PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.15/MEN/2003 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5

2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B/2795-7/M.PAN/9/2008, tanggal 26 September 2008;

1 of 6 18/12/ :44

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.32/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 232/PMK. 04/2009 TENTANG KAWASAN PELAYANAN PABEAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.04/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyelesaian Terhadap Barang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP. 41/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN KAWASAN KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BMN YANG SELAIN DARI APBN

2018, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/HK.060/3/06 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan koordinasi dan pelayanan sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan, dipandang perlu menetapkan kewenangan penerbitan, format, dan pemeriksaan sertifikat kesehatan tersebut; b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; 302

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008; 10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008; 11. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan; 13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007; 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina Ikan Dalam Hal Transit; 16. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2002 tentang Sistem Manjemen Mutu 303

Terpadu Hasil Perikanan; 19. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 20. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 21. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya; 22. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG MUTU DAN HASIL PERIKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate/HC) di Bidang Karantina Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina atau pejabat yang berwenang di Negara asal atau transit yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan yang disyaratkan. 2. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate/HC) di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh laboratorium yang menyatakan bahwa ikan dan hasil perikanan telah memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan untuk konsumsi 3. Hasil Perikanan adalah ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani dan/atau diolah dan/atau dijadikan hasil akhir yang berupa ikan segar, ikan beku dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan/atau bahan lainnya. 304

4. Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa hama dan penyakit ikan. 5. Pemeriksaan dokumen/sertifikat adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen/sertifikat yang disyaratkan. 6. Penolakan adalah tindakan tidak diizinkannya media pembawa media pembawa/hasil perikanan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia. 7. Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dan/atau hasil perikanan dari wilayah Negara Republik Indonesia. 8. Laboratorium adalah laboratorium yang ditunjuk untuk dan atas nama Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sebagai otoritas kompeten, untuk menerbitkan sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan. 9. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10. Pengawas Mutu adalah Pegawai Negeri yang mempunyai kompetensi melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang diangkat/ditunjuk oleh otoritas kompeten. 11. Pemilik adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa/hasil perikanan dan/atau yang bertanggung jawab atas pengeluaran atau transit media pembawa/hasil perikanan. 12. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. 13. Surat Persetujuan Muat adalah dokumen resmi yang ditandatangani petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa setuju untuk dimuat ke atas alat angkut. 14. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan 15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. BAB II PERSYARATAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA/HASIL PERIKANAN Pasal 2 (1) Setiap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara 305

Republik Indonesia wajib dilengkapi sertifikat kesehatan (Health Certificate/HC) di bidang karantina ikan apabila disyaratkan oleh negara tujuan. (2) Setiap hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesi awajib dilengkapi sertifikat kesehatan (Health Certificate/HC) di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan. (3) Pengeluaran media pembawa dan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan oleh Menteri. (4) Sertifikat kesehatan (Health Certificate/HC) sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2), wajib dilaporkan dan diserahkan oleh pemilik kepada petugas karantina di tempat pengeluaran untuk dilakukan pemeriksaan. BAB III KEWENANGAN PENERBITAN Pasal 3 (1) Sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan diterbitkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan. (2) Sertifikat Kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan diterbitkan oleh pengawas mutu hasil perikanan atau petugas laboratorium. BAB IV FORMAT DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN Bagian Kesatu Format Pasal 4 (1) Format sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran 1. (2) Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), untuk tujuan : a. Negara anggota Uni Eropa, menggunakan format sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam : 1) Lampiran 2 untuk hasil perikanan secara umum; 2) Lampiran 3 untuk hasil perikanan berupa paha kodok; 3) Lampiran 4 untuk hasil perikanan berupa bekicot. b. Negara selain negara anggota Uni Eropa, menggunakan format sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 atau menggunakan format yang disesuaikan dengan ketentuan 306

