II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku : Metode Pembelajaran, Sumiati dan Asra ( 2009:38)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan " Belajar merupakan aktifitas

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Skinner (1950:22), belajar ialah tingkah laku ketika subjek belajar

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan manusia seumur hidup, dan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, melalui pendidikanlah suatu upaya mencetak sumber daya

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha para pendidik yang menumbuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

2.2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

I. PENDAHULUAN. Sejak jaman olimpiade kuno sampai dengan olimpiade modern, tujuan pelompat jauh dalam

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan

I. PENDAHULUAN. sistematis dan teratur. Oleh sebab itu pembelajaran yang baik akan. menentukan keberhasilan dalam menciptakan siswa yang berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

I. METODOLOGI PENELITIAN. kelas, (Classroom Action Research). Jenis penelitian ini mampu menawarkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Dalam buku : Metode Pembelajaran, Sumiati dan Asra ( 2009:38) mengungkapkan bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Sedangkan Mohammad Asrori (2009: 6) mengemukakan: pengertian secara psikologi, secara umum belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, yang proses perubahan tersebut salah satunya melalui sekolah-sekolah yang ada di lingkungan masyarakat. Sardiman A.M, dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (1987:98), mendefinisikan tentang aktivitas adalah kegiatan dilakukan manusia karena manusia memiliki jiwa sebagai sesuatu yang dinamis memiliki potensi dan energi sendiri.

Oleh karena itu secara alami anak didik juga menjadi aktif karena adanya motivasi dan didukung oleh bermacam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang, dan tugas guru (pendidik) adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Keadaan ini siswa yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. B. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata dasar - efektif dan ditambah akhiran itas. Efektivitas berarti ada pengaruh, dapat membawa hasil, berguna. Akhiran itas membentuk kata benda yang memiliki sifat dan kata dasarnya. Jadi efektivitas adalah keefektifan dari suatu keadaan/usaha sehingga ada pengaruhnya dan daya guna. (Kamus Bahasa Indonesia, Edisi Mei; PT. Indah Jaya, 2009:182). Pengertian efektivitas menurut : Soewarno Handayaningrat (1985:35) mengutip pernyataan Emerson dalam Buku Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen bahwa efektivitas merupakan pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Setelah melihat beberapa pengertian efektivitas tersebut di atas maka penulis menyimpulkan bahwa efektivitas merupakan pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik dan matang untuk masalah program perencanaan dengan berbagai pertimbangan.

Perencanaan proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran harus dipertimbangkan ke-efektifan dan efisiensinya. Hal-hal yang harus diperhatikan agar dalam pembelajaran dapat efektif : (a) suasana dan sistem belajar yang kondusif, (b) tenaga pengajar, (c) metode pembelajaran, serta (d) media pembelajaran yang digunakan. C. Tujuan Belajar Menurut Peter Kline dalam Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, (2000:22), belajar akan efektif, jika dilakukan dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu diciptakan suasana dan sistem (kondisi) belajar yang kondusip, di samping faktor lain yang akan menentukan hasil belajar siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor pengajar/pendidik. Oleh sebab itu mengajar, yang diartikan sebagai suatu usaha menciptakan sistem lingkungan, harus memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang fun and enjoy. sistem lingkungan belajar itu sendiri dipengaruhi berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponenkomponen itu antara lain tujuan pembelajaran, bahan kajian yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode pembelajaran, serta media pembelajaran yang dipilih. Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang utuh dan komplek. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar diperuntukkan

untuk tujuan-tujuan yang dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Dari uraian di atas, secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu : 1. Mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Ilmu pengetahuan dan kemampuan berpikir adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah mempunyai kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar dalam hal ini peran guru sebagai pengajar lebih menonjol. Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan dengan cara demikian anak didik akan diberikan pengetahuan sehingga akan menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya. 2. Penanaman Konsep dan Keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua: keterampilan jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan, sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berhubungan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya tetapi lebih abstrak, menyangkut soal penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi sematamata bukan soal pengulangan, tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat. Keterampilan ini memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Misalnya dengan cara mengungkapkan perasaan melalui tulisan bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan atau menuruti kaidah tertentu dan bukan semata mata menghapal atau meniru cara berinteraksi dengan metode role playing. 3. Pembentukan Sikap Dalam menumbuhkan sikap dan mental, perilaku dan pribadi anak anak didik guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dalam proses observasi mungkin juga menirukan itu diharapkan terjadi proses internalisasi sehingga menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

