BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem Pendidikan Nasional


PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. 1 Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dibagi menjadi tiga jalur yaitu pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. 2 Pendidikan formal dibagi menjadi beberapa jenjang yaitu pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, pendidikan berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat, serta pendidikan berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah 1 Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Butir a, b, dan c. 2 Ibid, Pasal 13 ayat (1) 1

2 Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Aliyah (MA). 3 Madrasah Aliyah (MA) adalah sekolah menengah lanjutan berbasis Agama Islam di bawah binaan Kementerian Agama. 4 Sebagai sekolah berbasis Agama Islam tentunya memiliki peranan yang sangat penting untuk mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. 5 Tujuan pendidikan nasional sejalan dengan fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di madrasah yaitu untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama. 6 Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur an-hadis, Akidah-Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. 7 Begitu pentingnya fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, tentunya harus mendapatkan perhatian yang sangat serius terutama dari pemimpin lembaga pendidikan di madrasah dalam hal ini adalah kepala madrasah. 3 Ibid, Pasal 17-18. 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (1) 5 Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3. 6 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, Pasal 2 ayat (1). 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008, Lampiran Bab VII.

3 Kepala madrasah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan pada madrasah. Sebagai penyelenggara pendidikan pada madrasah, kepala madrasah bertugas untuk merencanakan, mengelola, memimpin, dan mengendalikan program dan komponen penyelenggaraan pendidikan pada madrasah berdasarkan standar nasional pendidikan yaitu standar kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, serta penilaian. 8 Berdasarkan tugas kepala madrasah tersebut, dapat diketahui bahwa kepala madrasah mempunyai tanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan madrasah. 9 Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, kepala madrasah harus memiliki kompetensi yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh kepala madrasah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala madrasah meliputi: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, sosial, dan supervisi. 10 Kompetensi supervisi adalah kemampuan kepala madrasah dalam aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. 11 Salah satu program yang 8 Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2014, Pasal 3 ayat (1) dan (2). 9 Ibid, Pasal 6. 10 Ibid, Pasal 9 ayat (1). 11 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 76.

4 dapat dilakukan dalam usaha pembinaan guru untuk mencapai tujuan sekolah adalah melalui supervisi akademik. Supervisi akademik yang harus dijalankan kepala madrasah meliputi: merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik, menindaklanjuti hasil supervisi akademik yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme Guru PAI sebagai pendidik profesional. 12 Sebagai pendidik profesional, guru PAI bertugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. 13 Dalam menjalankan tugas keprofesionalannya, Guru PAI harus memiliki kualifikasi yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat (D/IV). 14 Guru PAI juga harus memiliki sertifikasi yang diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. 15 Selain itu, Guru PAI juga harus memiliki kompetensi yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh Guru PAI dalam melaksanakan tugasnya yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 16 Kompetensi profesional adalah kemampuan guru PAI dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2014, Pasal 9 ayat (5). 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat (1). 14 Ibid, Pasal Pasal 9. 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Pasal 4 ayat (1). 16 Ibid, Pasal 3 ayat (1) dan (2).

5 dan budaya yang diampunya meliputi: Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran PAI. Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PAI. Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran PAI secara kreatif. Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 17 Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik profesional, Guru PAI harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalismenya. Peningkatan kemampuan profesionalisme Guru PAI tidak hanya menjadi tanggung jawabnya sendiri saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab kepala madrasah sebagai supervisor. Untuk itu, kepala madrasah harus mampu menyusun dan melaksanakan program supervisi akademik, serta memanfaatkan hasilnya sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan pengembangan profesionalisme Guru PAI pada perencanaan program supervisi akademik berikutnya. 18 Program supervisi akademik yang telah dibuat dari waktu ke waktu secara berkesinambungan akan mempermudah kepala madsarah dalam meneliti dan menentukan tujuan serta strategi supervisi akademik yang telah dilakukan dan yang belum dilakukan, serta hal-hal yang masih terasa kurang dalam pelaksanaan sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kendala-kendala yang dihadapi Guru PAI dalam melaksanakan tugas dan 17 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Konsep, Strategi, dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, Cet-1, Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2012, hal. 108. 18 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 112.

