BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscopy)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Klinik Bedah Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga, dan Klinik Gigi

BAB III METODE PENELITIAN. (LIPI) di ka wasan P USPITEK, S erpong, T angerang, Laboratorium F isika

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. beton. Sebenarnya masih banyak alternatif bahan lain yang dapat dipakai untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin be rlomba-lomba unt uk m enawarkan produk yang da pat m emenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. apapun. D alam ka jian manajemen s trategik, pe ngukuran h asil ( performance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gigi adalah alat pencernaan yang amat penting untuk membantu makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISA MANAJEMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PADA. PT BANK BUKOPIN Tbk, CABANG UTAMA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP SIFAT MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK SEMEN GIGI NANO ZINC OXIDE EUGENOL (REINFORCED ALUMINA)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tertentu. Kelebihan beton yang lain adalah. adanya inovasi penggunaan material baru, misalnya bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Healing Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baja. Dewasa ini, beton amat mempengaruhi kehidupan manusia karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB II STUDI PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

3 Metodologi Penelitian

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

FIBRE (SERAT) MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kekuatan dari beton tersebut khususnya dalam hal kuat tekan dan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

Pengaruh Variasi Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Mikroskopik Dan Makroskopik Semen Gigi Nano Zinc Oxide Eugenol (Reinforced Alumina)

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk t erus di gali, dikembangkan da n di tingkatkan p eranannya unt uk

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENYELIMUTAN BETON DENGAN LEMKRA FIRE PROOFING TERHADAP KUAT BETON AKIBAT PEMBAKARAN

Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hap/cs. (gram) (cm) A 10% B 20%

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sifat yang estetis. Sifat estetis bahan ini terletak pada warna yang mirip

PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscopy) Pengujian s truktur m ikro da ri s emen s eng oxi da da n e ugenol ( zinc oxide eugenol cement) dilakukan d engan m enggunakan pe ngujian ka rakterisasi S EM (Scanning Electron Microscopy). Struktur mikro dari 4 sampel tambalan semen seng oxide dan eugenol (zinc oxide eugenol) pada gigi kelinci dapat dilihat pada gambar: Gigi kelinci Semen gigi Gigi kelinci Semen gigi Perbesaran 500x Perbesaran 500x Penambahan polistiren 0% (a) Penambahan polistiren 2% (b) Gigi kelinci Semen gigi Gigi kelinci Semen gigi Perbesaran 500x Perbesaran 500x Penambahan polistiren 5% (c) Penambahan polistiren 10% (d) Gambar 4.1 Hasil uji struktur mikro dengan pembasaran 500x

Hasil ka rakterisasi s truktur m ikro dari s emen gigi s eng oxi da da n eugenol (zinc oxide eugenol cement) p ada G ambar 4.1 (a ) d engan kom posisi s emen s eng oksida da n e ugenol ( zinc oxide eugenol cement) t anpa pe nambahan zat adi tif polistiren nampak ada nya sambungan antara g igi as li ke linci de ngan semen gigi dengan pe mbesaran 500x. S ambungan a ntara s emen g igi d an gigi as li i ni menunjukkan bahwa semen gigi merekat dengan baik namun jika diamati secara teliti ikatan antara semen dan gigi kurang kuat yaitu terdapat retakan-retakan halus, hal ini sesuai dengan sifat asli dari semen gigi zinc oxide eugenol yang be rfungsi sebagai tumpatan sementara. Hasil ka rakterisasi s truktur m ikro dari s emen gigi s eng oxi da da n eugenol (zinc oxide eugenol cement) pa da G ambar 4.1 (b) de ngan kom posisi s emen s eng oksida da n e ugenol ( zinc oxide eugenol cement) d engan pe nambahan zat aditif polistiren s ebesar 2% n ampak adanya s ambungan antara g igi as li k elinci de ngan semen gigi dengan pembesaran 500x. Sambungan antara semen gigi dan gigi asli ini nampak adanya material kasar, hal ini dikarenakan proses pengadukan antara semen gigi da n polistiren yang terlalu lama s ehingga s emen terlalu cepat m engeras da n tumpatan pada gigi kelinci kurang sempurna. Hasil ka rakterisasi s truktur m ikro dari s emen gigi s eng oxi da da n eugenol (zinc oxide eugenol cement) p ada G ambar 4.1 (c ) d engan kom posisi s emen s eng oksida da n e ugenol ( zinc oxide eugenol cement) de ngan penambahan zat adi tif polistiren 5% dengan pembesaran 500x. Sambungan antara semen gigi dan gigi asli