D. Teori Belajar Seorang guru perlu mengetahui teori belajar sehingga dapat mempertahankan bagaimana seharusnya siswa belajar. Adapun teori yang perlu diketahui antara lain teori conditioning dan teori conectionism. Menurut : Pavlov (1990:1), teori conditioning menekankan bahwa proses belajar mengajar diperoleh dari hasil latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat atau ransangan tertentu yang dialaminya dalam kehidupan. Pengertian belajar menurut teori ini adalah perubahan yang terjadi karena syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Adapun kelemahan teori ini adalah menganggap bahwa belajar hanya disebakan oleh latihan atau kebiasaan tanpa menghiraukan peranan pribadi dalam memilih dan juga menetukan perbuatan dan reaksi apapun yang akan dilakukan.belajar merupakan proses aktif untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia yang bersangkutan. Menurut Oemar Hamalik (2003:328), belajar adalah suatu proses dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungan. Menurut Gagne (dalam Hidayat dkk 1990 : 2 ), Belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh pengajar.

E. Teori Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah peserta didik mengikuti pembelajaran. kriteria ketuntasan belajar minimal adalah batasan minimal pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. kriteria ketuntasan minimal ditentukan melalui analisis tiga hal yaitu : tingkat kerumitan, tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan dukungan sekolah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran). KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat proses belajar mengajar di sekolah. Dalam KTSP untuk SD kategori ketuntasan belajar siswa adalah yang mendapat nilai 65 ke bawah perlu diperhatikan sedangkan yang mendapat nilai 65 ke atas telah memenuhi ketuntasan belajar siswa (KTSP 2007). F. Pengertian Mengajar Pengertian mengajar menurut Sumiati dan Asra, dalam Metode Pembelajaran (2009 : 23) Mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi guru kepada siswa tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar merupakan upaya yang disengaja, maka guru harus terlebih dahulu mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa.

Upaya yang guru lakukan ini dimaksudkan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Oleh karena itu, disamping guru harus menguasai materi pelajarannya guru juga dituntut memiliki kesabaran dan kecintaan dalam memahami dan mengelola proses pembelajaran, hal inilah yang menjadi kata kunci suksesnya proses belajar mengajar di sekolah. G. Pendekatan Dalam Pembelajaran Menurut Tim Metodik Kurikulum Depdikbud (1995:1), pembelajaran berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan atau kecakapan baru pada orang lain. Sedangkan Sudjana (1989:7) memberikan batasan pembelajaran sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran adalah pelaksanaan proses belajar mengajar, yakni suatu proses penterjemahan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah. Definisi lain dari : Roestiyah (1986 : 41) Pembelajaran adalah (1) transfer pengetahuan kepada siswa, (2) mengajar siswa bagaimana caranya belajar, (3) hubungan interaksi antara guru dan siswa, (4) proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas dalam menyampaikan program pembelajaran pada sejumlah siswa sehingga terjadi interaksi dua arah, yaitu guru-siswa, siswa-guru dan siswasiswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

H. Hakikat Belajar Keterampilan Motorik Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari Physical Education merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh/meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai-nilai dan sikap positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Syaripuddin, Mahadi, 1993:4) dan Rijsdorop (1971), mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam bidang gerak dan kebugaran. Tujuan pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk perbaikan derajat kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap positif, dan keterampilan gerak dasar serta berbagai aktivitas jasmani, agar dapat: (1) memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis; (2) mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak dan cabang olahraga; (3) mengerti akan pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga terhadap perkembangan jasmani dan mental; (4) mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabang-cabang olahraga; (5) mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan Kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari; (6) menumbuhkan sikap positif dan mampu mengisi waktu luang. (Syarifuddin, Mahadi.1993:4).

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain, dan atau olahraga yang direncanakan secara sistematis, dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan guna merangsang perkembangan fisik, keterampilan berfikir, emosional, sosial, dan moril. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina dan sekaligus untuk membentuk gaya hidup sehat dan aktivitas sepanjang hayat. Salah satu dari tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah mengembangkan keterampilan gerak. Dalam perkembangannya melalui suatu pembinaan yang sistematis dan teratur. Proses pembelajaran harus sejalan dengan kematangan siswa dalam usia maupun fisik perlu dibedakan antara setiap umur yaitu dari masa balita, anak-anak, masa remaja,dewasa dan tua. Dengan demikian tahap perkembangan anak dalam hal ini usia SD kelas VI. Merupakan proses belajar gerak dasar, bila kemampuan gerak dasar umum telah dikuasai maka untuk mempelajari gerak kelanjutannya akan lebih mudah untuk diarahkan guna mempelajari keterampilan yang lebih tinggi dalam hal ini mempelajari bentuk-bentuk gerakan suatu cabang olahraga. Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani sangat erat kaitannya dengan gerak manusia, prestasi yang optimal yang akan diperoleh dari bentuk-bentuk gerakan yang terdapat dalam aktivitas atletik yaitu lompat jauh gaya jongkok adalah akibat dari pendidikan jasmani.

I. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Sumiati dan Asra, 2009:160) Menurut: I Gede Sugianta (2005) kaitan media dengan pembelajaran, media sebagai suatu perantara atau pengantar pesan-pesan atau materi ajar dari guru kepada siswa. Dari pendapat di atas media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Bila media sebagai sumber belajar maka materi yang dikemas dalam suatu media dalam penyampaiannya akan diinformasikan melalui media sehingga materi akan lebih mudah dipahami dan dimengerti. Dalam hal ini guru harus pandai memilih media pendidikan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamamik (1987:7) tentang memilih media yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut : a. Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita b. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan c. ekonomis, sesuai dengan kemapuan pembiyaan yang ada, hemat d. praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di lapangan e. fungsional, berguna dalam pembelajaran,dapat digunakan oleh guru dan siswa

Dengan adanya syarat-syarat tersebut diharapkan seorang guru tidak ragu-ragu untuk menentukan pilihannya mengenai media atau alat bantu dalam pembelajaran. J. Alat Bantu Pembelajaran Alat bantu pembelajaran merupakan fasilitas yang penting dalam sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak, dengan alat bantu anak diajak secara aktif untuk memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru. Suatu hal yang harus diingat walaupun fasilitas alat bantu yang dimiliki oleh sekolah kurang memadai, tetapi penggunaan alat bantu itu diikuti dengan metode anak aktif sehingga efektivitas pengajaran akan semakin baik. Alat bantu mengajar adalah alat-alat atau perlengakapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar. K. Media Pembelajaran Visual Diam Media visual diam mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak. Media visual dalam konsep pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda, dan alatalat lainnya yang memberikan pengalaman visual itu menurut : Gagne dan Briggs, dalam Metode Pembelajaran (2009:166) langkah-langkah dalam memilih media pembelajaran antara lain: 1) Merumuskan tujuan pembelajaran. 2) Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau tipe belajar. 3) Memilih peristiwa-peristiwa pembelajaran yang akan berlangsung 4) Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa

5) Mendaftar media pembelajaran yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pembelajaran. 6) Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media pembelajaran yang dipakai. 7) Mentukan media pembelajaran yang terpilih akan digunakan. 8) Menulis rasional (penalaran) memilih media pembelajaran tersebut 9) Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa 10) Menuliskan script (naskah) pembicaraan dalam penggunaan media pembelajaran. Jelas bahwa penggunaan media (alat bantu) selain dapat memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak juga dapat meningkatkan, memperkaya, membentuk, kecakapan, kepada siswa itu sendiri. Media (alat bantu) visual diam yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kertas yang bergambarkan rangkaian lompat jauh gaya jongkok, keset, kardus dan tali karet serta bola plastik. Keuntungan dari media ini adalah hemat biaya, mudah dalam pemakaiannya (praktis) serta memudahkan guru untuk mengevaluasi gerakan yang digunakan dalam lompat jauh dan dengan cara ini akan memotivasi anak untuk melompat dan mempraktekan gaya yang sedang diajarkan. Adapun alat bantu yang digunakan : A. ) Alat bantu keset b.) Alat bantu kardus c.) Alat bantu tali karet d.) Alat bantu bola plastik. e.) Serta kertas yang berisikan gambaran tentang rangkaian lompat jauh gaya Jongkok.

L. Proses Lompat Jauh Gaya Jongkok Melakukan lompat jauh gaya jongkok bukanlah gerakan yang dilakukan dengan sembarangan. Melainkan gerakan yang terencana dan diorganisasikan untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan teknik lompat jauh yang baik serta latihan yang berulang-ulang dengan pelaksanaan gerakan yang baik. 1. Pelaksanaan Adapun pelaksanaan lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut : a. Gaya jongkok ini diperoleh dengan cara merentangkan tubuh, setelah take off dengan kedua tungkai yang diditarik ke depan. b. Kaki yang memimpin, dijatuhkan setelah kaki yang take off selesai menjalankan tugasnya, dan digerakkan ke depan. c. Pada saat kedua tungkai ke depan tubuh di udara, yaitu waktu berada dalam posisi melayang, dan kedua tangan diangkat ke atas. d. Gerakan merentang tubuh ini menambah kelambatan dalam sumbu horizontal dan melambatkan terjadinya rotasi ke depan. e. Pada saat mendarat/ landing, kedua tungkai di bawa ke depan, sedangkan kedua tangan diarahkan ke belakang dan ke depan. 1.1 Cara mengambil awalan Tujuan utama dari pengambilan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan vertical yang berguna utnuk menentukan lintasan titik berat badan dan waktu melayang di udara.

