (Iqbal,2005). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mega Lestari yang berjudul Pengaruh pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share terhadap prestasi belajar dan kemampuan berkomunikasi ilmiah siswa SMP dari hasil penelitian tersebut diperoleh perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar siswa antara sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dengan

7 pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share serta dilihat dari jumlah siswa yang dapat berkomunikasi ilmiah melalui gambar (Lestari, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Santy Nurmalasari dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think Pair Share dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan proses berkomunikasi siswa menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi tulisan siswa (Nurmalasari, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Nunur Nurlaela mengenai Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Teknik Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran Akutansi mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajran Think Pair Share (Nurlaela, 2009). Penelitian dengan judul Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Kalor yang dilakukan oleh Veny Solihani memperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dikembangkan dalam tiga seri dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Solihani,2006). Penelitian yang dilakukan oleh Rosmaini dengan judul Penerapan Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa IX SMP 20 Pekanbaru menunjukkan bahwa

8 Penerapan pendekatan Struktural TPS dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa (Rosmaini, 2004). Penelitian dengan judul upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Struktural Think Pair Share Pada Pokok Bahasan Luas dan Volume Pada Bangun Ruang Pada Kelas X-3 SMA menunjukkan hasil bahwa secara teoritik dan empirik melalui pembelajaran dengan teknik Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada subpokok bahasan luas dan volume bangun ruang pada kelas X -3 SMA (Kismanto, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Iin Anggraini dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII D SMP MUHAMMADIAH 2 Surakarta mendapatkan kesimpulan bahwa dengan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Anggraini, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Nina Septriana dan Budi handoyo menunjukkan bahwapenerapan model Pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi (Budi dan Nina, 2006) Penggunaan TPS menggunakan multimedia pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dapat membuat siswa lebih termotivasi dan saling berinteraksi, suasana belajar lebih hidup, dan siswa akan terlibat langsung dalam proses penguasaan materi yang diberikan. Dengan keterlibatan siswa ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari

9 uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Ekstrapolasi Siswa Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan rerata kemampuan ekstrapolasi siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana rerata peningkatan kemampuan ekstrapolasi siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran koopertatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konvensional? C. Batasan Masalah Mengingat luasnya lingkup permasalahan dalam penelitian ini, agar penelitian tidak melebar, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Materi atau pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada kompetensi dasar melakukan updating data dengan utilitas aplikasi.

10 2. Multimedia pembelajaran dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash CS 3 dan media tersebut hanya bersifat sebagai pendukung atau alat bantu pembelajaran. 3. Pemahaman belajar pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan ekstrapolasi. D. Tujuan Penelitian Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal, terlebih dahulu perlu dirumuskan tujuan dari penelitian. Dari alasan itu maka penulis bermaksud memaparkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan rerata kemampuan ekstrapolasi siswa yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konvensional 2. Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai peningkatan kemampuan ekstrapolasi aspek kognitif siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. E. Manfaat Penelitian Secara umum dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kotribusi dan manfaat demi tercapainya peningkatan kualitas dunia pendidikan pada pembelajaran Keterampilan Komputer dan pengelolaan

11 Informasi. Secara khusus, penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, yaitu: 1. Bagi Guru Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pendidik untuk menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, sehingga mampu menstimulus siswa agar lebih aktif, produktif dan meningkatkan hasil belajar aktivitas pembelajaran. Selain itu, pendidik dapat mengembangkan lebih lanjut model pembelajarn kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan multimedia menuju arah yang lebih berkualitas dalam pencapaian hasil belajar yang diharapkan. 2. Bagi Siswa Diharapkan dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan multimedia dapat merangsang siswa agar lebih bersemangat dalam belajar secara aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Sehingga dalam konteks penguasaan materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ini lebih cepat terserap dan mudah memahami materi sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 3. Bagi Sekolah Sebagai sumbangan peningkatan prestasi pendidikan pada aktivitas belajar yang berlangsung di sekolah tersebut. Sehingga implikasi pada sekolah tersebut adalah menghasilkan mutu peserta didik yang berkualitas. 4. Bagi Peneliti

12 Manfaat yang diperoleh peneliti yaitu mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan multimedia dan mengetahui kelebihannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pemahaman materi. F. Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah : terdapat peningkatan rerata kemampuan ekstrapolasi siswa yang signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. G. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dan juga memudahkan dalam menjelaskan apa yang sedang dibahas sehingga menjadi lebih terarah, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. Adapun istilah-istilah tersebut adalah : 1. Penerapan model pembelajaran, adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. 2. Kemampuan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan) menurut Subiyanto (1988:49) adalah kemampuan untuk meramalkan kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan implikasi yang

13 sejalan dengan kondisi yang digambarkan. Dengan demikian, bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali ke dalam bentuk lainnya yang mudah dimengerti, memberi interpretasi, serta mampu mengaplikasikannya. 3. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS), merupakan teknik belajar mengajar yang dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa(lie, 2010:57). Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Prosedur pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menurut Lie (2010:58) adalah: a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan setiap kelompok ditugaskan menjawab pertanyaan yang diberikan guru. b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri (thingking). c. Kemudian, siswa berpasangan (pair) dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.

14 d. Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi (share) dengan seluruh kelas tentang jawaban pertanyaan yang telah mereka diskusikan di kelompok.