NOMOR : 35 TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO. Tahun 2009 Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 04 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

1 of 6 02/09/09 11:21

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KETENTUAN IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK)

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBINAAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI ( IUJK )

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL (IUJKN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 34 TAHUN 2008

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

NOMOR : 28 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI SIDOARJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN CILACAP

SALINAN NOMOR 2/C, 2009 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (IUJK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

S A L I N A N Nomor : 15/C 2002.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C NO.3/C 19 AGUSTUS 2009 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 06 TAHUN 2003 T E N T A N G IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 35 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 35 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal I angka 10 Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan atas retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah; b. bahwa sebagian penyelenggaraan perizinan di bidang usaha jasa konstruksi merupakan kewenangan pemerintah kabupaten; c. bahwa biaya yang diperlukan dalam penyelenggaraan izin tersebut tidak dapat sepenuhnya ditutup dari penerimaan pajak maupun dari penerimaan lainnya, sehingga perlu dibebankan sebagian atau seluruhnya kepada masyarakat dalam bentuk retribusi; d. bahwa Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2001 tentang Surat Izin Jasa Usaha Konstruksi yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Tahun 2001, perlu dilakukan penyesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d di atas, perlu mengatur kembali tentang Retribusi Jasa Usaha Konstruksi dalam suatu Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 58); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 54 ); 4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3955); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 2000, Nomor 65, Tambahan Lembarana Negara Nomor 3957); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistim dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain); 11. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; 12. Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi ; Dengan persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ASAHAN dan BUPATI ASAHAN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Asahan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 2

3. Bupati adalah Bupati Asahan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Asahan. 5. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 6. Izin Usaha Jasa Konstruksi adalah Izin yang diberikan oleh Kepala Daerah untuk setiap kegiatan Usaha Jasa Konstruksi. 7. Retribusi Perizinan tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintahan Daerah dalam pemberian izin dan atau pendaftaran ulang izin oleh orang atau Badan Hukum yang dimaksud untuk pembinaan pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kelestarian lingkungan. 8. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. 9. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masingmasing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. 10. Pengguna Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. 11. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. 12. Pelaksana Konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain. 13. Registrasi masalah suatu kegiatan untuk menentukan kompetensi profesi keahlian dan keterampilan tertentu, orang perorangan dan badan usaha untuk menentukan izin usaha sesuai klassifikasi dan kualitas yang diwujudkan dalam sertifikat. 14. Pengawas Konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinayatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan. 15. Penanggung jawab Perusahaan adalah Direksi/Pimpinan perusahaan untuk Kantor Pusat atau Kantor Cabang. 16. Tenaga Tugas Penuh (full timer) adalah tenaga teknik dan non teknik yang bekerja selama jam kerja perusahaan dan tidak bekerja pada perusahaan lain. 17. Tenaga Teknik adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan serendahrendahnya Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan pengalaman sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai Nomor Kode Tenaga Kerja (NKTK) yang dikeluarkan oleh Lembaga. 3

BAB II TUJUAN PEMBERIAN SIUJK Pasal 2 Tujuan pemberian Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) adalah: a. menjamin keterpaduan pengaturan dan pembinaan usaha jasa konstruksi nasional; b. menunjang terwujudnya iklim perusahaan yang lebih sehat; c. adanya kepastian keandalan perusahaan; d. meningkatkan perlindungan terhadap pemakai jasa dan keselamatan umum; e. menunjang peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dalam pembangunan prasarana dan sarana fisik. BAB III JENIS, BENTUK DAN BIDANG USAHA Bagian Pertama Pasal 3 Usaha Jasa Konstruksi mencakup jenis usaha, bentuk usaha dan bidang usaha jasa konstruksi. Pasal 4 (1) Jenis Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi Jasa Perencanaan, Jasa Pelaksanaan, dan Jasa Pengawasan Konstruksi. (2) Usaha Jasa perencanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa konsultansi perencanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan atau tata lingkungan. (3) Usaha Jasa Pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan/atau tata lingkungan. (4) Usaha jasa pengawasan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa konstruksi pengawasan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan atau tata lingkungan. Pasal 5 (1) Lingkup layanan jasa perencanaan pekerjaan konstruksi sebagaiaman dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) terdiri dari: a. survei; b. perencanaan umum, studi makro dan studi mikro; c. studi kelayakan proyek, industri dan produksi; d. perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaaan; e. penelitian. (2) Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) terdiri dari jasa; 4

a. pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; b. pengawasan keyakinan mutu dan ketetapan waktu dan proses perusahaan dari hasil pekerjaan konstruksi; (3) Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara strategis terdiri dari jasa: a. rancang bangun; b. perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan terima jadi; c. penyelengaraan pekerjaan terima jadi. (4) Pengembangan layanan jasa perencanaan dan atau pengawasan lainnya mencakup antara lain jasa: a. manajemen proyek; b. manajemen konstruksi; c. penilaian kualitas, kuantitas dan biaya pekerjaan. Pasal 6 (1) Bentuk usaha dalam kegiatan Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini meliputi usaha orang perseorangan dan badan usaha baik nasional maupun asing. (2) Badan usaha nasional/asing dapat berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum. Pasal 7 Bidang Usaha sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini terdiri dari: a. bidang pekerjaan arsitektural yang meneliti antara lain arsitektural bangunan berteknologi sederhana, arsitektural bangunan berteknologi menengah, arsitektural bangunan berteknologi tinggi, arsitektural ruang dalam bangunan (interior), arsitektural lengkap termasuk perawatannya; b. bidang pekerjaan sipil yang meliputi antara lain jalan, dan jembatan, jalan kereta api, landasan, terowongan, jalan bawah tanah, saluran drainase dan pengendalian banjir, pelabuhan, bendung/bendungan, bangunan dan jaringan pengairan atau prasarana sumber daya air, struktur bangunan gedung, geoteknik, konstruksi tambang dan pabrik, termasuk perawatannya dan pekerjaan penghancuran bangunan (demolition); c. bidang pekerjaan mekanikal yang meliputi antara lain instalasi tata udara/ac, instalasi minyak/gas/geotermal, instalasi industri, isolasi termal dan suara, konstruksi lift dan eskalator, perpipaan, termasuk perawatannya; d. bidang pekerjaan elektrik yang meliputi antara lain instalasi pembangkit, jaringan transmisi dan distribusi, instalasi listrik, sinyal, dan telekomunikasi, sentral telekomunikasi, instrumentasi, penangkal petir, termasuk perawatannya; e. bidang pekerjaan tata lingkungan meliputi antara lain tentang perkotaan/planologi, analisa dampak lingkungan, teknik lingkungan, tata lingkungan lainnya, pengembangan wilayah, bangunan pengolahan air bersih dan pengolahan limbah, perpipaan air bersih dan perpipaan limbah, termasuk perawatannya. 5

Bagian Kedua Klassifikasi dan Kualifikasi Usaha Pasal 8 (1) Usaha orang perseorangan dan badan usaha jasa konstruksi harus mendapatkan klassifikasi dan kualifikasi dari lembaga yang dinyatakan dengan sertifikat. (2) Klassifikasi usaha jasa konstruksi terdiri dari: a. klassifikasi usaha bersifat umum diberlakukan kepada badan usaha yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih bidang pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Daerah ini; b. klassifikasi usaha bersifat spesialis diberlakukan kepada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan yang melaksanakan satu sub bidang atau satu bagian sub bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Daerah ini; c. klassifikasi usaha orang perorangan yang berketerampilan kerja tertentu diberlakukan kepada usaha orang perseorangan yang mempunyai kemampuan hanya melaksankan suatu keterampilan kerja tertentu. (3) Kualifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan pada tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, dapat digolongkan dalam: a. Gred 1, yaitu Usaha Orang Perseorangan dengan jumlah modal kurang dari Rp. 100.000.000,- b. Gred 2/Kecil 3 (K3), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 300.000.000,- c. Gred 3/Kecil 2 (K2), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 300.000.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- d. Gred 4/Kecil 1 (K1), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 1.000.000.000,- sampai Rp. 2.000.000.000,- e. Gred 5/Menengah (M), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 2.000.000.000,-sampai Rp. 5.000.000.000,- f. Gred 6/Besar 2 (B2), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 5.000.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- g. Gred 7/Besar 1 (B1), yaitu usaha dengan jumlah modal diatas Rp. 10.000.000.000,-termasuk Badan Usaha Asing dan Kantor Perwakilan Asing. (4) Sertifikat klassifikasi dan sertifikat kualifikasi usaha orang perseorangan dan badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh Lembaga. (5) Pelaksanaan klassifikasi dan kualifikasi usaha yang orang perseorangan dan badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh assosiasi pekerjaan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga. Pasal 9 (1) Usaha orang perseorangan dan atau badan usaha jasa konstruksi perencanaan dan atau jasa konstruksi pengawasan konstruksi hanya dapat melakukan layanan jasa perencanaan dan layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi sesuai dengan klassifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga. 6

