BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Oleh Indah Fajrina

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS MATEMATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB III METODE PENELITIAN

Rinendah Sihwinedar 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di dalam kelas umumnya diarahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai negara yang memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

PERBANDINGAN METODE ACCELERATED LEARNING DENGAN METODE ACTIVE LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA SMP N 21 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

Melko Fardian *, Rahmi**, Lita Lovia**

PENGARUH PENERAPAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUA N A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Sikap Peserta Didik ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELLEKTUAL (SAVI)

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Belajar SAVI merupakan belajar dengan melibatkan unsurunsur somatik, auditori, visual, dan intelektual. Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan (Meier, 2002). SAVI ini dijabarkan sebagai berikut: unsur somatik, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Meier 2002). Agar keempat unsur itu lebih mudah diingat, maka disingkat menjadi SAVI oleh Dave Meier dalam bukunya yang berjudul The Accelerated Learning Handbook. SAVI merupakan pendekatan yang digunakan untuk belajar dalam lingkungan 1

2 accelerated learning, yang digunakan organisasi-organisasi di Amerika dalam melatih pegawai perusahan. Model pelatihan accelerated learning atau pembelajaran yang dipercepat ini telah membantu banyak pelatih profesional, dalam hal merancang program jauh lebih cepat, meningkatkan pembelajaran, membantu perkembangan para pegawai agar lebih kreatif dan produktif, dan menghemat banyak waktu dan uang untuk organisasi mereka. Accelerated learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Di sini dapat digunakan berbagai metode dan media. Sifatnya terbuka dan luwes. Pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Accelerated learning cocok dengan semua gaya belajar (Meier, 2002). Penelitian yang dilakukan sejak 1979 oleh Dunn dan Dunn mengungkapkan bahwa tiga-perlima gaya belajar bersifat genetis; sisanya, di luar ketekunan, bisa dikembangkan melalui pengalaman (Prashnig, 2007). Dalam sebuah kelas terdiri dari beragam individu yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga Prashnig (2007) menjelaskan bahwa tidak ada satu cara terbaik, tidak ada satu gaya tunggal yang bisa menjamin keberhasilan proses belajar, penyerapan informasi, pemecahan masalah, dan penyelesaian tugas. Di antara semua unsur yang membentuk gaya seseorang secara keseluruhan, ada empat dari enam indra (melihat, mendengar, menyentuh, dan merasa) yang paling mempengaruhi penyerapan informasi, ingatan, dan proses belajar. Jika diterjemahkan ke dalam istilah teknis, keempat indra itu bisa digambarkan sebagai modalitas indrawi atau preferensi perseptual visual, auditori, taktil, dan kinestetik (Prashnig, 2007). Hal ini pun terkandung dalam pendekatan SAVI untuk belajar. Apabila guru memperhatikan tentang gaya belajar ini, maka pembelajaran yang dilakukan harus dapat memfasilitasi kemampuan-kemampuan siswa. Pembelajaran harus berorientasi kepada siswa, sehingga kegiatan belajar pun menjadi lebih aktif. Unsur-unsur SAVI ini pun ada dalam pembelajaran aktif. Ramdhani (2009) mengemukakan bahwa, pembelajaran aktif (active learning) adalah proses

3 belajar dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran, sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Meyer dan Jones (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari (Ramdhani, 2009). Bila pembelajaran lebih aktif melibatkan siswa dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang diberikan. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (BSNP, 2006). Biologi adalah ilmu yang secara empistomologi berkembang melalui pengalaman langsung anak pada flora dan fauna setempat sampai terbentuk konsep logic-matematik (Seregeg dalam Redjeki, 2006). Biology is a science in which the curriculum continuously changes (Koba dan Tweed, 2009). Pengetahuan baru yang muncul dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pengajaran sains, khususnya biologi, karena bertambahnya konsep-konsep baru yang harus dipahami. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru biologi untuk tidak hanya mengajarkan konsep biologi agar anak didik mengerti, tetapi juga harus dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengajarkan konsep tersebut kepada anak didiknya. Pembelajaran di kelas harus lebih aktif melibatkan siswa dan memfasilitasi siswa dalam menerima materi ajar. Dalam Koba dan Tweed disebutkan ada lima topik biologi yang sulit untuk diajarkan, yaitu reproduksi, fotosintesis, seleksi alam, genetik molekuler, dan ekologi (2009). Ada dua alasan mengapa sulit mengajarkan topik biologi tersebut, One, many biology lessons are highly conceptual and students can t visualize what is taking place on a microscopic level. And two, some biology teachers are not aware of strategies that engage students with a scientific way of knowing. (Banilower et al. 2008; Lederman, 2007 dalam Koba dan Tweed,