ini menunjukkan bahwa semen gigi merekat dengan baik dan lebih menyatu dengan gigi, namun terdapat m aterial lain yang ikut m enempel yaitu serat ka pas s ehingga pada gambar nampak terdapat material kasar. Karakterisasi s truktur m ikro da ri s emen g igi s eng oxi da da n e ugenol ( zinc oxide eugenol cement) pa da Gambar 4.1 (d) de ngan komposisi semen seng oksida dan eugenol (zinc oxide eugenol cement) de ngan penambahan zat aditif polistiren sebanyak 10% dengan pembesaran 500x. Sambungan antara semen gigi dan gigi asli ini m enunjukkan bahwa s emen gigi m erekat dengan kuat m eskipun masih nampak batas antara gigi asli dan semen gigi. Selain itu, pada gambar tidak terdapat cracking atau retakan hal i ni s esuai de ngan teori ba hwa pe nambahan aditif pol istiren pada semen gigi seng oksida dan eugenol (zinc oxide eugenol) dapat memperkuat struktur mikro semen berdasarkan sifat polimer yang tahan terhadap air. Dari 4 sampel dapat diketahui bahwa dengan adanya penambahan zat aditif polistiren pada s emen gigi s eng ok sida da n eugenol ( zinc oxide eugenol cement) terdapat pengaruh terhadap struktur mikro bahan t ambal. Semakin besar prosentase polistiren y ang di berikan pada s emen gigi s eng oks ida da n eugenol ( zinc oxide eugenol cement) m aka s truktur mikro campuran m aterial tambal akan semakin nampak serat ikatan polimernya. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara pencampuran (mixing) antara bubuk dan cairan serta penambahan prosentase aditif polistiren. Mixing yang kurang dapat

dapat m emudahkan terjadinya cracking yang da lam j angka pa njang da pat menyebabkan peristiwa fraktur atau keretakan bahkan lepas. Peristiwa retakan atau bahkan lepasnya tambalan pada restorasi gigi juga dapat dipengaruhi oleh sifat air liur dari gigi kelinci itu sendiri yang mengandung enzim dan asam. Selain itu makanan dan minuman yang di berikan pada ke linci j uga s angat be rpengaruh kuat r ekat dan kuat t ekan tumpatan pada g igi. Nilai kua t r ekat da n kuat t ekan ini da pat diimplementasikan sebagai ke tahanan tumpatan terhadap daya kun yah gigi d an ketahanan terhadap suasana asam dari makanan. Pengaruh makanan dan minuman yang dapat m enyebabkan suasana as am pada m ulut j uga a kan b erpengaruh pa da s truktur m ikro c ampuran s emen g igi zinc oxide eugenol dan polistiren. N amun, pada pe nelitian i ni tidak di lakukan variasi pemberian makanan sehingga tidak begitu terlihat kerusakan yang terjadi. 4.2 Uji Kekuatan Tekan Pengukuran uji ke kuatan tekan sampel dilakukan dengan menekan sampel sampai sampel patah dengan pemberian beban. Sebelum dilakukan uji kekuatan tekan pada sampel, terlebih dahulu s ampel di rekatkan pa da l empengan alas ag ar pos isi tambalan s emen t epat be rada di a lat uj i, pe rekatan s ampel d engan lempengan besi menggunakan akrilik. Data yang diperoleh dari eksperimen yaitu ukuran penampang sampel dan gaya tekan yang dibutuhkan untuk menekan sampel hingga sampel patah/

rusak. Nilai kua t tekan (compressive strength) m asing-masing sampel di peroleh dengan menggunakan Persamaan (2.6) pada bab II. Dari t abel pa da Lampiran 2 dapat di buat grafik antara nilai ke kuatan tekan semen gigi zinc oxide eugenol terhadap penambahan aditif polistiren. Pada s ampel dapat di ketahui b ahwa ni lai ke kuatan tekan semakin bertambah besar s ebanding dengan penambahan zat aditif pada polistiren seperti pada Grafik 4.1 berikut: kuat tekan (MPa) 52 51 50 49 48 47 Grafik Uji Kuat Tekan 50,96 49,65 48,13 47,37 0 2 4 6 8 10 12 prosentase penambahan polistiren (%) Gambar 4.2 Grafik kuat tekan sampel terhadap prosentase penambahan polistiren Dari g rafik dapat d iketahui ba hwa p ada pr osentase pe nambahan polistiren sebanyak 0% at au semen zinc oxide eugenol tanpa t ambahan adi tif memiliki n ilai kuat tekan 47,37 MPa, hal ini menyimpang dari literatur kuat tekan semen zinc oxide eugenol yaitu 48 M Pa de ngan pros entase ke salahan s ebesar 1,3125%. S edangkan untuk nilai ku at tekan s emen g igi de ngan penambahan zat adi tif po listiren dengan masing-masing konsentrasi penambahan 2%, 5% da n 10% adalah 48,13 M Pa, 49,65 MPa, da n 50,96 M Pa. H asil ni lai uj i t ekan d an g rafik m enunjukkan b ahwa

