BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

Bab I Apa Sih Kuncinya?

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. zakat berarti memberikan sebagian dari harta yang sudah sampai nishab-nya

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang mengandung ibadah sekaligus

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa,dan haji. Melaksanakan zakat adalah wajib,

DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan.menjaga keserasian dan keseimbangan aspek jasmaniah dan rohaniah,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi,

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah menjadi isu utama pembangunan diberbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah memporak-porandakan ketahanan ekonomi yang menyebabkan jumlah penduduk miskin meningkat hingga 23,4% pada tahun 1999, sebagai dampak dari banyaknya penghentian kegiatan ekonomi oleh perusahan atau sentra-sentra ekonomi sehingga bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini menyebabkan pada awal tahun 1997, pendapatan perkapita masyarakat Indonesia menjadi $400.-USA. Telah banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, namun kemiskinan masih saja selalu menjadi pekerjaan utama pemerintah di tiap periodenya. Jika dilihat dari sebab-sebabnya maka kemiskinan dapat beraneka ragam salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada rakyat kecil yang merupakan kantong-kantong sumber kemiskinan. Banyak penelitian serta kajian-kajian ilmiah yang mencoba untuk membicarakan masalah kemiskinan, namun sekali lagi hanya berkutat pada pendefenisian dan pengkategorian, pengukuran serta pengidentifikasian sebab dari kemiskinan itu sendiri. Tidak banyak dari kajian tersebut yang dapat mengentaskan kemiskinan secara signifikan ini lebih disebabkan karena masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks, tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi, baik itu ekonomi maupun sosial saja. Masalah kemiskinan adalah masalah yang saling terintegrasi satu sama lain, tidak terpisahkan. 1

2 Dalam salah satu penelitiannya tentang kemiskinan, Subagio (Dompet Dhuafa, 2010) membagi kemiskinan kedalam dua kategori. Pertama, kemiskinan yang ditimbulkan oleh faktor alamiah, yaitu kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, bencana alam dan lain-lain. Kedua, kemiskinan yang disebabkan karena faktor non alamiah, yaitu adanya kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya alam dan lain-lain. Oleh sebab itu diperlukan suatu instrumen lain yang berpotensi sangat besar dalam proses pembangunan bangsa. Tak heran kemiskinan menjadi pekerjaan rumah di tiap negara. PBB melalui MDG s (Millenium Development Goals) mencoba untuk merumuskan suatu formula jangka panjang didalam mengentaskan kemiskinan. Setidaknya ada 8 agenda yang akan dilakukan dalam deklarasi yang dilakukan oleh 189 negara anggota PBB tersebut (BPS), yakni : 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua, 3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan, 4. Menurunkan Angka Kematian Anak, 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu, 6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan 8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan. Dengan keikutsertaan Indonesia dalam program MDG s tersebut, maka Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan pada 2015 separuh dari proporsi penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dollar AS perhari. Akan

3 tetapi jika kita melihat data yang dilansir oleh BPS tahun 1998, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 1998 sebesar 49,50 juta orang (24,23 persen). Hal ini jika bandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Bulan Maret 1999 sebesar 47,96 juta orang (23,43 persen) itu artinya kemiskinan hanya mengalami penurunan sebesar 0,8 persen sepanjang tahun 1998-1999. Sementara itu jika dilihat jumlah penduduk miskin didaerah pedesaan justru mengalami peningkatan sebesar 0,43 juta orang, hal ini berbeda dengan jumlah penduduk miskin didaerah perkotaan yang justru mengalami penurunan sebesar 1,96 juta orang. Ini berarti bahwa beberapa program yang dicanangkan pemerintah belum menyentuh daerah - daerah pelosok. Agak ironi memang jika melihat jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1998-2010 yang mengalami naik-turun dari tahun ke tahun. Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin menurun sebesar 18,48 juta orang meskipun pada tahun 2008, Indonesia terkena dampak dari krisis global yang terjadi di Amerika. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Di bandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010 yang berjumlah 31,02 juta orang (12,33 persen), jumlah penduduk miskin berkurang 1,00 juta orang. Jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan turun lebih besar daripada didaerah perkotaan. Selama periode Maret 2010 - Maret 2011, penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2010 ke Maret 2011. Pada Maret 2010 dan Maret 2011, sebagian besar penduduk miskin