(2) Usaha orang perseorangan selaku pelaksana konstruksi hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan klassifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga untuk pekerjaan yang berisiko kecil, berteknologi sederhana dan berbiaya kecil. (3) Badan usaha jasa pelaksana konstruksi yang berbentuk bukan badan hukum hanya dapat mengerjakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan klassifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga untuk pekerjaan yang berisiko kecil sampai sedang, berteknologi sederhana sampai madya serta berbiaya kecil sampai sedang. (4) Badan usaha jasa pelaksana kontruksi yang berbentuk bukan badan hukum dapat mengerjakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan klassifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga. (5) Untuk pekerjaan konstruksi yang berisiko tinggi dan atau yang berteknologi tinggi dan atau berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau badan usaha asing yang dipersamakan. BAB IV PEMBINAAN Pasal 10 Pemerintah Kabupaten menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian usaha jasa konstruksi dalam rangka pelaksanaan tugas otonomi daerah dengan cara: a. melaksanakan kebijakan pembinaan jasa konstruksi; b. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan jasa konstruksi; c. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis, dan penyuluhan; d. menerbitkan perizinan usaha jasa konstruksi; e. melaksanakan pengawasan sesuai dengan kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi. BAB V KETENTUAN PERIZINAN Pasal 11 (1) Izin Usaha Jasa Konstruksi diberikan oleh Bupati kepada badan usaha nasional/asing yang telah memenuhi persyaratan. (2) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berlaku selama 3 (tiga) tahun. (3) Orang perseorangan atau badan usaha nasional yang ingin memperoleh SIUJK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Badan usaha dimaksud mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati atau pejabat yang dihunjuk di atas kertas berlogo perusahaan yang dibubuhi dengan meterai secukupnya, selanjutnya ditandatangani oleh yang berhak diajukan sebagai kelengkapan berkas adalah sebagai berikut: 1. foto copy Sertifikat Badan Usaha yang telah dilegalisir oleh Assosiasi yang terakreditasi; 7

2. foto copy Akta Notaris pendirian perusahaan beserta akta perubahan bila telah dirobah; 3. foto copy Surat Izin Tempat Usaha; 4. foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 5. surat pernyataan dari yang bersangkutan tentang tersedianya tenaga ahli yang bertugas penuh sesuai dengan formulir tertentu yang telah disediakan; 6. pas photo hitam putih ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar; b. pada waktu penelitian berkas, pemohon dapat menunjukkan Sertifikat Badan Usaha yang asli guna untuk diteliti dan selanjutnya dikembalikan kepada yang bersangkutan. Pasal 12 Setiap proses permohonan untuk memperoleh SIUJK wajib membayar biaya Retribusi yang didasarkan kepada kualifikasi perusahaan yaitu: a. Gred 1/Usaha Orang Perseorangan sebesar....rp. 150.000,- b. Gred 2/Kecil 3 (K3) sebesar... Rp. 300.000,- c. Gred 3/Kecil 2 (K2) sebesar... Rp. 500.000,- d. Gred 4/Kecil 1 (K1) sebesar... Rp. 600.000,- e. Gred 5/Menengah (M) sebesar... Rp. 2.000.000,- f. Gred 6/Besar 2 (B2) sebesar... Rp. 5.000.000,- g. Gred 7/Besar 1 (B1) sebesar... Rp. 10.000.000,- Pasal 13 (1) Pembayaran retribusi izin disetorkan ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Unit Kerja yang mengurus perizinan dalam waktu 1 X 24 jam. (2) Atas pembayaran biaya izin diberikan tanda terima/kwitansi. (3) Bentuk, warna, ukuran, kualitas dan isi tanda terima ditetapkan dalam Peraturan Bupati. Pasal 14 Dinas/Instansi yang memproses penerbitan SIUJK ditetapkan dalam Keputusan Bupati. Kewajiban Pemegang SIUJK adalah: BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG SIUJK Pasal 15 a. Badan Usaha memiliki Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), Penanggung Jawab Teknis (PJT)/Tenaga Teknis Tugas Penuh dan Penanggung Jawab Bidang (PJB) sesuai ketentuan yang berlaku ; b. memasang papan nama perusahaan pada Kantor Perusahaan, dengan ukuran sekurang-kurangnya 60 cm X 30 cm, dengan mencantumkan nomor SIUJK; 8

