BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT (OPZ) DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

LAPORAN AKTIFITAS YBM PLN JANUARI

EFISIENSI KINERJA KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA): PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

EFISIENSI KINERJA BAZNAS BOGOR DAN SUKABUMI: PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

LAPORAN AKTIVITAS JANUARI - FEBRUARI T A H U N UNIT YBM PLN PUSAT DAN DANA KKS

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

SEMINAR NASIONAL ZAKAT. Potensi Pengoperasian ZAKAT Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 8 Desember 2016 Dr. Zainulbahar Noor, Wakil Ketua BAZNAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa,dan haji. Melaksanakan zakat adalah wajib,

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

ANALISIS EFISIENSI LEMBAGA ZAKAT NASIONAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA EMPLOYMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

Pedoman Pengajuan. Lembaga Zakat Terdaftar

BAB V PEMBAHASAN. kepada para mustahik. Dalam proses penghimpunan, pengumpulan, dan

PEMERINTAH KOTA PADANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk ibadah yang juga termasuk dalam rukun Islam yang ketiga. Adapun

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

NU CARE LAZISNU UPZIS TRENGGALEK NERACA PERIODE : 01 OKTOBER OKTOBER 2017

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. meringankan beban kehidupan para fakir dan miskin. meningkatkan status masyarakat dari mustahik menjadi muzaki.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2011 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 242 juta jiwa, pada tahun 2012 jumlah penduduk di Indonesia sebesar 245,40 juta jiwa, pada tahun 2013 jumlah penduduk di Indonesia sebesar 248,80 juta jiwa dan pada tahun 2014 jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana pada tahun 2016 jumlah penduduk di Indonesia yang beragama islam mencapai 85 persen meskipun jumlah ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya yang menyatakan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang beragama Islam mencapai 95 persen (Republika: 2016). Meskipun demikian Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia meskipun Indonesia bukan Negara Islam. Dengan jumlah penduduk yang relatif banyak, Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam katagori negara berkembang. Keberadaan Indonesia saat ini sebagai negara berkembang, tidak terlepas dari berbagai permasalahan, salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah disparitas dan kemiskinan. Data terakhir pada bulan Maret 2016 tercatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28.005,41 ribu jiwa 1

2 (BPS: 2016). Kemiskinan sendiri merupakan bahaya besar bagi umat manusia dalam berbagai tindakan kriminalitas akibat desakan ekonomi. Nabi Muhammad SAW menyebutkan kemiskinan dapat membawa manusia jatuh dalam kekufuran. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya sistem kesejahteraan yang berkelanjutan (Supanra, 2014). Melihat problematika ini sudah sepantasnya untuk memperhatikan salah satu solusi dalam Islam untuk dapat menyejahterakan masyarakat yaitu dengan zakat, sedekah, dan wakaf yang berbentuk amal jariyah (Alfi, 2015). Zakat sendiri sebenarnya merupakan kegiatan yang disyariatkan oleh agama islam yang bertujuan untuk membersihkan jiwa, meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan yang menjadi salah satu masalah di Indonesia saat ini kesenjangan sosial yang semakin terasa dikalangan masyarakat indonesia saat ini dapat dikendalikan dan diatasi salah satunya dengan zakat yang disalurkan kepada mereka yang berhak, yaitu 8 golongan asnaf seperti fakir (orang yang tidak memiliki harta), miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi), riqab (hamba sahaya atau budak), gharim (orang yang memiliki banyak hutang), mualaf (orang yang baru masuk islam), fisabilillah (pejuang dijalan Allah), ibnu sabil (musyafir dan para pelajar perantau), dan amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat). Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan IPB berdasarkan PDB tahun 2015 potensi zakat di indonesia mencapai Rp 217 triliun dan dinilai mampu membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