Cara melakukannya : a. Siswa mencoba beberapa kali lari cepat yang dimulai dari papan tolak menuju permulaan pengambilan awalan. b. Bila sudah menemukan awalan yang tepat barulah mulai ditandai dengan mengukur awalan dari permulaan awalan sampai papan tolak. c. Teknik lari adalah mirip lari sprint d. Kecepatan meningkat terus menerus sampai mencapai papan tumpu. Gambar 1. Teknik awalan lompat jauh Diadaptasi dari IAAF ( 2000 ) 1.2 Teknik melakukan tolakan Adapun cara melakukan tolakan : a. Penancapan kaki adalah kaki aktif dan cepat dan suatu gerakan ke bawah dan ke belakang b. Waktu menolak adalah dipersingkat pembengkokkan minimum dari kaki tumpu c. Paha kaki bebas didorong posisi horizontal d. Sendi-sendi mata kaki lutut dan pinggang adalah diluruskan sepenuhnya.

Gambar 2. Teknik tolakan lompat jauh Diadaptasi dari IAAF ( 2000 ) 1.3 Teknik pada saat di udara Adapun cara melakukanya : a. Kaki yang memimpin dijatuhkan setelah kaki tumpu selesai menjalankan tugasnya dan digerakkkan ke depan. b. Pada saat kedua tungkai berada di udara yaitu waktu berada dalam posisi melayang dan kedua tangan diangkat ke atas c. Gerakan merentangkan tubuh ini menambah kelambatan dalam sumbu horizontal dan melambatkan terjadinya rotasi ke depan. Gambar 3. Teknik pada saat di udara Diadaptasi dari IAAF (2000)

1.4 Teknik Mendarat a. Kedua kaki hampir sepenuhnya diluruskan b. Badan dibengkokkan ke depan c. Langkah ditarik ke belakang d. Pinggang didorong ke depan menuju titik sentuh tanah Gambar 4. Teknik mendarat lompat jauh gaya jongkok Diadaptasi dari IAAF (2000) 1.5 Tujuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Adapun tujuan menggunakan gaya ini untuk mendapatkan keseimbangan sewaktu melayang dan memperoleh posisi mendarat yang efisien kemudian untuk mengurangi arah rotasi dengan merentangkan tubuh pada saat melayang. M. Kerangka Pikir Menurut Winarno Surakhmad Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyidik dapat merumuskan postulat yang berbedabeda. Seorang penyelidik mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh karena itu peneliti harus merumuskan secara jelas tentang hal yang akan ditelitinya. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti suatu proses pelaksanaan pembelajaran suatu cabang olah raga yaitu pada gerak dasar lompat jauh khususnya pada lompat jauh gaya jongkok siswa-siswi kelas VI SD Negeri 2 Sumur Putri Bandar lampung. Oleh karena itu maka peneliti mengambil judul yaitu : Judul penelitian : Efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan alat bantu pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sumur Putri, Bandar Lampung Anggapan dasar yang dirumuskan yaitu : a. Pembelajaran lompat jauh di SD Negeri 2 Sumur Putri kurang efektif. b. Fasilitas pembelajaran lompat jauh di SD Negeri 2 Sumur Putri, masih kurang. c. Latar belakang guru penjaskes SD berbeda-beda ( Pendidikan dan pengalaman mengajarnya ). d. Motivasi belajar dari siswa dalam pembelajaran lompat jauh teknik jongkok, kurang / rendah. N. Hipotesis Darsono (1996), dalam buku : Manajemen Penelitian Kelas (2010:71) untuk merumuskan hipotesis tindakan, peneliti dapat melakukan : 1. Kajian teori pembelajaran dan teori pendidikan 2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan;

3. Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, penelitian dan lain-lain 4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan. Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaanya dalam penyelidikan ilmiah karena merupakan petunjuk kearah peroses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : jika pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dilakukan dengan menggunakan media alat bantu pembelajaran, maka pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa-siswi di SD Negeri 2 Sumur Putri Bandar Lampung dapat ditingkatkan.