yang disyaratkan oleh negara tujuan. (3) Penggunaan istilah dalam bahasa asing untuk sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disesuaikan dengan ketentuan yang disyaratkan oleh negara tujuan. Bagian Kedua Pemeriksaan Dokumen Pasal 5 (1) Petugas Karantina melakukan pemeriksaan dokumen yang disyaratkan. (2) Yang dimaksud dengan dokumen yang disyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan; b. Sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan. Pasal 6 (1) Untuk melakukan cek silang (cross check) terhadap keabsahan sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pengawas mutu hasil perikanan atau petugas laboratorium disampaikan kepada UPT Karantina Ikan di tempat pengeluaran. (2) Tembusan sertifikat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan langsung oleh pengawas mutu hasil perikanan atau petugas laboratorium, atau melalui fasilitas elektronik. (3) Petugas karantina tidak boleh menerbitkan surat persetujuan muat terhadap hasil perikanan, sebelum pemilik menunjukkan sertifikat kesehatan ikan yang asli. Pasal 7 Pemeriksaan untuk sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 (1) Apabila hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia tidak dilengkapi sertifikat kesehatan, petugas karantina melakukan tindakan penolakan terhadap hasil perikanan tersebut. (2) Terhadap hasil perikanan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia, petugas karantina wajib melakukan pemeriksaan atas keabsahan sertifikat kesehatan. (3) Sertifikat kesehatan dianggap sah apabila sertifikat kesehatan merupakan dokumen asli yang diterbitkan oleh pengawas mutu hasil 307

perikanan atau petugas laboratorium, dan/atau UPT Karantina Ikan, dan sesuai dengan tembusan sertifikat kesehatan yang diterima. (4) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditemukan ketidakabsahan atau ketidaksesuaian dokumen sertifikat kesehatan, maka terhadap hasil perikanan tersebut dikenakan tindakan penolakan. (5) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hasil perikanan telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan, maka petugas karantina di tempat pengeluaran menerbitkan Surat Persetujuan Muat (SPM). BAB V TARGET PEMERIKSAAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN DI BIDANG MUTU HASIL PERIKANAN Pasal 9 (1) Target pemeriksaan di bidang karantina ikan dalam rangka menerbitkan sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6. (2) Target pemeriksaan di bidang mutu hasil perikanan dalam rangka menerbitkan sertifikat kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.34/MEN/2003 tentang Kewenangan Penerbitan dan Format Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina Ikan dan Sertifikat Kesehatan di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB VII PENUTUP Pasal 11 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.34/MEN/2003 tentang Kewenangan Penerbitan dan Format Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina Ikan dan Sertifikat Kesehatan di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 308

Pasal 12 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggai 22 Desember 2008 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Rl, ttd Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi FREDDY NUMBERI Supranawa Yusuf 309

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR.PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR ISI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Format sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan 2 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan secara umum 3 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan berupa paha kodok. 4 Format sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil perikanan berupa bekicot 5 Format sertifikat kesehatan ikan yang disesuaikan dengan ketentuan yang disyaratkan oleh Negara tujuan 6 Target pemeriksaan di bidang karantina ikan 7 Target pemeriksaan di bidang mutu dan hasil perikanan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I ttd FREDDY NUMBERI Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Supranawa Yusuf 310

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2008 TENTANG INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan pengawasan untuk mencegah masuknya hama dan penyakit ikan karantina ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, perlu diatur instalasi karantina ikan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina ikan; b. bahwa Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina, perlu disempurnakan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1), Pasal 63 ayat (3), dan Pasal 64 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur instalasi dan tempat penimbunan sementara karantina ikan dengan Peraturan Menteri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara 311

Republik Indonesia Nomor 4433); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008; 6. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008; 7. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006 tentang Transit; 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan; 312

14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau mengeluarkan media pembawa hama dan penyakit ikan karantina. 2. Instalasi Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut instalasi, adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 3. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya. 4. Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan karantina dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 5. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 313

6. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Karantina Ikan. 7. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut petugas karantina, adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan adalah unit kerja teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Karantina Ikan. Pasal 2 Setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib: a. dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di negara asal dan negara transit, kecuali media pembawa yang tergolong benda lain; b. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; c. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina. Pasal 3 (1) Pelaksanaan tindakan karantina dapat dilakukan oleh petugas karantina di luar tempat pemasukan dan pengeluaran, baik di dalam instalasi yang telah ditetapkan maupun di luar instalasi yang telah ditetapkan. (2) Yang dimaksud dengan di luar instalasi yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah TPS. (3) TPS yang dapat digunakan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina adalah TPS yang telah memenuhi persyaratan teknis dan ditetapkan oleh Kepala Pusat. (4) TPS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa antara lain: a. lapangan penumpukan; b. bangunan/gudang; dan/atau c. gudang dingin (cold storage atau chilling room). Pasal 4 (1) Instalasi dan/atau TPS dapat milik pemerintah maupun milik perorangan atau badan hukum. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum ditetapkan oleh Kepala Pusat. 314