6 tanggung jawabnya sebagai pendidik profesional. 19 Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI, kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan seluruh sumber daya madrasah yang ada di lapangan. Namun kenyataan di lapangan, perencanaan supervisi akademik oleh sebagian kepala madrasah belum berfungsi sebagaimana mestinya. Belum semua kepala madrasah menyusun perencanaan supervisi akademik secara sistematis. Belum semua kepala madrasah melaksanakan supervisi akademik dengan menerapkan prinsip supervisi: kontinu, obyektif, konstruktif, humanistik, dan kolaboratif. Belum semua kepala madrasah menerapkan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. Pelaksanaan supervisi akademik belum sesuai dengan kebutuhan Guru PAI untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Belum semua kepala madrasah melaksanakan programprogram kegiatan supervisi yang menyangkut ruang lingkup supervisi maupun semua objek supervisi. Selain itu, belum semua Guru PAI mendapatkan bimbingan dari kepala madrasah untuk peningkatan kemampuannya dalam mengelola kegiatan pembelajaran sebagai tindak lanjut pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala madrasah. Dapat dikatakan bahwa belum semua guru memperoleh balikan dari hasil supervisi yang dilakukan oleh Kepala madrasah. Supervisi akademik hanya dijadikan faktor pelengkap atau penjabaran kebijakan pimpinan, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. 19 Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana, Supervisi Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Pengajaran, Cet-1, Bandung: Refika Aditama, 2011, hal. 4.

7 Kegiatan supervisi akademik belum merupakan key factor keberadaan suatu lembaga pendidikan madrasah dalam mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. 20 Pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam di madrasah akan berbanding lurus dengan meningkatnya profesionalisme Guru PAI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melalui peran kepala madrasah sebagai supervisor dalam membuat perencanaan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan supervisi yang tepat, serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam merencanakan program supervisi akademik selanjutnya. Dengan demikian, perbaikanperbaikan yang dilakukan dari tahun ke tahun berdasarkan hasil evaluasi dari pelaksanaan perencanaan yang baik, tentunya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. Hal tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab kepala madrasah seluruh Indonesia di bawah binaan Kementerian Agama, termasuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Palangka Raya. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Palangka Raya adalah salah satu dari tujuh Madrasah Aliyah di Kota Palangka Raya dan berstatus negeri. 21 Sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah yang berstatus negeri, tentunya MAN Model Palangka Raya menjadi madrasah favorit bagi orang tua/masyarakat 20 Surgamen, Perencanaan Lembaga Pendidikan Islam, diakses dari http://abulaidi.blogspot.com/2013/01/perencanaan-lembaga-pendidikan-islam.html, pada tanggal 28 Nopember 2014, pukul 21.00 WIB. 21 Observasi pada Oktober 2015 dan Data Emis Tahun 2014, Kementerian Agama Kota Palangka Raya.

8 yang ingin mendapatkan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya jumlah peserta didik yang bersekolah di MAN Model Palangka Raya. Berdasarkan data keadaan peserta didik tahun pelajaran 2014/2015, jumlah peserta didik MAN Model Palangka Raya sebanyak 757 orang. 22 Keadaan tersebut mengharuskan Kepala MAN Model Palangka Raya untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik demi menjaga kepercayaan orang tua/masyarakat, sehingga putra-putrinya menjadi lulusan yang berkualitas dan siap bersaing dalam menghadapai tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. Untuk itu, kepala MAN Model Palangka Raya harus mampu mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki, terutama peranan Guru PAI yang memiliki kedudukan sangat penting dalam menentukan kualitas lulusan. Begitu pentingnya peranan Guru PAI dalam meningkatkan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional, mengharuskan kepala MAN Model Palangka Raya untuk selalu meningkatkan profesionalisme Guru PAI dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik profesional. Untuk itu, Kepala MAN Model Palangka Raya perlu membuat perencanaan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan yang tepat, menindaklanjuti hasil supervisi akademik untuk melakukan pengembangan pada kegiatan supervisi akademik berikutnya yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme Guru PAI secara berkesinambungan dari 22 Ibid.