4 berada di daerah pedesaan; Maret 2010 sebesar 64,23 persen dan Maret 2011 sebesar 63,20 persen.(bps, Maret 2011) Melihat fenomena kemiskinan yang terjadi, Pemerintah tidak serta merta melepas tanggung jawab atas terjadinya fluktuasi kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang serius, dalam hal ini pemerintah sudah berusaha menekan angka kemiskinan ini dengan meluncurkan program-program pengentasan kemiskinan, mulai dari bahan bakar dan tarif dasar listrik bersubsidi, pemberian BLT, penyediaan RASKIN, PNPM Mandiri, KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan lainnya. (BAPPENAS 2009). Zakat yang pada hakekatnya dapat mengentaskan kemiskinan, di Indonesia masih dianggap sebelah mata. Padahal jika melihat pertumbuhan zakat, infak dan sedekah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Hafidhuddin (Antara, 2010 ), pada 2007 dana zakat yang terkumpul di Baznas mencapai Rp450 miliar, 2008 meningkat menjadi Rp920 miliar, dan pada 2009 tumbuh menjadi Rp1,2 triliun. Untuk tahun 2010, dengan berbagai program sosialisasi, Baznas bisa terkumpul mencapai Rp1,5 triliun. Dengan semakin meningkatnya zakat yang terkumpul, maka secara tidak langsung berdampak pada penurunan jumlah kemiskinan. Hal ini tentunya bukanlah sekadar harapan semata. Dari zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai pada zaman setelahnya, terbukti bahwa zakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Dan saat ini, sebuah kenyataan bahwa pelaksanaan riba terbukti selalu menghancurkan perekonomian. Lain halnya dengan zakat, selain mengangkat fakir miskin, juga akan menambah produktifitas masyarakat sehingga meningkatkan lapangan kerja sekaligus

5 meningkatkan pula tabungan masyarakat (Muhammad, 2000 : 20). Bahkan dimasa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz, sudah tidak ada lagi yang menerima zakat, sehingga zakat yang dimiliki diberikan kepada masyarakat negara lain. Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim sudah selayaknya menggunakan zakat sebagai sarana pengentasan kemiskinan. Islam sebagai agama rahmat bagi semesta alam didalamnya mengatur hubungan antara manusia dengan sang Khalik dan manusia dengan manusia. Dalam hal hubungan manusia dengan manusia, Islam mengatur dengan secara rinci dan solusi bagi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali masalah kemiskinan yakni dengan berzakat. Sejarah mencatat yang juga tertuang dalam firman-nya, kemiskinan telah menjadi masalah sebelum Islam datang namun hal tersebut diatasi dengan kewajiban untuk membayar zakat. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan berkaitan dengan harta benda, sehingga membayar zakat menjadi wajib bagi setiap muslim. Zakat juga merupakan ibadah sehingga bagi yang mengelak atau menolak membayar zakat dengan unsur sengaja sama halnya dengan menafikan keimanan dan keislamannya. Setidaknya zakat memiliki dua manfaat bagi yang membayarnya, yakni mendapat pahala dan meringankan beban orang-orang tak mampu. Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah SWT semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari

6 keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan (Ridwan, 2005). Dalam Alquran terdapat 82 ayat yang mensejajarkan shalat dengan kewajiban zakat, dan satu kali disebutkan dalam konteks yang sama akan tetapi dalam ayat berbeda, yaitu Surat Al- Mukminun ayat 2 dengan ayat 4 (Qardhawi, Fiqh Zakat, 1973). Banyak ayat Alquran yang berisi perintah mengerjakan shalat diiringi dengan perintah membayar zakat, diantaranya adalah : Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah bersama orangorang yang ruku (Q. S. Al-Baqarah : 43) Dalam sejarah Islam kewajiban membayar zakat telah dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim AS yang kemudian disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai kewajiban, kadar serta harta yang wajib dizakatkan dan hal ini diteruskan oleh para sahabat hingga sampai sekarang. Islam datang dengan membawa kabar gembira sekaligus menawarkan solusi bagi manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat. Sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, pengelolaan zakat sangat dibutuhkan sebagai penyalur dana dari muzakki kepada mustahik, agar dana zakat yang terkumpul dapat disalurkan dengan baik dan benar, maka dibutuhkan suatu lembaga khusus yang dapat menangani pendistribusian dana zakat tersebut. (Takidah, 2008).

7 Ibadah zakat apabila ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial disamping membawa pesan-pesan ritual dan spiritual (Suma, 2003: 55). Sumbangsih dari kelompok orang mampu dalam mendistribusikan sebagian hartanya kepada kelompok kurang mampu dapat dijadikan satu dari sekian upaya penanggulangan kemiskinan. Sudah merupakan kodratnya bahwa tingkatan sosial seseorang tidak sama, ada yang berkelimpahan dan ada yang kekurangan. Filosofi inilah yang terdapat pada zakat yakni terdapat sebagian harta orang lain pada harta yang kita miliki, sehingga sudah sepantasnya harta tersebut dikeluarkan zakatnya untuk menolong orang-orang yang kurang mampu. Berdasarkan fenomena kemiskinan di Indonesia dan potensi zakat di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun yang tentunya berdampak pada pengentasan kemiskinan, maka penulis menganggap hal tersebut perlu kajian yang mendalam dalam sebuah skripsi yang berjudul Pengaruh ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) dan Zakat Fitrah Terhadap Penurunan Kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan di teliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari ZIS dan Zakat Fitrah terhadap penurunan proporsi penduduk miskin di

8 Indonesia selama periode 1998 2010. Permasalahan umum tersebut dapat dijabarkan dalam rincian masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh ZIS terhadap penurunan proporsi penduduk miskin di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh Zakat Fitrah terhadap penurunan proporsi penduduk miskin di Indonesia? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk melihat, mengetahui dan mendapatkan estimasi dari pengaruh ZIS dan pengaruh Zakat Fitrah terhadap kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka penulis menjabarkannya sebagai berikut: 1. Untuk mengestimasi pengaruh dari ZIS terhadap penurunan proporsi penduduk miskin di Indonesia. 2. Untuk mengestimasi pengaruh dari Zakat Fitrah terhadap penurunan proporsi penduduk miskin di Indonesia. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah : Penulis berharap, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi ataupun literatur bagi pihak lain yang melakukan penelitian mengenai Pengaruh Zakat terhadap penurunan Kemiskinan di Indonesia, serta dapat menjadi masukan informasi dan kritik yang membangun sebagai kajian penerapan Zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. 1.4. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan utuh mengenai penelitian yang penulis sampaikan. Sistematika

9 pembahasan terdiri dari lima bab, kemudian dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi sub bab, yakni sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Merupakan sebuah bahasan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan BAB II: KERANGKA TEORI Merupakan sebuah bahasan yang menguraikan tentang tinjauan pustaka dan studi empiris, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Merupakan sebuah bahasan yang menguraikan tentang rancangan penelitian, variabel dan pengukuran, definisi operasional variabel, data dan teknik pengumpulan data, serta metode analisi data. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Merupakan sebuah bahasan yang menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, serta hasil penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan sebuah bahasan yang menguraikan tentang kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pembahasan dari bab sebelumnya. Disamping itu juga dilengkapi dengan saran sebagai sumbangan pikiran.