c. memasang papan nama proyek di lokasi pekerjaan; d. menyampaikan laporan perubahan data perusahaan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak perubahan); e. memenuhi ketentuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam bidang jasa usaha konstruksi. BAB VII SANKSI Pasal 16 Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administratif dan atau pidana. Sanksi adminstratif berupa: Bagian Pertama Sanksi Adminstratif Pasal 17 a. peringatan tertulis, adalah teguran terhadap penyimpangan/penyelenggaraaan yang bersifat ringan sehingga tidak menghentikan/meniadakan hak berusaha perusahaan; b. pembekuan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi, adalah pengenaan sanksi terhadap penyimpangan/pelanggaran yang bersifat sedang sehingga menghentikan (sementara) hak berusaha perusahaan; c. pencabutan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi, adalah pengenaan sanksi terhadap penyimpangan/pelanggaran yang bersifat berat sehingga meniadakan hak berusaha perusahaan. d. Tidak diperkenankan mengikuti kegiatan proses pelelangan. Pasal 18 (1) Kriteria penyimpangan pelanggaran yang dikenakan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf a, yaitu: a. tidak memasang papan nama perusahaan; atau b. tidak melaporkan perubahan data perusahaan; atau c. penanggung jawab perusahaan ternyata merangkap menjadi pengurus perusahaan lain atau tidak bertugas penuh; atau d. PJBU, PJT /Tenaga Teknik Tugas Penuh dan PJB merangkap pada perusahaan lain; atau e. PJBU, PJT /Tenaga Teknik Tugas Penuh dan PJB ternyata merangkap 2 (dua) kegiatan usaha dan atau bidang pekerjaan yang lain pada perusahaan yang sama; atau f. penanggung jawab perusahaan dan/atau Tenaga Teknik Tugas Penuh tidak bertempat tinggal di wilayah kabupaten domisili perusahaan. 9

(2) Kriteria penyimpangan pelanggaran yang dikenakan pembekuan SIUJK sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf b, yaitu perusahaan yang melakukan penyimpangan/pelanggaran Pasal 19 ayat (1) huruf a sampai huruf f, dan telah mendapat peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan, namun tetap tidak memenuhi kewajibannya dan tidak mengindahkan peringatan yang telah disampaikan. (3) Kriteria penyimpangan/pelanggaran yang dapat dikenakan pencabutan SIUJK sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf c, yaitu: a. terbukti bahwa SIUJK diperoleh dengan cara yang melanggar hukum; atau b. perusahaan telah dijatuhi hukuman oleh badan peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau c. dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diperolehnya SIUJK, perusahaan tidak memenuhi kewajibannya; atau d. perusahaan dinyatakan bankrut dan belum direhabilitasi; atau e. perusahaan ternyata tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk kegiatan usaha dan atau bidang pekerjaan yang bersangkutan; atau f. terbukti bahwa perusahaan pemegang SIUJK meminjamkan nama perusahaannya kepada orang/perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan; atau g. terbukti bahwa perusahaan menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain tanpa persetujuan dari pemberi kerja; atau h. terbukti bahwa perusahaan telah secara sengaja atau membuat kekeliruan dalam melaksanakan pekerjaan yang mengakibatkan objek pekerjaan mengandung cacat atau mengalami proses kerusakan yang sangat cepat. Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 19 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau dikenakan denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran BAB VIII PENGAWASAN DAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Pengawasan atas ketentuan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh petugas yang dihunjuk. (2) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10

(3) Dalam melaksanakan tugas, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang : a. menerima laporan dan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan petama pada saat ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret; f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan seseorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; (4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap tindakan tentang: a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah; c. penyitaan benda; d. pemeriksaan saksi; e. hasil pemeriksaan ditempat kejadian dan dikirimkan kepada Kejaksaan Negeri dengan persetujuan Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Izin Usaha Jasa Konstruksi yang terbit sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa jangka waktu berlakunya, dengan menyesuaikan terhadap ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya. 11

Pasal 23 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini,maka Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2001 tentang Surat Izin Jasa Konstruksi (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 47), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Asahan. Ditetapkan di Kisaran Pada tanggal 24 Nopember 2008 BUPATI ASAHAN, dto RISUDDIN Diundangkan di Kisaran Pada tanggal 24 Nopember 2008 SEKRETARIS DAERAH, ERWIN SYAHRUL PANE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2008 NOMOR 35 12