3 Dengan metode ekstrapolasi, potensi zakat tahun 2015 sebesar Rp 280 triliun dan realisasinya diperkirakan Rp 4 triliun atau kurang dari 1,4% dari potensinya, apabila dana zakat dapat dikelola dengan baik dan maksimal maka dapat di salurkan untuk zakat produktif dan kemandirian ekonomi dapat dibangkitkan melalui dana zakat dan mampu membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan (Dirjen Pajak: 2016). Di Indonesia dana zakat mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Data BAZNAS menunjukkan bahwa penerimaan dana zakat dan penyaluran dana zakat cenderung meningkat dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014 ( Lihat tabel 1.1 dibawah) Tabel 1. 1 Data Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat Pada Baznas (dalam rupiah) Tahun Penerimaan Pengeluaran 2002 295.535.112,00 99.895.146,00 2003 1.311.834.388,00 488.689.375,00 2004 2.232.528.371,64 1.486.305.685,00 2005 2.536.109.668,00 2.005.498.227,00 2006 4.825.501.587,00 2.943.558.772,00 2007 8.307.940.585,00 6.033.453.552,00 2008 15.355.092.415,00 6.787.332.833,00 2009 19.371.179.661,00 14.048.725.306,00 2010 23.661.022.281,00 21.988.196.758,00 2011 32.986.949.797,00 32.104.328.850,00 2012 40.387.972.149,00 36.019.079.930,00 2013 50.741.735.215,00 45.068.566.496,00 2014 69.865.506.671,00 64.265.141.159,00 Sumber : BAZNAS Dari data diatas menunjukkan pada tahun 2002 dana zakat terhimpun sebesar Rp 295.535.112 juta, dan ditahun 2014 penerimaan dana zakat meningkat hingga mencapai Rp 69.865.506.671 milyar. Penyaluran dana zakat

4 pada tahun 2002 sebesar Rp 99.895.146 juta meningkat hingga mencapai Rp 64.265.141.159 milyar pada tahun 2014. Di Indonesia pengelolaan zakat telah diatur berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 yang kemudian diperbaruhi dengan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Ada dua tujuan dari pengelolaan zakat yang dijelaskan dalam Undang-undang No.23 Tahun 2011 yaitu: Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujutkan kesejahteraan masyarakat dan penganggulangan kemiskinan. Kehadiran UU 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat merupakan langkah maju pemerintah dalam mengatasi kebutuhan akan peraturan yang jelas tentang pengelolaan zakat serta pengakuan eksistensi organisasi pengelola zakat, karena selama ini muncul anggapan bahwa zakat kurang disosialisasikan dan diimplementasikan dengan jelas. Dengan adanya UU tentang pengelolaan zakat ini memberikan kejelasan dan pengakuan terhadap keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) baik dalam bentuk Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola oleh swasta (Rifqi, 2006). Akan tetapi besarnya potensi zakat ini belum dibarengi dengan pengoptimalan penghimpunan maupun pendistribusian. Sehingga untuk

5 mengetahui sejauh mana lembaga amil zakat mampu menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) yang terhimpun perlu adanya standar tata kelola yang baik, dimana salah satu indikatornya adalah efisiensi dan efektifitas sebagai tolak ukur kinerja lembaga keuangan (Kadry, 2014). Efisiensi merupakan salah satu instrumen dalam mengukur kinerja lembaga yang memiliki laporan keuangan, dalam hal ini Lembaga Zakat. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan input dengan output yang dihasilkan (Tatang Iskandar: 2009). Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan metode non paramatik Data Envelopment Analysis (DEA), dengan adanya metode DEA maka dapat mengetahui OPZ mana yang telah efisien dalam hal penggunaan input dan pengeluaran output. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengnalisis tingkat efisiensi beberapa Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia diantaranya yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Badan Baitulmaal Umat Islam (BAMUIS) BNI, dan Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI dalam menyalurkan dan mengumpulkan dana zakat. Dengan demikian, dapat diketahui operasional-operasional yang dapat ditingkatkan efisiensinya dan seberapa besar potensi dana yang dapat terhimpun dan dapat disalurkan dengan optimal. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Di

6 Indonesia Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) Periode 2014-2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan sesuatu yang menjadi objek kajian dalam penelitian sebagai berikut : 1. Berapa besar tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Badan Baitulmaal Umat Islam (BAMUIS) BNI pada periode 2013 2015? 2. Berapa besar tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada periode 2013 2015? 3. Berapa besar tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI pada periode 2013 2015? 4. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara Organisasi Pengelola Zakat Badan Baitulmaal Umat Islam (BAMUIS) BNI, BAZNAS, dan Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Badan Baitulmaal Umat Islam (BAMUIS) BNI pada periode 2013 2015. 2. Menganalisis tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada periode 2013 2015.