Pasal 5 Instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum dapat dibangun di tempat tertentu, apabila: a. Pemerintah belum dapat membangun instalasi dan/atau TPS di tempat tersebut; dan/atau b. instalasi dan/atau TPS milik pemerintah yang ada di tempat tersebut tidak mampu menampung media pembawa yang perlu dikenakan tindakan karantina. Pasal 6 (1) Untuk memperoleh penetapan sebagai instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Pusat yang tembusannya disampaikan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS berada. (2) Kepala Pusat setelah menerima surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membentuk tim penilai untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum. (3) Tim yang dibentuk oleh Kepala Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) orang petugas karantina yang memenuhi syarat. (4) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), melakukan penilaian kelayakan tempat pelaksanaan tindakan karantina terhadap instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum yang akan ditetapkan. (5) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari petugas karantina Pusat Karantina Ikan dan UPT Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS berada. (6) Tim penilai setelah melakukan penilaian terhadap kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum, paling lambat dalam waktu 3 (tiga) hari kerja telah menyampaikan laporan hasil penilaian kepada Kepala Pusat. (7) Kepala Pusat setelah menerima laporan hasil penilaian dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja harus menerbitkan keputusan penetapan atau penundaan sebagai instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum. Pasal 7 (1) Penetapan sebagai instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) dilakukan setelah penilaian instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum tersebut memenuhi persyaratan teknis. (2) Penundaan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) dilakukan apabila instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan 315

hukum yang dinilai, tidak memenuhi persyaratan teknis. Pasal 8 (1) Penetapan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berlaku selama 6 (enam) bulan. (2) Instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum yang habis masa berlakunya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan kembali oleh pemilik untuk perpanjangannya. (3) Permohonan perpanjangan masa berlaku instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari kerja sebelum habis masa berlakunya. (4) Penilaian kelayakan perpanjangan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari petugas karantina yang memenuhi syarat pada UPT Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS berada. (5) Apabila pada UPT Karantina Ikan dimana instalasi dan/atau TPS berada tidak terdapat petugas karantina yang memenuhi syarat untuk melakukan penilaian, maka penilaian dapat dilakukan oleh tim penilai yang terdiri dari petugas karantina Pusat Karantina Ikan atau petugas karantina Pusat Karantina Ikan bersama UPT Karantina Ikan terdekat. Pasal 9 (1) Biaya yang timbul sebagai akibat dari penilaian kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (2) Apabila pemerintah belum dapat membiayai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka segala biaya yang timbul sebagai akibat dari penilaian kelayakan instalasi dan/atau TPS milik perorangan atau badan hukum, dibebankan kepada pemilik atau pemohon penetapan instalasi dan/atau TPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina Ikan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini. 316

Pasal 11 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.15/MEN/2003 tentang Instalasi Karantina Ikan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2008 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I, ttd FREDDY NUMBERI gar eraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Supranawa Yusuf 317

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan, perlu disempurnakan sesuai dengan Pasal 51 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai jenis, tata cara penerbitan, dan format dokumen tindakan karantina ikan dengan Peraturan Menteri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008; 318

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008; 6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M Tahun 2008; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006 tentang Transit; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan; 12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.41/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Kawasan Karantina Ikan; 14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.42/MEN/2003 tentang Persyaratan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup; 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 319

16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.16/MEN/2006 tentang Penetapan Tempat-tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; 17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.17/MEN/2006 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut petugas karantina, adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Dokumen Utama adalah dokumen yang pengelolaannya dilakukan oleh instansi karantina ikan di tingkat Pusat, yang isinya menerangkan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina (HPIK) dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan, dan merupakan kelengkapan administratif atas media pembawa yang akan dilalulintaskan. 3. Dokumen Pendukung adalah dokumen wajib yang pengelolaannya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Ikan, yang isinya menerangkan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan salah satu dari tindakan karantina atau tindakan lainnya. 4. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari HPIK dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan. 320

5. Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina untuk pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari HPIK dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan. 6. Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari HPIK dan/atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan, sehingga dapat dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau ke suatu area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 7. Surat Penahanan Sementara adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa terhadap media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan penahanan. 8. Surat Penolakan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa terhadap media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan penolakan. 9. Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya diperintahkan masuk ke instalasi karantina ikan untuk dikenakan tindakan karantina ikan. 10. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina Ikan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya diperintahkan masuk ke TPS karantina ikan untuk dikenakan tindakan karantina ikan. 11. Berita Acara Pemusnahan adalah berita acara yang dibuat dan ditandatangani oleh petugas karantina dan beberapa saksi di tempat pemasukan/pengeluaran, sebagai bukti bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya telah dikenakan tindakan pemusnahan. 12. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya dapat dilalulintasbebaskan ke luar wilayah Negara Republik Indonesia atau ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 13. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa HPIK. 321

14. Pemeriksaan Dokumen/Sertifikat adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen/sertifikat yang disyaratkan. 15. Pemilik Media Pembawa adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab atas pemasukan, pengeluaran, atau transit media pembawa. 16. Persyaratan Lain adalah dokumen di luar dokumen utama dan dokumen pendukung karantina ikan yang harus dipenuhi/dilengkapi oleh pemilik terhadap media pembawa yang dilalulintaskan. 17. Instalasi Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut instalasi, adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 18. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina Ikan adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya. 19. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalulintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 20. Surat Keterangan Transit adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya disetujui untuk diangkut-lanjut/diangkut terus ke negara/area tujuan. 21. Surat Keterangan Benda Lain adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk atau tidak tertular HPIK. 22. Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang berisikan pemberitahuan bahwa akan dilakukan tindakan karantina terhadap alat angkut media pembawa. 23. Surat Persetujuan Bongkar adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan, yang menyatakan bahwa media pembawa disetujui untuk dibongkar dari atas alat angkut. 24. Surat Persetujuan Muat adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut. 322

25. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Media Pembawa di Atas Alat Angkut adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran, yang berisikan pemberitahuan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya akan dikenakan tindakan karantina di atas alat angkut. 26. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan atau kawasan pabean, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya disetujui dikeluarkan dari tempat pemasukan atau kawasan pabean untuk pelaksanaan tindakan karantina ikan atau dilalulintasbebaskan. 27. Surat Pemusnahan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan pemusnahan. 28. Kewajiban Tambahan adalah persyaratan dokumen yang ditetapkan oleh Menteri mengenai persyaratan teknis dan/atau manajemen penyakit. BAB II JENIS DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN Pasal 2 (1) Dokumen tindakan karantina terdiri dari dokumen utama dan dokumen pendukung. (2) Dokumen utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products); b. Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik; c. Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan. (3) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Surat Penahanan Sementara; b. Surat Penolakan; c. Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan; d. Surat Pemusnahan; e. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan; f. Surat Keterangan Transit; g. Surat Keterangan Benda Lain; h. Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut; i. Surat Persetujuan Bongkar; 323

j. Surat Persetujuan Muat; k. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Media Pembawa di Atas Alat Angkut; l. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan; m. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina Ikan; n. Berita Acara Pemusnahan. BAB III TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN Bagian Kesatu Dokumen Utama Pasal 3 (1) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, diterbitkan apabila media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia telah dilakukan tindakan karantina dan/atau memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan. (2) Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, diterbitkan apabila media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia telah dilakukan tindakan karantina dan dinyatakan bebas dari HPIK. (3) Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, diterbitkan apabila media pembawa yang dimasukkan di tempat pemasukan telah dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik dan/atau Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) dari area atau negara asal dan setelah dilakukan tindakan karantina, media pembawa tersebut dinyatakan bebas dari HPIK atau tidak busuk/rusak. Pasal 4 (1) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik diterbitkan di tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan. (2) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik merupakan kelengkapan dokumen pengeluaran/pengiriman media pembawa dan hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pengeluaran/pengiriman media pembawa. 324