9 waktu ke waktu. Lalu, bagaimanakah perencanaan yang dibuat oleh Kepala MAN Model Palangka Raya, bagaimanakah pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan Kepala MAN Model Palangka Raya dalam pengembangan profesionalisme Guru PAI, bagaimanakah evaluasi yang dilakukan Kepala MAN Model Palangka Raya sebagai dasar untuk melakukan perbaikanperbaikan dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian kedalam tesis dengan judul SUPERVISI AKADEMIK KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONA- LISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MAN MODEL PALANGKA RAYA. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi relevan dan menemukan keunikannya dalam memberikan kontribusi secara konseptual terkait dengan manajemen yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di MAN Model Palangka Raya. B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian Luasnya cakupan serta banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan profesionalisme guru dapat menyebabkan penelitian yang akan dilaksanakan tidak terfokus. Untuk itu, penelitian ini akan difokuskan pada kegiatan supervisi akademik Kepala Madrasah dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI MAN Model Palangka Raya. Dalam pelaksanaan supervisi akademik, sering dijumpai permasalahan yang menyebabkan supervisi akademik tidak dapat dilaksanakan secara

10 optimal. Permasalahan dalam supervisi akademik bisa timbul dari kepala madrasah sendiri sebagai supervisor ataupun dari guru sendiri sebagai yang disupervisi. Munculya permasalahan dalam supervisi akademik bisa disebabkan supervisi akademik yang dilaksanakan tidak berdasarkan kebutuhan guru dalam meningkatkan profesionalismenya, belum semua guru memahami tujuan supervisi akademik, kegiatan supervisi akademik oleh dirasakan sebagai beban bagi sebagian guru, kegiatan supervisi akademik belum dikelola secara sistematis, perencanaan supervisi akademik belum melalui tahap-tahap perencanaan secara optimal, belum semua program supervisi akademik dapat terlaksana, belum semua guru memperoleh balikan dari hasil supervisi yang dilakukan oleh Kepala Madrasah. Supervisi akademik dapat berjalan dengan baik apabila Kepala Madrasah mampu membuat ketepatan perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut supervisi akademik. Hal tersebut yang akan menjadi sub fokus penelitian ini, disamping itu kesulitan dalam supervisi akademik serta upaya yang dilakukan oleh Kepala Madrasah untuk mengatasi kesulitan turut pula diteliti. Melalui sub fokus penelitian tersebut, diharapkan akan diketahui efektifitas supervisi akademik Kepala Madrasah dalam Meningkatkan profesionalisme Guru PAI MAN Model Palangka Raya, kesulitan serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan sehingga diharapkan mampu memberi solusi atas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi akademik.

11 C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Peningkatan profesionalisme Guru PAI MAN Model Palangka Raya dapat dilakukan melalui supervisi akademik Kepala Madrasah. Untuk itu, Kepala Madrasah sebagai supervisor harus mampu membuat ketepatan perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut supervisi akademik. Selain itu, Kepala Madrasah juga harus mampu mengatasi kesulitan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik. Dengan demikian, dapat dibuat rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah supervisi akademik Kepala Madrasah dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI MAN Model Palangka Raya. Untuk mengetahui bagaimana supervisi akademik Kepala Madrasah dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI MAN Model Palangka Raya, perlu dibuat pertanyaan penelitian sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Adapaun pertanyaan penelitan yang dibuat berkaitan dengan supervisi akademik Kepala Madrasah, sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan supervisi akademik Kepala MAN Model Palangka Raya dalam meningkatkan Profesionalisme guru PAI? 2. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik Kepala MAN Model Palangka Raya dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI? 3. Bagaimana tindak lanjut hasil supervisi akademik yang dilakukan kepala MAN Model Palangka Raya dalam meningkatkan Profesionalisme guru PAI?

12 4. Bagaimana kesulitan yang dihadapi oleh Kepala Madrasah MAN Model Palangka Raya dalam mengelola supervisi akademik? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan Kepala Madrasah MAN Model Palangka Raya untuk mengatasi kesulitan dalam mengelola supervisi akademik? D. Kegunaan Peneletian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama yang berperan dalam dunia pendidikan. Adapun kegunaan yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Kegunaan secara teoritis Memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu pendidikan terutama mengenai konsep peran kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI pada tingkat Madrasah Aliyah (MA). b. Kegunaan secara praktis 1. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peneliti dalam praktik manajemen peningkatan profesionalisme Guru PAI di Madrasah Aliyah. 2. Bagi pihak MAN Model Palangka Raya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang manajemen kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme Guru PAI. 3. Bagi pihak Kementerian Agama Kota Palangka Raya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk mengambil

13 kebijakan dalam peningkatan profesionalisme Guru PAI di MAN Model Palangka Raya. 4. Bagi IAIN Palangka Raya, Hasil Penelitian ini dapat memperkaya khasanah perpustakaan IAIN Palangka Raya. 5. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal bagi peneliti berikutnya yang berminat melanjutkan penelitian ini dari aspek-aspek yang lainnya.