7 3. Menganalisis tingkat efisiensi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI pada periode 2013 2015. 4. Menganalisis perbedaan tingkat efisiensi antara Organisasi Pengelola Zakat Badan Baitulmaal Umat Islam (BAMUIS) BNI, BAZNAS, dan Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI. D. Manfaat Penelitian Maanfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan wacana pemikiran kepada praktisi zakat sebagai acuan dalam mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi OPZ untuk mengoptimalkan potensi zakat agar menghasilkan dampak positif terhadap kinerja OPZ. 2. Bagi Mahasiswa Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran ketika akan melalukan penelitian yang serupa. E. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, internet, dan lain lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder pada periode 2013-2014. Data tersebut diperoleh dari lembaga-lembaga yang terkait antara lain dari website resmi Badan Amil

8 Zakat Nasional (BAZNAS) yaitu ( www.pusat.baznas.go.id ), Badan Baitulmaal Umat Islam BNI (BAMUIS BNI) yaitu (www.bamuisbni.or.id), dan Yayasan Baitul Maal BRI (YBM BRI) yaitu (www.ybmbri.org). Sedangkan sample yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang telah dikukuhkan pemerintah yang memiliki laporan keuangan pada tahun 2013-2015. 2. Metode dan Alat Analisis Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu pengolahan data berupa input dan output yang diambil dari neraca keauang dari masing-masing Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) diperkenalkan pertama kalinya oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Analisis ini digunakan untuk menaksir relativitas efisiensi sebuah unit operasional dengan menghitung nilai efisiensi setiap unit dalam data (Khafidh: 2015) Penelitian ini akan menggunakan Charnes Cooper Rhodes Model (model CCR) dan Banker Model Charnes Cooper (model BCC). Perbedaan utama antara kedua model adalah pengobatan kembali ke skala. BCC memungkinkan untuk Variabel Return to Scale (VRS), CCR mengasumsikan bahwa setiap DMU beroperasi dengan Konstan Return to Scale (CRS) (Ismail and Cokro: 2008). Mengacu pada penellitian sebelumnya Langkah pertama dalam mengukur efisiensi menggunakan DEA adalah untuk menentukan input dan output dari

9 OPZ. Spesifikasi input-output dikembangkan berdasarkan pendekatan dengan memanfaatkan model finansial Masukan dari OPZ mencakup: Aktiva tetap (X 1 ), Aktifa lancar (X 2 ), Gaji Karyawan (X 3 ), Penerimaan dana (Y 1 ), dan Penyaluran dana (Y 2 ). F. Sistematika Penulisan Penyusunan penelitian ini menggunakan sistematika sederhana dengan maksud agar lebih mudah menerangkan segala permasalaah yang menjadi pokok pembahasan sehingga lebih terarah pada sasaran. Kerangka sistematika penulisan ini terdiri atas 5 bab, yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang pemaparan latar belakang masalah yang merupakan landasan pemikiran, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori tentang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), efisiensi, dan Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai dasar penelitian, hasil-hasil penelitian terdahulu yang dijadikan dasar dan refrensi bagi peneliti. Dijelaskan pula kerangka pemikiran dan hipotesis yang diambil oleh peneliti. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, definisi variasi, dan teknik analisis data.

10 BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang deskripsi pengolahan data dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), pembahasan dan hasil analisis lebih efisien Lembaga Amil Zakat dan apakah ada pengaruh signifikan antara tingkat Organisasi Pengelola Zakat yang satu dengan yang lain. BAB V : PENUTUP Penutup berisi simpulan dari serangkaian pembahasan yang diuraikan dalam penelitian dan saran-saran yang perlu disampaikan, baik untuk subyek penelitian maupun bagi penelitian selanjutnya