(3) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for Fish and Fish Products) dan Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik dapat digunakan sebagai kelengkapan pengiriman media pembawa paling lama 3 (tiga) hari kalender sejak diterbitkan. Bagian Kedua Dokumen Pendukung Pasal 5 (1) (2) Surat Penahanan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan, ternyata media pembawa tersebut: a. tidak dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari negara/area asal dan/atau dokumen kewajiban tambahan yang disyaratkan; b. merupakan jenis yang dilindungi yang tidak dilengkapi dengan persyaratan lain. Surat Penahanan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut merupakan jenis yang dilindungi, dilarang, atau dibatasi yang tidak dilengkapi dengan persyaratan lain. Pasal 6 Surat Penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b, diterbitkan apabila: a. setelah dilakukan penahanan selama 3 (tiga) hari atau kurang di tempat pemasukan, ternyata pemilik tidak dapat melengkapi sertifikat kesehatan atau media pembawa tidak bebas dari HPIK; b. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan/pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut merupakan jenis yang dilarang atau dibatasi tidak dilengkapi dengan kewajiban tambahan yang disyaratkan; c. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan/pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut rusak, busuk, atau tidak diketahui pemiliknya; 325

d. setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, media pembawa tertular HPIK golongan I atau tidak dapat dibebaskan dari HPIK golongan II setelah diberi perlakuan. Pasal 7 (1) Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c, diterbitkan apabila media pembawa yang masuk dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau antararea di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, atau akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri, diperintahkan masuk ke instalasi karantina ikan untuk dikenakan tindakan karantina ikan lebih lanjut. (2) Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara (TPS) Karantina Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf m, diterbitkan apabila media pembawa yang masuk dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau antararea di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, atau akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri, diperintahkan masuk ke TPS karantina ikan untuk dikenakan tindakan karantina ikan lebih lanjut. Pasal 8 Surat Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d, diterbitkan apabila: a. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan atau pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut tertular HPIK golongan I atau tidak dapat dibebaskan atau disembuhkan dari HPIK golongan II; b. setelah dilakukan penolakan di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, media pembawa tidak segera dibawa ke luar wilayah Negara Republik Indonesia atau ke area asal; c. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan atau pengeluaran, ternyata media pembawa tersebut rusak, busuk, atau tidak diketahui pemiliknya; d. setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan, ternyata media pembawa tersebut merupakan jenis-jenis yang dilarang pemasukannya atau berbahaya bagi sumber daya ikan. Pasal 9 (1) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e, diterbitkan apabila setelah dilakukan tindakan pemeriksaan secara visual, media pembawa tersebut tidak termasuk jenis ikan/produk perikanan yang dilarang atau 326

dibatasi/diatur pengeluarannya. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap media pembawa yang pengeluarannya tidak dikenakan tindakan karantina. (3) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan yang telah diterbitkan hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pengeluaran/pengiriman media pembawa. Pasal 10 Surat Keterangan Transit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf f, diterbitkan apabila media pembawa melakukan transit di dalam/luar kawasan pabean atau area pelabuhan atas persetujuan petugas karantina, yang akan diangkut-lanjut/terus ke negara/area tujuan. Pasal 11 Surat Keterangan Benda Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf g, diterbitkan apabila terhadap media pembawa yang berupa benda lain setelah dilakukan pemeriksaan, dinyatakan dalam keadaan baik, dan/atau bebas dari HPIK. Pasal 12 (1) Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Alat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf h, diterbitkan apabila alat angkut yang mengangkut media pembawa berasal dari daerah wabah dan/atau alat angkut tersebut dapat menjadi sumber penyebaran HPIK. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku apabila setelah dilakukan pemeriksaan terdapat alasan-alasan yang cukup kuat bahwa alat angkut tersebut dapat menjadi sumber penyebaran HPIK. Pasal 13 Surat Persetujuan Bongkar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf i, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa yang berada di atas alat angkut ternyata media pembawa tersebut: a. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari Negara atau area asal atau persyaratan lain; dan/atau b. tidak merupakan media yang dilarang, dibatasi, atau diatur pemasukannya, rusak, atau busuk; dan/atau c. tidak terdapat tanda-tanda tertular HPIK. Pasal 14 Surat Persetujuan Muat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf j, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa ternyata media pembawa tersebut: a. tidak merupakan media pembawa yang dilarang, dibatasi, atau diatur 327

