BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanggung jawab, sehigga kebebasan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbuka untuk saling bekerja sama dan saling melengkapi. Di sisi lain, era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wujud kebudayaan manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari luar siswa atau faktor dari lingkungan (Sudjana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan bangsa yang kompeten,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara kompetitif dalam mengembangkan pembangunan suatu negara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. reaksi dan sikap secara mental dan fisik.tingkah laku yang berubah sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,akhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. monoton dalam mengajar, tidak menggunakan model model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk menentukan perkembangan individu baik dari segi kognitif, afektif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan nasional mempunyai tuntutan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu diantara upaya untuk meningkatkan kecerdasan

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi setiap bangsa demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara yang sedang berkembang. Maju tidaknya pendidikan dapat mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) secara signifikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, banyak hal yang harus diperhatikan seperti penyajian kurikulum yang tepat, persediaan sarana dan prasarana, pemilihan model pembelajaran, media pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran dan sebagainya. Pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) telah menetapkan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013 untuk mengganti Kurikulum yang lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diberlakukan di Indonesia mulai dari tahun 2006-2012. Kurikulum sebagai alat penting dalam proses pendidikan dianggap perlu untuk disesuaikan terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu wajar bila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang terjadi. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter dimana Peserta didik perlu dilibatkan secara aktif karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. (Mulyasa, 2013). Oleh karena itu Peserta didik harus aktif dan kreatif tidak 1

2 seperti kurikulum sebelumya dan materi dalam kurikulum terbaru ini lebih mengarah ke pemecahan masalah. Jadi peserta didik diarahkan untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan mengikuti materi pembelajaran. Pembelajaran yang dulunya diberi tahu sekarang beralih menjadi pembelajaran peserta didik aktif mencari tahu. Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan produktif, kreatif, dan inovatif untuk bersaing dalam dunia Internasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang wajib menerapkan kurikulum 2013. SMK memiliki peran penting dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa khususnya masalah terkait mutu sumber daya manusia. Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan yaitu mempersiapkan peserta didik atau tamatannya untuk memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional; mampu memilih karier, mempunyai kompetensi, dan mampu mengembangkan diri; menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan usaha dan industri pada saat ini maupun di masa yang akan datang; menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif (Hamalik, 2011). SMK Negeri 5 Medan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memberi bekal terhadap siswanya terkait pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sikap mandiri, disiplin, serta etos kerja yang terampil dan kreatif sehingga kelak menjadi tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tingkat menengah yang sesuai dengan bidangnya. Untuk mewujudkan hal tersebut SMK Negeri 5 Medan berupaya untuk menyiapkan lulusan yang bermutu agar

3 dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja dengan menyediakan beberapa program keahlian diantaranya yaitu teknik mesin. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi di SMK Negeri 5 Medan pada tanggal 10 April 2016 diketahui bahwa proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) yang dalam hal ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sederhana. Dengan model pembelajaran tersebut peran guru masih lebih dominan pada proses pembelajaran di kelas. Dominasi guru dalam proses pembelajaran ini menyebabkan siswa lebih banyak menunggu sajian materi pelajaran yang disampaikan oleh guru daripada menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Akibatnya siswa belajar secara pasif dan hanya mencatat hal-hal yang dipaparkan oleh guru tanpa mencari kebenaran dari konsep itu sendiri. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan basis kurikulum saat ini yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kepasifan siswa dalam proses belajar mengajar ini terlihat dari aktivitas siswa di kelas dimana pada saat guru menjelaskan, hanya sebagian siswa yang aktif mendengarkan penjelasan, dan mencatat informasi yang diterimanya. Selain itu siswa juga tampak belum mampu untuk bertanya terkait materi pelajaran yang kurang dipahami. Kebanyakan siswa terlihat mengantuk, melamun, atau berbicara dengan temannya dan banyak siswa yang tidak mencatat informasi yang dituliskan guru di papan tulis. Ketika belajar siswa terbiasa mendapat informasi atau pengetahuan terkait materi pelajaran dari apa yang telah dipaparkan langsung

4 oleh guru tanpa melalui proses mencari informasi sendiri dan berfikir mandiri, sehingga pemahaman yang diperoleh siswa kurang maksimal. Kurang maksimalnya pemahaman siswa ini dapat dilihat dari data perolehan nilai hasil belajar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi pada kompetensi dasar Memahami Prinsip-Prinsip Dasar Kelistrikan yang diperoleh siswa pada dua tahun terakhir yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Perolehan Nilai Hasil Belajar Kelistrikan Mesin Dan Konversi Energi Pada Kompetensi Dasar Memahami Prinsip-Prinsip Dasar Kelistrikan Tahun Pelajaran Tuntas Batas KKM 2014-2015 43,5% 70 2015-2016 45% 70 Sumber: DKN SMK Negeri 5 Medan Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh siswa masih tergolong kurang memuaskan dimana dalam kurun waktu dua tahun terakhir masih terdapat lebih dari 50% siswa yang nilainya masih kurang kompeten atau masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yakni 70. Berdasarkan kondisi diatas maka perlu diterapkan suatu perubahan dalam proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Yang kita harapkan dalam proses belajar bukan hanya sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh kepentingan siswa secara mendasar. Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh

5 pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu (Aunurrahman, 2010:141). Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik harus mampu untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik minat siswa untuk aktif dan inovatif agar dapat meningkatan keefektifan pembelajaran. Penerapan salah satu varian model pembelajaran seperti model pembelajaran kooperatif dianggap perlu untuk dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi yang menerapkan teori kontruktivis dimana siswa membangun sendiri kemampuan mereka dengan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe example non example. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe example non example dipilih karena pada model pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bekerja sama. Dengan bekerja sama, siswa akan lebih mudah menganalisis gambar dan memahami materi pelajaran karena melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang di pelajari akan semakin mudah. Hal ini di dukung oleh pendapat Asma (2008:3) bahwa Siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan nantinya akan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

6 Berdasarkan uraian diatas penulis berniat untuk melaksanakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kelistrikan Mesin Dan Konversi Energi Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 5 Medan. B. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diindentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain : 1. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. 2. Siswa masih kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung, baik dalam bertanya maupun mengutarakan pendapat. 3. Siswa tidak memiliki hasil belajar yang baik pada mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi. 4. Model pembelajaran yang diterapkan guru masih kurang bervariasi sebab guru selalu menggunakan model pembelajaran yang sama. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terlaksana dengan baik dan efektif maka dalam penelitian ini perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi pada siswa kelas X SMK Negeri 5 Medan dalam kurun waktu dua tahun terakhir masih tergolong rendah.

7 2. Keaktifan siswa saat proses pembelajaran masih tergolong rendah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe example non example dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi pada siswa kelas X SMK Negeri 5 Medan? 2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe example non example dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi siswa kelas X SMK Negeri 5 Medan? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu: 1. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe example non example. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe example non example.

8 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan secara praktis yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe example non example khususnya bagi guru untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kelistrikan mesin dan konversi energi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penyusunan kebijakan peningkatan kompetensi guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe example non example. b. Bagi guru penelitian ini dapat menambah wawasan tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kelistrikan mesin dan konversi energi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe example non example. c. Bagi Siswa penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan keterampilan intelektual siswa dalam proses pembelajaran.