4 2009). Oleh karena itu, sesuai dengan apa yang telah dipaparkan diatas oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), bahwa sebaiknya pembelajaran IPA atau sains yang mana terkandung biologi didalamnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry). Dalam NRC (1996) pembelajaran sains yang berorentasi inkuiri akan bersifat lebih aktif melibatkan siswa, belajar secara hands-on dan eksperimen, belajar berdasarkan aktivitas, menggabungkan inkuiri dengan pendekatan diskoveri, mengembangkan keterampilan proses melalui metode ilmiah (Anggraeni, 2006). Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1992), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisa informasi (Trianto, 2007). Melalui pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat mengatasi dua alasan yang telah dikemukakan sebelumnya tentang sulitnya mengajarkan materi biologi. Trowbridge, et al. (Anggraeni, 2006) mengajukan tiga tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Tahap pertama adalah belajar diskoveri, guru yang menyusun masalah dan proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif. Tahap berikutnya yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry), guru mengajukan masalah dan siswa menetukan penyelesaian dan prosesnya. Ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan adalah inkuiri terbuka (open inquiry), guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan siswa mengidentifikasi dan memecahkannya. Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu topik yang sulit untuk diajarkan dan dipahami, yaitu fotosintesis. Photosynthesis is one of the most difficult topics to teach, partly because it is such a broad and conceptually complex topic (Koba dan Tweed, 2009). Materi fotosintesis ini semakin diperdalam pemahaman konsepnya di jenjang SMP. Dimana katarakteristik siswa SMP yang telah menginjak masa remaja ini penuh keingintahuan yang tinggi, sudah mampu berpikir abstrak dan berpikir kritis, maka harus dipilihkan

5 pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi yang kompleks seperti fotosintesis. Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat membantu guru dalam mengajarkan materi fotosintesis dan siswa akan menemukan pengetahuan mengenai materi yang dipelajari lewat pengalamannya sendiri. Menurut Coburn dalam anonymouse (Anggraeni, 2006), menyatakan bahwa inkuiri terbimbing itu guru hanya memberikan bahan-bahan dan permasalahan untuk diinvestigasi, siswa mencari cara penyelesaiannya sendiri. Pembelajaran guided inquiry dapat melatih siswa mengembangkan daya kreatif, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan bersikap ilmiah. Hal ini dapat memfasilitasi rasa keinginahuan siswa SMP yang besar tanpa harus membuat siswa tersebut merasa jenuh dalam belajar. Pembelajaran guided inquiry ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran (DEPDIKNAS, 2008). Oleh karena itu, proses belajar yang terfokus pada siswa (student center) lebih sesuai dalam memfasilitasi kemampuan-kemampuan siswa dan kegiatan belajar pun menjadi lebih aktif (active learning). Pembelajaran aktif maupun belajar berdasar aktivitas akan melibatkan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar, yaitu melibatkan unsur somatik, auditori, dan visual, serta intelektual siswa dalam belajar. Unsur SAVI pun terkandung dalam pembelajaran aktif (active learning) dan pembelajaran sains yang berorientasi inkuiri. Semua pembelajaran tersebut telah terbukti dapat membantu siswa belajar dan meningkatkan pemahaman mereka. Namun, kemunculan unsur SAVI dalam pembelajaran kurang terlihat, karena tidak dijabarkannya unsur-unsur tersebut dalam setiap tahap pembelajaran. Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirancanglah suatu penelitian untuk menganalisis kemunculan unsur SAVI dalam pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis di SMP. Bila unsur SAVI terdapat dalam pembelajaran, maka pembelajaran akan lebih menyenangkan, membuat

6 siswa lebih aktif, tubuh dan otak senatiasa beraktivitas, dan hasil pembelajaran optimal. Hal ini dilihat kemunculannya dalam pembelajaran guided inquiry agar diketahui pembelajaran dapat memfasilitasi siswa dan cocok dengan semua gaya belajar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah untuk konteks penelitian ini adalah Bagaimanakah kemunculan unsur SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) dalam pembelajaran Guided Inquiry pada sub konsep Fotosintesis di SMP? Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pokok permasalahan dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah semua unsur-unsur SAVI muncul dalam tahapan pembelajaran Guided Inquiry? 2. Berapa lama waktu untuk masing-masing unsur SAVI dalam tahapan pembelajaran guided inquiry? 3. Unsur-unsur SAVI manakah yang dominan dalam pembelajaran guided inquiry? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat lebih terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Unsur-unsur yang dilihat dalam pembelajaran, yaitu unsur SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual). 2. Model pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran Guided Inquiry. 3. Materi dibatasi pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis, khususnya faktor cahaya. 4. Penelitian dilaksanakan terhadap siswa SMP kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Bandung.

7 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kemunculan unsur SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) dalam pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis yang dilaksanakan di SMP. Adapun tujuan secara khusus, yaitu untuk mengetahui persentase kemunculan setiap unsur SAVI dalam pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis. Kemudian untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk setiap unsur SAVI dalam pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis. Selain itu, untuk mengetahui mana yang lebih dominan muncul dari unsur SAVI ini pada pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat untuk mengetahui ciri khas pembelajaran guiden inquiry dipandang dari sudut SAVI. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Bagi Guru dapat menjadikan suatu alternatif untuk kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan menggunakan pembelajaran guided inquiry. Selain itu, guru pun dapat mengetahui unsur-unsur SAVI dalam kegiatan pembelajaran, sehingga lebih membantu memfasilitasi siswa dalam belajar. 2. Bagi Siswa dapat menambah pengalaman dalam belajar dan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar. 3. Bagi Peneliti dapat memperoleh informasi tentang kemunculan unsur-unsur SAVI dalam kegiatan pembelajaran dan dapat sebagai bahan kajian ilmiah lebih lanjut.