pengeluarannya; dan/atau b. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan atau persyaratan lain; dan/atau c. tidak terdapat tanda-tanda tertular HPIK atau hama dan penyakit ikan yang disyaratkan oleh Negara atau area tujuan. Pasal 15 Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina Ikan Terhadap Media Pembawa di Atas Alat Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf k, diterbitkan apabila media pembawa yang berada di atas alat angkut tidak mungkin diturunkan sehingga tindakan karantina akan dilakukan di atas alat angkut. Pasal 16 Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf l, diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap media pembawa di tempat pemasukan, ternyata media pembawa tersebut: a. telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari area/negara asal dan disetujui untuk dikenakan tindakan karantina ikan lanjutan di luar kawasan pabean; dan/atau b. telah dilengkapi dengan Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan dari area asal, disetujui untuk dapat dilalulintasbebaskan. Pasal 17 Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf m, diterbitkan apabila terhadap media pembawa telah dikenakan tindakan pemusnahan. Pasal 18 a. Seluruh dokumen tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diterbitkan oleh petugas karantina di tempat-tempat pemasukan atau pengeluaran media pembawa, setelah pemilik media pembawa melunasi penerimaan negara bukan pajak karantina ikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. b. Seluruh dokumen tindakan karantina yang telah diterbitkan merupakan kelengkapan lalu lintas media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pemasukan atau pengeluaran media pembawa. 328

Pasal 19 Setiap tindakan karantina terhadap media pembawa wajib diterbitkan dokumen tindakan karantina yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa dan segera disampaikan kepada pemilik atau pihak yang berkepentingan. Pasal 20 Dokumen tindakan karantina yang diterbitkan oleh petugas karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), dapat disampaikan langsung oleh petugas karantina atau melalui fasilitas elektronik kepada instansi lain yang memerlukan. BAB IV FORMAT DOKUMEN Pasal 21 Format dokumen tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku semua peraturan pelaksanaan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB V PENUTUP Pasal 23 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2005 tentang Bentuk dan Jenis Serta Tata Cara Penerbitan Dokumen Tindakan Karantina Ikan dicabut d an dinyatakan tidak berlaku. 329

Pasal 24 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 31 Desember 2008 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I, ttd FREDDY NUMBERI tiap orang mengetahuinya, Peraturan nteri ini diundangkan dengan pene Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Supranawa Yusuf 330

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN NOMOR LAMPIRAN ISI LAMPIRAN KODE 1 DOKUMEN UTAMA a. Bentuk Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health KI-D1 Certificate for Fish and Fish Products) b. Bentuk Sertifikat Kesehatan Ikan Domestik KI-D2 c. Bentuk Sertifikat Pelepasan Karantina Ikan KI-D3 2 DOKUMEN PENDUKUNG a. Bentuk Surat Penahanan Sementara KI-D4 b. Bentuk Surat Penolakan KI-D5 c. Bentuk Surat Keterangan Masuk Instalasi Karantina Ikan KI-D6 d. Bentuk Surat Pemusnahan KI-D7 e. Bentuk Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan KI-D8 f. Bentuk Surat Keterangan Transit KI-D9 g. Bentuk Surat Keterangan Benda Lain KI-D10 h. Bentuk Surat Pemberitahuan Tindakan Karantina Ikan Terhadap KI-D11 Alat Angkut i. Bentuk Surat Persetujuan Bongkar KI-D12 j. Bentuk Surat Persetujuan Muat KI-D13 k. Bentuk Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Tindakan Karantina KI-D14 Ikan Terhadap Media Pembawa di Atas Alat Angkut l. Bentuk Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan KI-D15 m. Surat Keterangan Masuk Tempat Penimbunan Sementara Karantina Ikan KI-D16 KI-D17 n. Bentuk Berita Acara Pemusnahan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I, ttd Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi FREDDY NUMBERI Supranawa Yusuf 331

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya hayati perikanan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat; b. bahwa pemasukan media pembawa berupa ikan hidup dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dapat memberi peluang akan terbawanya hama dan penyakit ikan berbahaya dan dapat pula berdampak terhadap perubahan dalam keseimbangan biota dan lingkungan hidup; c. bahwa Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.42/MEN/2003 tentang Persyaratan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup, perlu disempurnakan sesuai dengan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, dipandang perlu menetapkan persyaratan pemasukan media pembawa berupa ikan hidup dengan Peraturan Menteri; Mengingat : (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); (3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara 332