penambahan polistiren pada semen zinc oxide eugenol dapat mempengaruhi hasil uji kuat tekannya. Peningkatan kuat tekan sebanding de ngan penambahan prosentase aditif polistiren disebabkan oleh semakin besar pr osentase adi tif pol istiren maka ak an semakin kuat pula bahan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan referensi bahwa sifat polistiren yang t ahan terhadap asam, alkali da n alkohol s ehingga m encegah karies dan bersifat g etas s ehingga m ampu menahan daya kun yah gigi. Peningkatan nilai kuat tekan ini dapat diartikan sebagai ketahan tumpatan terhadap daya kunyah gigi, dimana pa da pr osentase 10% m erupakan prosentase opt imum pa da s emen gigi menerima beban kunyah antar gigi. 4.3 Uji Kekuatan Rekat Pengukuran uji kuat rekat dilakukan dengan menarik sampel sampai tambalan antara semen gigi dan gigi asli hingga sampel patah. Sampel yang berukuran sangat kecil di rekatkan pada lempengan besi s ebagai pe ngait pa da alat uj i tarik AUTOGRAPH. Data yang di peroleh dari eks perimen y aitu ukuran penampang sampel dan gaya tarik (Kgf) yang dibutuhkan sampel hingga sambungan pada sampel lepas/ s ampel r usak. Nilai kua t r ekat ( tensile strength) m asing-masing s ampel diperoleh dengan menggunakan Persamaan (2.7) pada bab II.

Dari t abel pa da Lampiran 2 dapat d ibuat g rafik antara n ilai ke kuatan rekat semen gigi zinc oxide eugenol terhadap penambahan aditif po listiren. Pada v ariasi sampel dengan prosentase penambahan polistiren 0%, 2% dan 10% dapat diketahui bahwa nilai kekuatan rekat semakin bertambah besar sebanding dengan penambahan zat aditif pada polistiren. Hal ini sesuai teori bahwa dengan adanya penambahan aditif polistiren pada semen zinc oxide eugenol akan menambah daya rekat (ikatan semen menjadi lebih kuat) serta tidak mudah retak/ terlarut bahan asam, tahan air dan bahan non-organik seperti alkohol. Grafik Uji Kuat Rekat kuat rekat (MPa) 5,000 4,8000 4,6000 4,4000 4,35 4,2000 4,000 3,92 3,8000 3,88 3,6000 3,6 3,4000 3,2000 3,000 0 2 4 6 8 10 12 prosentase penambahan polistiren (%) Gambar 4.3 Grafik kuat rekat sampel terhadap prosentase penambahan polistiren Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa kuat rekat semen gigi terhadap ceruk buatan tanpa t ambahan aditif pol istiren ( 0%) a dalah 3,6 M Pa, ha sil i ni be rbeda

dengan literatur kua t r ekat s emen gigi zinc oxide eugenol yaitu 4,1 M Pa de ngan prosentase ke salahan s ebesar 12,19%. Sedangkan kua t re kat s emen zinc oxide eugenol dengan penambahan aditif polistiren masing-masing pada prosentase 2%, 5% dan 10% adalah 3,92 MPa, 3,88 MPa dan 4,35 MPa. Hasil uj i ke kuatan rekat ini akan berpengaruh pada ap likasi pe nggunaan semen gigi s eng oks ida da n eugenol ( zinc oxide eugenol), y aitu kuat r ekat b ahan tambal g igi i ni be rnilai opt imum pa da p rosentase pe nambahan polistiren sebanyak 10% dengan syarat proses mixing yang tepat dan homogen. Pengaruh penambahan variasi polistiren pada semen gigi zinc oxide eugenol ini s ecara in vivo akan nampak pa da ha sil tumpatan pada gigi yang da pat m erekat kuat antara semen gigi dan gigi asli. Semakin besar nilai kuat rekat semen tumpatan, maka semakin kuat pula daya tahan semen gigi terhadap pengaruh suasana asam pada mulut dan semakin awet pula restorasi yang dilakukan pada gigi karies.